Iklan 2

Senin, 25 November 2013

Ceramah Tentang Tawassul

Ceramah tadi malam tentang Tawassul. Artinya melalui perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah seperti para Nabi dan Wali / Ulama.
Loh kok harus pakai perantara? Kenapa tidak langsung? Bukannya Allah memerintahkan kita meminta langsung?
Ada hal2 yang kita bisa langsung dgn Allah. Ada juga yang sebaiknya melalui perantara.
Usai Adzan kita berdoa agar Allah menjadikan Nabi sbg wasilah/perantara bagi kita.
Saat kita sakit, selain berdoa kepada Allah, kita kan perlu juga ke dokter/tabib agar lewat perantaraan mereka kita bisa sembuh?
Agar pintar, selain berdoa kepada Allah, kita kan harus sekolah dan belajar pada para guru? Sulit belajar di rumah sendiri.
Saat kita mau pergi ke kantor, selain berdoa kita kan harus pakai mobil atau angkutan umum agar bisa sampai? Apa harus gempor jalan kaki? (kecuali yg kantornya dekat rumah).
Jadi perantara / tawassul itu juga sama pentingnya.
Kita tidak cuma bersyahadah Tidak ada Tuhan selain Allah. Tapi juga bersyahadah bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Lewat perantaraan Nabi Muhammad itulah kita belajar Islam. Tidak bisa belajar Islam langsung ke Allah.

Memang Allah adalah Ar Razzaq atau yang Maha Pemberi Rezeki. Dan kita pun minta rezeki langsung kepada Allah. Tapi kita tak bisa berdiam diri guna mendapatkan rezeki.

Misalnya kita ingin rumah dan mobil misalnya. Jika Allah menurunkan rumah / mobil langsung dari langit menimpa kita, kan jadi musibah namanya... 

Kita harus mencari wasilah/perantara untuk itu misalnya dengan bekerja pada majikan kita atau melayani pelanggan kita. Lewat perantaraan merekalah rezeki dari Allah mengalir kepada kita.

Jika anda tidak bisa berenang dan terancam tenggelam di laut, anda bisa diselamatkan oleh perantara Allah berupa orang yang pintar berenang atau membawa perahu. Tidak bisa anda menolak wasilah tsb dengan alasan anda hanya mau ditolong oleh Allah langsung. Tidak butuh bantuan makhluk Allah!

Boleh jadi diri kita ini kotor karena harta yang kita dapat ternyata haram. Jika itu terjadi, maka doa kita tidak akan dikabulkan oleh Allah.

Dari Abu Hurairoh ra, ia berkata: “Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah itu baik, tidak mau menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin (seperti) apa yang telah diperintahkan kepada para rosul, Allah berfirman, “Wahai para Rosul makanlah dari segala sesuatu yang baik dan kerjakanlah amal sholih” (QS Al Mukminun: 51). Dan Dia berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa-apa yang baik yang telah Kami berikan kepadamu” (QS Al Baqoroh: 172). Kemudian beliau menceritakan kisah seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu. Dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa: ”Wahai Robbku, wahai Robbku”, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan (perutnya) dikenyangkan dengan makanan haram, maka bagaimana mungkin orang seperti ini dikabulkan do’anya.” (HR. Muslim)

Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2009/08/25/menjaga-diri-dan-keluarga-dari-harta-yang-haram/

Meminta orang saleh guna mendoakan kita adalah tawassul yang dianjurkan. Nabi pernah mendoakan agar 1 dari 2 Umar yang saat itu kafir mendapat hidayah dari Allah dan masuk Islam. Walhasil, Umar bin Khoththob masuk Islam.

Bahkan Nabi Muhammad SAW yang mulia pun bertawassul. Minta didoakan oleh para sahabatnya. Padahal beliau adalah insan yang paling mulia. Jadi jika ada orang yang tidak mau tawassul, sombongnya minta ampun.

“Allah yang menghidupkan dan yang mematikan dan Dialah yang hidup tidak mati; Ampunilah! Untuk Ibu saya Fathimah binti Asad dan ajarkanlah kepadanya hujjah (jawaban ketika ditanya malaikat) kepadanya dan luaskan kuburnya dengan wasilah kebenaran Nabimu dan kebenaran para Anbiya’ sebelum saya, sesungguhnya Engkau Maha Pengasih dan Rasulullah takbir empat kali dan mereka memasukkan ke dalam kubur ia (Rasulullah), Sahabat Abbas Abu Bakar As-Shaddiq r.a.” (HR Thabrani).

Dalam hadits di atas, Rasulullah bertawassul kepada Allah dengan dirinya sebagai orang yang paling mulia, juga bertawassul dengan nama para Nabi sebelumnya yang berhak mendapat shalawat dan salam.
Dalam kitab Riyadlus-Shalihin bab Wadaais-shahib hadits no.3, Rasulullah SAW mengizinkan Umar bertawassul dengannya, dan menyertakan Rasulullah saw dalam segala do’anya di Mekkah ketika umrah.

“Dari shahabat Umar Ibnul Khattab r.a. berkata: saya minta idzin kepada Nabi SAW untuk melakukan ibadah umrah, kemudian Nabi mengidzinkan saya dan Rasulullah SAW bersabda; wahai saudaraku! Jangan kau lupakan kami dalam do’amu; Umar berkata: suatu kalimat yang bagi saya lelah senang dari pada pendapat kekayaan dunia. Dalam riwayat lain; Rasulullah SAW bersabda: sertakanlah kami dalam do’amu”. (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Allah swt berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya……(QS. Al-Maidh [5]:35)

Dalam ayat lain, Allah Swt berfirman: “Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang(harus) ditakuti.(QS Al-Isra’ [17]:57)

Hikah dari Tawassul adalah agar kita dekat dengan orang yang saleh dan alim. Sehingga kita bisa menuntut ilmu dari mereka. Sehingga kita bisa dapat hidayah. Kalau belajar sendiri, bisa tersesat. Ibaratnya orang belajar bikin pesawat terbang tanpa mau sekolah. Bisa sih bisa. Tapi kemungkinan gagal amat besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar