Ada kelompok yg membid'ahkan Qunut Subuh sbg Bid'ah sesat sehingga tidak mau sholat/mengaji di masjid yg ada Doa Qunut Subuhnya. Padahal Nabi pernah melakukan Qunut di semua sholat waktu selama 1 bulan. Meski ada hadits yg menyatakan Nabi kemudian berhenti melakukan Qunut, tapi ada juga hadits yg menyatakan Nabi berhenti Qunut kecuali Subuh.
2-3 x saja Nabi melakukan sesuatu, itu sudah termasuk SUNNAH. Jadi keliru ada yg menyebut Qunut Subuh sbg Bid'ah sesat dan menjauhi orang yg melakukan Qunut Subuh. Orang seperti ini, bisa jadi karena tidak mengaji akhirnya baca Al Qur'annya patah2/tidak lancar dan makhroj/tajwidnya tidak benar. Sholatnya juga belum tentu benar.
Imam Syafi'ie (lahir 150 H) mengajarkan Doa Qunut itu dari 1 juta hadits yg beliau baca dan juga praktek sholat tabi'it tabi'in (cucu sahabat). Imam Hambali yg jadi panutan kelompok yg membid'ahkan Qunut Subuh justru mau belajar dgn Imam Syafi'e. Hal itu tak akan dilakukan jika beliau menganggap Imam Syafi'ie sbg Ahlul Bid'ah, sesat, dsb.
Bahkan pakar hadits pun seperti Imam Bukhari (lahir 196 H) dan Imam Muslim mau bermazhab Syafi'ie. Imam Bukhari menyaring dari satu juta hadis yang diriwayatkan 80 ribu perawi menjadi 7.275 hadis.
Jadi aneh jika ada Ahli Hadits ecek2 yang hidup di tahun 1400-an H (misalnya dari tukang servis arloji jadi pakar hadits yg disegani) yg cuma dapat 7000-an hadits dari Imam Bukhari merasa lebih hebat dari Imam Bukhari yg menguasai 1 juta hadits dgn menyebut orang yg melakukan Qunut Subuh sebagaimana Imam Syafi'ie sbg Ahlul Bid'ah...
Pendiri Muhammadiyyah, KH Ahmad Dahlan, saat sholat jama'ah dgn pendiri NU KH Hasyim Asy'ari mau melakukan Qunut Subuh. Ini karena tidak menganggap Doa Qunut Subuh sebagai bid'ah yang sesat.
Abu Rasyid: Imam Ahmad ketika menjadi makmum dr Imam syafi'i (Guru Imam Ahmad)beliau jg melkkan Qunut, ketika di tanya knp melakukan qunut beliau menjawab " aku tdk mau jamaah tidak khusyuk dlm sholat ketika aku tdk mengangkat tangan utk Qunut. Padahal kita tahu bhw Imam Ahmad adalah Imam Madzhab yg membid'ah kan Qunut, (Salah satu teladan Shalafus sholeh, bandingkan dgn Kita,,,??? )
Dalil Hadits tentang Nabi melakukan do'a Qunut saat sholat cukup banyak:
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Setelah Rasulullah membaca Al-Fatihah, takbir dan mengangkat kepala, beliau mengucapkan: Semoga Allah menerima orang yang memuji-Nya. Ya Allah, Tuhan kami, milik-Mu-lah segala puji. Dan ketika berdiri (bangun dari rukuk berdiri), beliau berdoa: "Ya Allah, selamatkanlah Walid bin Walid, Salamah bin Hisyam dan Ayyas bin Abu Rabiah serta orang-orang mukmin yang lemah. Ya Allah, perberatlah siksa-Mu atas Bani Mudhar. Timpakan siksaan itu atas mereka seperti Yusuf pernah menderita kesengsaraan. Ya Allah, kutuklah orang-orang suku Lihyan, suku Ri'lan, suku Dzakwan dan suku Ushaiyyah yang membangkang terhadap Allah dan Rasul-Nya". Kemudian aku dengar beliau meninggalkan hal itu sewaktu turun firman Allah: Tidak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu, baik Allah menerima tobat mereka atau menyiksa mereka. Karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim. (Shahih Muslim No.1082)
