Iklan 2

Selasa, 09 Juli 2013

Penghafal Al Qur'an Jika Tak Jadi Pengamal Al Qur'an Berbahaya

Snouck Hurgronje Orientalis Imperialis yang Hafal Al QuranAl Qur'an itu memang baru bermanfaat jika DIAMALKAN.
Kalau cuma dihafal, ya seperti di bawah ini...


Menghafal Al Qur'an bagus. Itu satu kelebihan. Tapi harus juga diamalkan semampunya agar tidak senasib dengan Khawarij Abdurrahman bin Muljam yang membunuh Ali bin Abi Thalib dan Snouck Hurgronje Bapak Orientalis Imperials.


Abdurrahman bin Muljam, Khawarij yang membunuh Khalifah Ali ternyata selain rajin Sholat Malam dan Puasa juga seorang Hafiz Al Qur'an. Namun Hafal Al Qur'an jika tidak diimbangi dengan pemahaman dan pengamalan, akhirnya malah sesat. Mengkafirkan dan membunuh sesama Muslim.


Ketika Wasir bin A'to (seorang Muslim) ketemu orang-orang Khawarij, beliau terpaksa mengaku sebagai orang Nasrani agar selamat dari pedang kaum tsb. Sebagai Ahli Kitab, dia dihormati oleh Khawarij tersebut karena Al Qur'an mengajarkan seperti itu.


Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara ummatku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)



“Akan keluar suatu kaum dari umatku, mereka membaca Alquran, bacaan kamu dibandingkan dengan bacaan mereka tidak ada apa-apanya, demikian pula shalat dan puasa kamu dibandingkan dengan shalat dan puasa mereka tidak ada apa-apanya. Mereka membaca Alquran dan mengiranya sebagai pembela mereka, padahal ia adalah hujjah yang menghancurkan alasan mereka. Shalat mereka tidak sampai ke tenggorokan, mereka lepas dari Islam sebagaimana melesatnya anak panah dari busurnya.” (HR. Abu Dawud)


badass-zulfiqar1


Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah seseorang yang telah membaca (menghafal) al-Qur’ân, sehingga ketika telah tampak kebagusannya terhadap al-Qur’ân dan dia menjadi pembela Islam, dia terlepas dari al-Qur’ân, membuangnya di belakang punggungnya, dan menyerang tetangganya dengan pedang dan menuduhnya musyrik”. Aku (Hudzaifah) bertanya, “Wahai nabi Allâh, siapakah yang lebih pantas disebut musyrik, penuduh atau yang dituduh?”. Beliau menjawab, “Penuduhnya”. (HR. Bukhâri dalam at-Târîkh, Abu Ya’la, Ibnu Hibbân dan al-Bazzâr. Disahihkan oleh Albani dalam ash-Shahîhah, no. 3201).


Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/01/19/ciri-khawarij-tak-mengamalkan-al-quran-dan-membunuh-muslim/


“Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.” [Ar Ra'd 29]


“Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam syurga itu ialah “salaam” [Ibrahim 23]


“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?” [QS. Ash-Shaff : 2].


“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” [QS. Al-Baqarah : 44].


Dosa orang yang melakukan kejahatan padahal dia tahu itu 2 kali lipat lebih besar daripada orang yang melakukan dosa karena tidak tahu/jahil:


Dari Abu Zaid yaitu Usamah bin Zaid bin Haritsah ra, katanya: “Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Akan didatangkan seorang lelaki pada hari kiamat, kemudian ia dilemparkan ke dalam neraka, lalu keluarlah isi perutnya -usus-ususnya-, terus berputarlah orang tadi pada isi perutnya sebagaimana seekor keledai mengelilingi gilingan. Para ahli neraka berkumpul di sekelilingnya lalu bertanya: “Mengapa engkau ini hai Fulan? Bukankah engkau dahulu suka memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran?” Orang tersebut menjawab: “Benar, saya dahulu memerintahkan kepada kebaikan, tetapi saya sendiri tidak melakukannya, dan saya melarang dari kemungkaran, tetapi saya sendiri mengerjakannya.” (Muttafaq ‘alaih)


Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2013/03/07/beriman-dan-beramal-saleh/


Ini bukan berarti melarang Hafal Al Qur'an. Tapi menyarankan agar MENGAMALKAN AL QUR'AN. Hafal 30 surat Al Qur'an dan MENGAMALKANNYA lebih baik daripada Hafal 114 surat Al Qur'an, tapi tidak mengamalkan sama sekali atau cuma 1-2 surat saja yang diamalkan. Kita harus membaca habis / khatam Al Qur'an berulang-ulang agar bisa paham dan mengamalkan isinya.