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Dari Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa ia mendengar Abu Hurairah ra. berkata: Demi Allah, aku berusaha betul mendekati cara salat Rasulullah saw. Abu Hurairah biasa membaca qunut pada salat Zuhur, Isyak yang diakhirkan dan salat Subuh serta mendoakan (dalam qunut) orang-orang mukmin dan mengutuk orang-orang kafir. (Shahih Muslim No.1084)
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Rasulullah saw. berdoa untuk kehancuran orang-orang yang telah membunuh para sahabat di Telaga Ma'unah sebanyak tiga puluh kali setiap Subuh. Beliau juga mendoakan untuk kehancuran Bani Ri`l, Bani Dzakwan, Bani Lihyan dan Bani Ushayyah serta orang yang mendustai Allah dan Rasul-Nya. (Shahih Muslim No.1085)
Intinya yang wajib itu adalah sholat Subuh. Ada pun Qunut itu furu'/ranting dan Sunnah. Mau mengerjakan boleh, tidak juga tidak apa2. Bid'ah itu artinya sesuatu yg tak ada pada zaman Nabi atau Nabi TIDAK PERNAH MENGERJAKAN. Karena menurut Hadits Bukhari Nabi pernah mengerjakan, tidak bisa kita mengatakan itu BID'AH. Itu sama saja dgn kita menuduh Nabi telah melakukan Bid'ah.
Kalau dibilang Doa Qunut dilakukan saat ummat Islam kena musibah/bencana, apa saat ini bukan saat yang tepat? Jutaan Muslim dibantai di Palestina, Afghanistan, Iraq oleh AS dan Israel. Belum lagi negara-negara Islam yang dilanda peperangan akibat adu domba AS dan Israel seperti di Libya dan Suriah. Apalagi ada pembantaian Muslim di Rohingya Burma. Apa ini bukan saat yang tepat untuk melakukan Doa Qunut? Nabi melakukan Doa Qunut sampai disetiap sholat wajib selama berkali-kali. Jadi kalau kita sholat Subuh pun sama sekali tidak pernah melakukan doa Qunut padahal jutaan Muslim menderita, apa masih sesuai dengan sunnah Nabi?
Ada pun Usholli itu adalah Niat dan memang ada dalilnya:
Sahabat -Al Faruq- Umar bin Khaththab ra berkata,”Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, ’Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia telah berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya itu karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya’.” (HR. Bukhari & Muslim).
”Niat seorang mukmin lebih baik dari amalnya” (HR Al-Baihaqi dan Ar-Rabii’)
”Manusia dibangkitkan kembali kelak sesuai dengan niat-niat mereka” (HR Muslim)
Dari Hafshah Ummul Mukminin bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa tidak berniat puasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya.” [Imam Lima]
Ibnu ‘Umar dan Hafshoh ra :
مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ الصِّيَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَلَا صِيَامَ لَهُ
Siapa yang tidak berniat puasa dari malam hari maka tidak ada puasa baginya.” [Bukhari-Muslim]
http://media-islam.or.id/2012/06/26/niat-karena-allah-awal-dan-penentu-semua-amal-shaleh/
Setiap amal itu jika tidak niat karena Allah akan ditolak. Begitu pula sholat.
Kelompok yang menolak Usholli bersikeras niat itu di hati dan haram diucapkan. Kalau ada 1 hadits yang menyebut sahabat mengucapkan niatnya, baru akan kami terima. Begitu katanya.
Meski niat itu memang di hati, namun menegaskannya dengan lisan bukanlah bid'ah yang sesat atau pun haram. Ini haditsnya:
Dari Abu Hurairah r.a., bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada seorang lelaki berkata: "Sesungguhnya saya akan bersedekah dengan sesuatu sedekah." (penulis: Ini niat yg DIUCAPKAN) Iapun keluarlah dengan membawa sedekahnya, lalu diletakkannya di tangan seorang pencuri. Pagi-pagi orang-orang sama bercakap-cakap: "Tadi malam itu disedekahkan kepada seorang pencuri." Orang itu lalu berkata: "Ya Allah, bagiMulah segala puji-pujian, sesungguhnya saya akan bersedekah lagi dengan sesuatu sedekah." Iapun keluarlah dengan membawa sedekahnya lalu meletakkannya di tangan seorang wanita pezina -pelacur. Pagi-pagi orang-orang sama bercakap-cakap: "Tadi malam itu disedekahkan kepada seorang wanita pezina." Orang tadi berkata: "Ya Allah, segala puji-pujian adalah bagiMu atas seorang wanita pezina. Tetapi sesungguhnya saya akan bersedekah lagi dengan sesuatu sedekah." Iapun keluarlah dengan membawa sedekahnya lalu meletakkannya di tangan seorang kaya. Pagi-pagi orang-orang bercakap-cakap lagi: "Tadi malam itu disedekahkan kepada orang kaya." Orang itu lalu berkata: "Ya Allah, bagiMulah, segala puji-pujian atas seorang pencuri, seorang pelacur dan seorang kaya." Kemudian didatangkanlah suatu impian padanya dan dikatakan kepadanya: "Adapun sedekahmu kepada pencuri itu, barangkali ia akan menahan dirinya dari pencurian, adapun yang kepada wanita pelacur, maka barangkali ia menahan diri dari perzinaannya, sedang yang kepada orang kaya, maka barangkali ia dapat mengambil cermin teladan dengan perbuatanmu itu, lalu ia suka menafkahkan sebagian dari apa-apa yang dikaruniakan oleh Allah padanya." Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dengan lafaznya dan juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan uraian yang semakna dengan di atas itu.
Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a. bahwasanya ia berwudhu' di rumahnya kemudian keluar lalu berkata: "Sesungguhnya saya akan menetap bersama Rasulullah s.a.w. dan selalu berada di sisinya pada hari ini." (penulis: Ini niat yg DIUCAPKAN) Ia mendatangi masjid, lalu menanyakan perihal Nabi s.a.w. Orang-orang sama berkata: "Beliau menuju ke sana." Abu Musa berkata: "Saya lalu keluar mengikuti jejaknya sambil menanyakan perihal beliau, sehingga masuklah beliau ke perigi -atau sumur- Aris. Saya duduk di sisi pintu sehingga Rasulullah s.a.w. menyelesaikan hajatnya dan berwudhu'. Selanjutnya saya berdiri menuju ke tempatnya, beliau di saat itu sudah duduk di atas perigi Aris dan berada di tengah-tengah dinding perigi tersebut. Beliau membuka kedua betisnya dan melemberehkan keduanya itu di perigi. Saya lalu memberikan salam padanya, kemudian saya kembali terus duduk di sisi pintu. Saya berkata: "Benar-benar saya akan menjadi juru penjaga pintu Rasulullah s.a.w. pada hari ini." Kemudian datanglah Abu Bakar r.a. lalu menolakkan pintu. Saya bertanya: "Siapakah ini?" Ia menjawab: "Abu Bakar." Saya berkata: "Tunggu sebentar." Sayapun pergilah lalu berkata: "Ya Rasulullah. Ini Abu Bakar datang meminta izin." Beliau s.a.w. menjawab: "Izinkan ia dan sampaikanlah berita gembira padanya bahwa ia akan memperoleh syurga." Saya menghadap kembali sehingga saya berkata kepada Abu Bakar: "Masuklah dan Rasulullah memberikan berita gembira pada Anda bahwa Anda akan memperoleh syurga." Abu Bakar lalu masuk, sehingga duduklah ia di sebelah kanan Nabi s.a.w. yakni berjajar dengannya di dinding perigi dan melemberehkan kedua kakinya di perigi itu. Saya telah meninggalkan saudaraku -yaitu Abu Burdah berwudhu' lalu menyusulku lagi-. Saya berkata: "Jikalau Allah itu menghendaki kebaikan pada seseorang -yang