Rais PBNU Prof Dr Said Agil Siradj"


Kalau saya sih tegas, dulu sudah diprediksi oleh Rasulullah ketika Rasulullah membagi rampasan perang dari karonah, Thaif dan Hunai, karena kelihatannya tidak adil, ada yang dikasih 100 onta, ada yang 50 onta, ada yang tidak dikasih, ada orang yang mendatangi nabi sambil mengangkat telunjuknya "Muhammad, bagi-bagi yang adil!"


Nabi mengatakan apa yang saya lakukan itu perintah Allah, bukan kehendak saya, setelah orang itu pergi, nabi mengatakan, akan ada nanti kelompok dari umat saya, yang hafal Quran, baca Quran tidak melewati tenggorokannya. Artinya pemahamannya sangat mendasar, mereka itu hum syaro khalki sejelek-jeleknya manusia dan binatang. Orangnya ini, padahal dia ini orangnya ahli ibadah hafal Quran.


Maka yang membunuh Sayyidina Ali itu juga orangnya Abdurrahman bin Muljam itu orangnya Qoimullaili wa soimunnahaar waqoimulqur'an, tiap hari puasa, hafal qur'an, itulah pembunuh Sayyiddina Ali, kalau dangkal dalam memahami ilmu Al Qur'an nanti akan jadi khawarij yang mudah meng-kafirkan orang yang tidak sepaham. Bahkan ada lagi yang lebih ekstrim kelompok Nadhazahat, orang yang meragukan kekufurannya Ali itu kafir juga, Ketika Wasir bin A'to Mutazilah ketemu mereka, ketika tidak disangka-sangka ketemu dengan orang Khawarij, malah Wasir bin A'to mengaku orang Kristen, kami ini adalah ahlil kitab, dihormati sekali karena di Quran kita harus menghormati ahli kitab


http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,5-id,7455-lang,id-c,halaqoh-t,Bagi+NU++Paham+Kebangasaan+adalah+Prinsip-.phpx


Profil pembunuh Khalifah Ali bin Abi Thalib 


Pernahkah terbayang bahwa sahabat semulia beliau dan orang yang sangat dekat darahnya dengan Rasulullah n akan dibunuh oleh seorang yang dzahirnya ahli ibadah?


Abdurrahman bin Muljam Al-Muradi, bukan orang jalanan yang terkenal peminum khamr, pezina, atau seorang fasik. Bukan! Justru orang akan heran ketika mendengar bahwa Ibnu Muljam adalah seorang ahli ibadah, ahli shalat, shaum, dan penghafal Al-Qur’an.


Akan tetapi kecerdasan dan semangat ibadahnya tidak disertai dengan kesucian jiwa. Dia tenggelam dalam fitnah Khawarij.


Khawarij memiliki sekian sifat sebagaimana Rasulullah sabdakan, yang seluruhnya ada pada diri Ibnu Muljam. Di antaranya, mereka adalah kaum yang banyak membaca Al-Qur’an tetapi tidak memahami apa yang dibaca. Bahkan memahaminya dengan pemahaman yang menyimpang dari kebenaran, bacaannya hanya sekadar melewati kerongkongan. Di antara sifat Khawarij, mereka biarkan para penyembah berhala dan mengkafirkan serta memerangi ahlul Islam. Cukuplah sebagai bukti hal ini, mereka memerangi para shahabat generasi terbaik dari umat ini.


http://asysyariah.com/manusia-paling-celaka-adalah-pembunuhmu-wahai-ali.html


SIAPAKAH ABDUR-RAHMAN BIN MULJAM PEMBUNUH ALI BIN ABI THALIB?






Merupakan kekeliruan jika ada yang menganggap Abdur-Rahman bin Muljam dahulu seorang yang jahat. Sebelumnya, Abdur-Rahman bin Muljam ini dikenal sebagai ahli ibadah, gemar berpuasa saat siang hari dan menjalankan shalat malam. Namun, pemahamannya tentang agama kurang menguasai.


Meski demikian, ia mendapat gelar al-Muqri. Dia mengajarkan Al-Qur'an kepada orang lain. Tentang kemampuannya ini, Khalifah Umar bin al Khaththab sendiri mengakuinya. Dia pun pernah dikirim Khalifah Umar ke Mesir untuk memberi pengajaran Al-Qur'an di sana, untuk memenuhi permintaan Gubernur Mesir, Amr bin al-Aash, karena mereka sedang membutuhkan seorang qâri.
Dalam surat balasannya, ‘Umar menulis: “Aku telah mengirim kepadamu seorang yang shâlih, Abdur-Rahman bin Muljam. Aku merelakan ia bagimu. Jika telah sampai, muliakanlah ia, dan buatkan sebuah rumah untuknya sebagai tempat mengajarkan Al-Qur`ân kepada masyarakat”.
Sekian lama ia menjalankan tugasnya sebagai muqri`, sampai akhirnya benih-benih pemikiran Khawârij mulai berkembang di Mesir, dan berhasil menyentuh ‘âthifah (perasaan)nya, hingga kemudian memperdayainya.


http://viosixwey.blogspot.com/2013/04/siapakah-abdur-rahman-bin-muljam_4621.html




Snouck Hurgronje; Bapak Orientalis Imperialis yang Hafal Al Quran


Diposting Kamis, 20-12-2012 | 18:16:36 WIB




Muslimdaily.net - Nama lengkapnya adalah Christiaan Snouck Hurgronje; seorang orientalis Belanda terkenal dan ahli politik imperialis. Lahir pada 8 Februari 1857 di Oosterhout dan meninggal pada 26 Juni 1936 di Leiden. Ia merupakan anak keempat pendeta J.J. Snouck Hurgronje dan Anna Maria, putri pendeta Christiaan de Visser. Perkawinan kedua orang tuanya didahului oleh skandal hubungan gelap sehingga mereka dipecat dari gereja Hervormd di Tholen (Zeeland) pada 3 Mei 1849.

Seperti ayah, kakek, dan kakek buyutnya yang betah menjadi pendeta Protestan, Snouck sempat bercita-cita ingin menjadi seorang pendeta. Oleh karena itu, pada 1874 ia memasuki Fakultas Teologi di Universitas Leiden. Setelah lulus sarjana muda pada 1878, Snouck melanjutkan ke Fakultas Sastra Jurusan Sastra Arab di Universitas yang sama. Ia berhasil meraih gelar doktor dalam bidang Sastra Semit pada 1880 dengan disertasi berjudul Het Mekkansche Feest (Perayaan Mekah). Beberapa orientalis terkenal menjadi guru dan sahabat Snouck serta sangat mempengaruhi pandangannya tentang Islam dan politik imperialis. Mereka antara lain adalah Abraham Kuenen, C.P. Tieles, L.W.E. Rauwenhoff, M.J. de Goeje, Ignaz Goldziher, Theodor Nöldeke, dan R.P.A. Dozi.

Untuk memperdalam pengetahuan tentang Islam dan bahasa Arab, pada 1884 Snouck pergi ke Mekah. Di hadapan para ulama, ia menyatakan masuk Islam dan memakai nama Abdul Ghaffar. Ia mengadakan hubungan langsung dengan para pelajar dan ulama yang berasal dari Hindia Belanda. Pengetahuannya tentang Islam memang cukup luas. Ia sangat menguasai bahasa Arab, bahkan juga hapal Al-Qur’an. Kelak ketika bertugas di Hindia Belanda, banyak pribumi muslim memberinya gelar Syaikhul Islam Tanah Jawikarena terkagum dengan ilmunya dan menyangkanya benar-benar sebagai muslim. Padahal, menurut P. Sj. Van Koningsveld, keislaman Snouck Hurgronje hanyalah tipu muslihat.

Karena sering menghadapi perlawanan jihad dari umat Islam, pemerintah kolonial Hindia Belanda pada 1889 mendatangkan Snouck Hurgronje ke Indonesia. Mereka mengangkatnya sebagai penasihat untuk urusan-urusan Arab dan pribumi. Tugasnya adalah melakukan penyelidikan mengenai hakikat agama Islam di Indonesia dan memberikan nasihat kepada pemerintah mengenai urusan-urusan agama Islam.