dimaksudkan ialah saudaranya itu, maka Allah mendatangkannya- untuk dapat hadir di tempat Nabi s.a.w. Tiba-tiba ada orang lain lagi yang menggerak-gerakkan pintu. Saya bertanya: "Siapakah ini?" Ia menjawab: "Umar bin al-Khaththab." Saya berkata: "Tunggu sebentar," lalu saya mendatangi Rasulullah s.a.w., memberikan salam padanya dan saya berkata: "Ini Umar datang meminta izin." Beliau s.a.w. bersabda: "Izinkanlah ia dan sampaikanlah berita gembira bahwa ia memperoleh syurga." Kemudian saya mendatangi Umar lalu berkata: "Rasulullah s.a.w. mengizinkan. Masuklah dan Rasulullah s.a.w. menyampaikan berita gembira pada Anda bahwa Anda memperoleh syurga." Umar masuk lalu duduk bersama Rasulullah s.a.w. di dinding perigi di sebelah kirinya dan melemberehkan pula kedua kakinya di perigi tadi. Seterusnya saja kembali lagi lalu duduk dan berkata: "Jikalau Allah menghendaki kebaikan pada seorang -yang dimaksudkan ialah saudaranya itu, maka Allah mendatangkannya- untuk dapat hadir di tempat Nabi s.a.w. Seterusnya datang pula seorang lagi lalu menggerak-gerakkan pintu, saya berkata: "Siapakah ini?" Ia menjawab: "Usman bin Affan." Saya berkata: "Tunggu sebentar." Saya mendatangi Nabi s.a.w. lagi dan memberitahukan padanya kedatangan Usman. Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Izinkanlah ia dan sampaikanlah berita gembira padanya bahwa ia akan memperoleh syurga dengan mendapatkan beberapa bencana yang akan mengenai dirinya." Saya datang lalu berkata: "Masuklah dan Rasulullah s.a.w. menyampaikan berita gembira pada Anda bahwa Anda akan memperoleh syurga dengan adanya beberapa bencana yang akan mengenai Anda." Usman masuklah dan didapatinya bahwa dinding perigi telah penuh. Maka dari itu ia duduk menghadap beliau-beliau -yang datang lebih dulu itu- di tepi yang sebelah lainnya." Said bin al-Musayyab berkata: "Kemudian saya mentakwilkan sedemikian itu akan makam-makam beliau-beliau -yakni bahwa Rasulullah s.a.w. beserta kedua sahabatnya yakni Abu Bakar dan Umar radhiallahu 'anhuma menjadi satu dalam sebuah tempat yaitu di bilik Sayyidah Aisyah radhiallahu 'anha-." (Muttafaq 'alaih) Dalam sebuah riwayat lain ditambahkan; "Rasulullah menyuruh saya -Abu Musa al-Asy'ari- untuk menjaga pintu." Juga dalam hadits ini disebutkan bahwasanya Usman ketika diberitahu kabar bahwa ia akan memperoleh syurga, ia lalu mengucapkan puji-pujian kepada Allah Ta'ala kemudian berkata: "Allah yang dimohoni pertolongan," sebab ia tahu akan memperoleh bencana di belakang hari nanti. [Riyadlush Sholihin - Imam Nawawi]
Abu Hurairah berkata, "Sungguh saya akan mendekati shalat Nabi." (penulis: Ini niat yg DIUCAPKAN)Lalu Abu Hurairah membaca qunut dalam rakaat terakhir dari shalat zhuhur, isya, dan subuh setelah ia membaca "Sami'allahu liman hamidah". Lalu, ia mendoakan orang-orang mukmin dan mengutuk orang-orang kafir [HR Bukhari]
Rifa'ah bin Rafi' ar-Ruzaqi berkata, "Pada suatu hari kami shalat dibelakang Nabi. Ketika beliau mengangkat kepala dari ruku sambil mengucapkan, "Sami'allahu liman hamidah" 'semoga Allah mendengarkan orang yang memuji-Nya', maka seseorang laki-laki mengucapkan, "Rabbana walakal hamdu hamdan katsiiran thayyiban mubaraakan fiihi" 'Wahai Tuhan kami, hanya bagiMulah segala puji dengan pujian yang banyak, baik, dan diberkahi'. Setelah beliau berpaling (salam), beliau bertanya, 'Siapakah orang yang mengucapkannya?' Ia menjawab, 'Saya.' Beliau bersabda, 'Saya telah melihat tiga puluh lebih malaikat bersegera, entah yang mana yang pertama menulisnya.'" [HR Bukhari]
Jadi saat kita akan sholat, kita harus niat dulu. Nah niatnya apa? Niat mau sholat apa puasa? Kan kita harus menegaskan niat itu meski di hati. Soalnya ada orang yang sholat tanpa niat. Misalnya di hati: Saya mau sholat.