Deislamisasi dan Imperialisme

Sesuai dengan tugasnya, Snouck merumuskan kebijakan pemerintah Hindia Belanda dalam menangani masalah Islam. Ia membedakan Islam dalam arti “ibadah” dengan Islam sebagai “kekuatan sosial politik”. Ia membagi masalah Islam atas tiga kategori.

Pertama, dalam semua masalah ritual keagamaan atau aspek ibadah, rakyat Indonesia harus dibiarkan bebas menjalankannya. Snouck menyatakan bahwa pemerintah Belanda yang ”kafir” masih dapat memerintah Indonesia sejauh mereka dapat memberikan perlakuan yang adil dan sama-rasa sama-rata, bebas dari ancaman dan despotisme.

Kedua, sehubungan dengan lembaga-lembaga sosial Islam atau aspek muamalat, seperti perkawinan, warisan, wakaf, dan hubungan-hubungan sosial lain, pemerintah harus berupaya mempertahankan dan menghormati keberadaannya.

Ketiga, dalam masalah-masalah politik, Snouck menasihati pemerintah untuk tidak menoleransi kegiatan apa pun yang dilakukan kaum Muslim yang dapat menyebarkan seruan-seruan Pan-Islamisme atau menyebabkan perlawanan politik atau bersenjata menentang pemerintah kolonial Belanda. Dalam hal ini, Snouck menekankan pentingnya politik asosiasi kaum Muslim dengan peradaban Barat. Cita-cita seperti ini mengandung maksud untuk mengikat jajahan itu lebih erat kepada penjajah dengan menyediakan bagi penduduk jajahan itu manfaat-manfaat yang terkandung dalam kebudayaan pihak penjajah dengan menghormati sepenuhnya kebudayaan asal (penduduk).

Agar asosiasi ini berjalan dengan baik dan tujuannya tercapai, pendidikan model Barat harus dibuat terbuka bagi rakyat pribumi. Sebab, hanya dengan penetrasi pendidikan model Baratlah pengaruh Islam di Indonesia bisa disingkirkan atau setidaknya dikurangi. Dalam bukunya, Nederland en de Islam, Snouck menyatakan, “Opvoeding en onderwijs zijn in staat de Moslims van het Islamstelsel te emancipeeren”. Artinya, “Pendidikan dan pelajaran dapat melepaskan kaum Muslim dari genggaman Islam.” (hlm. 79)

Melalui pendidikan itu, pemikiran Snouck tentang Islam disebarkan. Seperti gurunya, Ignaz Goldziher, Snouck mengingkari turunnya wahyu kepada Rasulullah Muhammad SAW. Ia bahkan menuduh Al-Qur’an sebagai hasil saduran Muhammad dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. (Mohammedanism, hlm. 30-31) Snouck juga melecehkan syariat Islam. Ia menyatakan dalam Nederland en de Islam (hlm. 61) bahwa syariat Islam hanya cocok untuk peradaban abad pertengahan; bukan untuk abad modern. Oleh karena itu, poligami, mempermudah ikatan pernikahan, dan sikap tunduk wanita pada hegemoni laki-laki –misalnya– menghalangi tercapainya kemajuan keluarga yang normal.

Menurut ulama dan sejarawan Indonesia, Abdullah bin Nuh, pemikiran seperti itu sengaja disebarkan untuk menjauhkan pribumi Indonesia yang mengenyam pendidikan Barat dari agama Islam dan syariatnya, sesuai politik imperialis dan tujuan misi Kristen di Indonesia. (Darsun min Hayâh Mustasyriq, hlm. 29). Oleh karena itu, dari sekolah-sekolah Barat yang didirikan pemerintah Hindia Belanda pada masa politik etis muncullah golongan nasionalis sekuler. Mereka sering melecehkan Islam meskipun mengaku sebagai muslim.