Kadang orang merasa dia sholat Dzuhur, padahal harusnya Ashar. Nah niat meski di hati bisa dipersempit lagi: "Saya mau sholat Ashar".
Nanti sholat Asharnya itu buat apa? Buat Allah apa biar mertua senang? Bisa dikhususkan lagi: "Saya mau sholat Ashar demi Allah ta'ala".
Sering orang lupa jumlah roka'at sholatnya. Misalnya sholat Subuh yang harusnya 2 roka'at jadi 3 roka'at. Atau sholat Dzuhur yang 4 roka'at, jadi 3 roka'at. Ini karena sholat dengan niat entah apa lafal di hatinya sholat begitu saja. Padahal jika dihatinya dia lafalkan: "Saya mau sholat Dzuhur 4 roka'at karena Allah ta'ala" itu kan jadi lebih mudah untuk membantu mengingatkan bahwa dia akan sholat 4 roka'at. Bukan 3 atau 5 roka'at.
Nah Imam Syafi'ie yang merupakan tokoh Tabi'it Tabi'in (ulama Salaf) mengajarkan kita pengucapan niat misalnya:
Bacaan niat-niat shalat tersebut adalah :
Niat shalat subuh
اصلي فرض الصبح ركعتين مستقبل القبلة اداء لله تعالى
Usholli Fardlosh shubhi rok'ataini mustaqbilal qiblati adaa-anl lillaahi ta'aala.
Aku niat melakukan shalat fardu subuh 2 rakaat, sambil menghadap qiblat, saat ini, karena Allah ta'ala.
Niat shalat zuhur
اصلي فرض الظهر اربع ركعتات مستقبل القبلة اداء لله تعالى
Usholli Fardlozh zhuhri arba'a roka'aatim mustaqbilal qiblati adaa-anl lillaahi ta'aala.
Aku niat melakukan shalat fardu zuhur 4 rakaat, sambil menghadap qiblat, saat ini, karena Allah ta'ala.
Niat shalat ashar
اصلي فرض العصر اربع ركعتات مستقبل القبلة اداء لله تعالى
Usholli Fardlol 'ashri arba'a roka'aatim mustaqbilal qiblati adaa-anl lillaahi ta'aala.
Aku niat melakukan shalat fardu ashar 4 rakaat, sambil menghadap qiblat, saat ini, karena Allah ta'ala.
Niat shalat maghrib
اصلي فرض المغرب ثلاث ركعتات مستقبل القبلة اداء لله تعالى
Usholli Fardlol maghribi tsalaatsa roka'aatim mustaqbilal qiblati adaa-anl lillaahi ta'aala.
Aku niat melakukan shalat fardu maghrib 3 rakaat, sambil menghadap qiblat, saat ini, karena Allah ta'ala.
Niat shalat isya
اصلي فرض العشاء اربع ركعتات مستقبل القبلة اداء لله تعالى
Usholli Fardlol 'isyaa-i arba'a roka'aatim mustaqbilal qiblati adaa-anl lillaahi ta'aala.
Aku niat melakukan shalat fardu isya 4 rakaat, sambil menghadap qiblat, saat ini, karena Allah ta'ala.
Nabi mengatakan Niat itu wajib. Nah masalah pelafalan Niat itu (meski dihati juga tetap harus ada lafal niatnya) Imam Syafi'ie mengajarkan meski lafalnya tidak harus sama persis seperti itu dan bisa dengan bahasa Indonesia.
Masalah niat di lafalkan atau cuma di dalam hati, Allah tidak melarangnya:
Allah Ta'ala berfirman pula: "Katakanlah - wahai Muhammad, sekalipun engkau semua sembunyikan apa-apa yang ada di dalam hatimu ataupun engkau sekalian tampakkan, pasti diketahui juga oleh Allah." (ali-Imran: 29)
Masalah Niat ini semua setuju bahwa itu wajib. Jadi masalah di hati saja atau selain di hati juga ditegaskan lagi dengan qowli atau ucapan itu sudah masalah ranting/furu'. Jadi yang mau pakai Usholli silahkan, yang tidak mau pakai juga tidak apa-apa. Yang penting tetap harus ada niat.