Dari Asosiasi Hingga Kristenisasi

Politik asosiasi yang direkomendasikan Snouck Hurgronje dalam kenyataan bertemu dengan politik Kristenisasi. Para misionaris Kristen berpendapat bahwa apabila asosiasi dapat dipenuhi, mereka dapat berusaha agar bisa lebih diterima oleh penduduk. Sebaliknya, pertukaran agama penduduk menjadi Kristen akan menguntungkan negeri Belanda. Sebab setelah masuk Kristen, mereka akan menjadi warga negara yang loyal lahir batin kepada pemerintahan Belanda. (Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, hlm. 26-27)

Snouck menggalakkan pembukaan sekolah-sekolah misi dengan harapan agar penganut Islam secara berangsur beralih ke agama Kristen. Cara demikian ditempuh karena ratusan ribu penduduk merindukan pendidikan, tetapi mereka tidak menyukai pendidikan Kristen untuk anak-anak mereka. Aktivitas mereka pun didasarkan pada politik asosiasi karena ia berpendapat bahwa penyebaran sekolah-sekolah berpola Eropa merupakan satu-satunya sarana untuk mewujudkan impian, sekali pun hal itu dilakukan melalui sekolah-sekolah misi. (Kumpulan Karangan Snouck Hurgronje, Jilid X,  hlm. 165-166)

Kepada para zendeling dan misionaris, Snouck mengingatkan bahwa Kristenisasi pribumi tetap harus dalam kerangka politik asosiasi. Snouck mengatakan, “Mereka yang percaya pada Kristenisasi umat Islam pribumi (telah saya katakan mengapa saya tidak ikut berharap) paling tidak harus melihat dalam penyatuan bangsa dan politik para kawula Belanda sebagai langkah pertama menuju ke sana. Oleh karena itu, mereka harus bekerja keras untuk menunjangnya. Memang seperti halnya orang Belanda mana pun, dari sekte dan kelas mana pun, misionaris lebih diterima oleh rekan setanah air kita di Timur, yang berperadaban kita, daripada oleh kawula pribumi yang berasal dari rezim yang lama, yang mudah-mudahan segera lenyap.” (Nederland en de Islam, hlm. 94)

Snouck memang telah meninggal pada 1936. Namun, semangat dan pemikirannya meninggalkan pengaruh besar di Indonesia. Ia telah memperlebar akses sekulerisasi dan Kristenisasi. Hingga kini, kedua hal ini menjadi tantangan dakwah terbesar umat Islam Indonesia. Wallahu a‘lam.[mzf]

Penulis: Muhammad Isa Anshori
Peneliti pada Pusat Studi Peradaban Islam (PSPI)


http://muslimdaily.net/artikel/studiislam/snouck-hurgronje-bapak-orientalis-imperialis-yang-hafal-al-quran.html#.Udz8LztTC8C

5 komentar:

  1. kok bisa yah? biasanya yg hapal alquran hatinya bersih klo gk bersih maka akan lupa,, ini beerita bener gk sih

    BalasHapus
  2. Ya bisa saja. Abdurrahman bin Muljam Khawarij yg membunuh Ali bin Abi Thalib adalah contohnya.

    “Akan keluar suatu kaum dari umatku, mereka membaca Alquran, bacaan kamu dibandingkan dengan bacaan mereka tidak ada apa-apanya, demikian pula shalat dan puasa kamu dibandingkan dengan shalat dan puasa mereka tidak ada apa-apanya. Mereka membaca Alquran dan mengiranya sebagai pembela mereka, padahal ia adalah hujjah yang menghancurkan alasan mereka. Shalat mereka tidak sampai ke tenggorokan, mereka lepas dari Islam sebagaimana melesatnya anak panah dari busurnya.” (HR. Abu Dawud)

    Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/01/19/ciri-khawarij-tak-mengamalkan-al-quran-dan-membunuh-muslim/

    Silahkan baca:
    http://asysyariah.com/manusia-paling-celaka-adalah-pembunuhmu-wahai-ali.html

    http://www.sarkub.com/2013/ucapan-kh-said-aqil-dipelintir-oleh-arrahmah-dan-voa-islam/


    http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,5-id,7455-lang,id-c,halaqoh-t,Bagi+NU++Paham+Kebangasaan+adalah+Prinsip-.phpx

    BalasHapus
  3. Menghafal Al Qur'an itu bagus. Tapi jangan bangga apalagi Riya'.
    Kalau kita bisa mengamalkan Al Qur'an baru kita bisa bersyukur kepada Allah. Sebab yang penting itu IMAN dan AMAL.

    BalasHapus
  4. masalahnya,pengamalan yang benar itu yang bgaimana ,,,,,,,

    BalasHapus