Ada 3 hadits yang menceritakan bagaimana 3 sahabat melakukan hal yang baru yang tidak pernah dikerjakan dan diajarkan Nabi, namun Nabi tidak menuduhnya sebagai bid'ah yang sesat. Justru Nabi memujinya.
Namun banyak juga hal baru / bid'ah seperti pembukuan Al Qur'an di zaman Khalifah Abu Bakar, Sholat Tarawih berjama'ah 23 roka'at di zaman Khalifah Umar, penyusunan Mazhab Maliki, Hanafi, Syafi'ie, dan Hambali, serta pembukuan Kitab Hadits (yang pernah dilarang Nabi) oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, dsb.
Jadi adakah semua hal yang baru adalah bid'ah yang sesat?
Yang haram/dosa adalah mengolok2/menghina sesama Muslim serta menimbulkan fitnah dan perpecahan:
Hadis pertama: Seseorang tiba di mesjid kemudian ia masuk kedalam shaf shalat. Ia tergopoh-gopoh karena mengejar shalat. Kemudian ia berkata:”Alhamdulillah hamdan kathiron thayyiban mubaarokan fiihi.”Ketika sholat selesai Rasulullah bertanya:”siapa yang mengucapkan kata-kata tadi?” Sahabat tidak ada yang menjawab. Kemudian Rasulullah saw mengulangi pertanyaanya: ”Siapa yang mengucapkan kata-kata tadi, Ia tidak mengucapkan sesuatu yang jelek. ” Seseorang menjawab: ”Saya tiba di masjid dan khawatir tertinggal shalat, maka saya mengucapkannya. ” Rasulullah berkata: ”Saya melihat dua belas malaikat berlomba siapa di antara mereka yang mengangkatnya.” (HR Muslim No. 600)
Hadis Kedua: Ibnu Umar berkata: ketika kami sedang shalat bersama Rasulullah saw tiba-tiba ada seseorang yang mengucapkan: ” Allahu-akbar kabiroo, walhamdu-lillahi katsiroo, wa subhanallahi bukrotaw-waashilaa.” Kemudian Rasulullah saw bertanya: ”kalimat zikir tadi, Siapa yang mengucapkannya ?” salah seorang menjawab; “Saya wahai Rasulullah.” Rasulullah berkata: ”Aku mengaguminya, dibukakan pintu langit bagi kalimat tersebut!”(HR Muslim no.601)
Hadis Ketiga: Seseorang dari kaum Anshar menjadi imam di masjid Quba. Ia selalu membaca surat al Ikhlas sebelum membaca surat lain setelah al-Fatihah. Ia melakukannya setiap rakaat. Jamaah masjid menegurnya: ”Kenapa anda selalu memulainya denga al-Ikhlas, bukankah surat al-Ikhlas cukup dan tidak perlu membaca surat lain, atau engkau memilih cukup membaca al-Ikhlas atau tidak perlu membacanya dan cukup surat lain. Ia menjawab: Saya tidak akan meninggalkan surat al-Ikhlas, kalau kalian setuju saya mengimami dengan membaca al-Ikhlas maka saya akan mengimami kalian, tapi kalau kalian tidak setuju maka saya tidak akan jadi imam. Mereka tahu bahwa orang ini yang paling baik dan tidak ingin kalau yang lain mengimami shalat. Ketika Rasulullah datang mengunjungi, mereka menyampaikan hal ini kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw bertanya pada orang tersebut; ”Apa yang membuatmu menolak saran teman-temanmu? Dan Apa yang membuatmu selalu membaca surat al-Ikhlas setiap rakaat?” Ia menjawab: ”Saya mencintainya (al-Ikhlas). Rasulullah berkata: ”Kecintaanmu terhada surat al-ikhlas memasukanmu kedalam syurga!” (HR Bukhori no.741)
http://sabili.co.id/agama/memahami-bid-ah-dan-membangun-toleransi-antar-pendapat
Menurut Imam Ahmad sendiri yang katanya merupakan panutan kelompok yang suka membid'ah-kan sesama Muslim:
Yang dinamakan shalat adalah : ucapan dan perbuatan kita sejak takbir sampai salam.
Sabda Nabi SAW. :
مفتاح الصلاة الطهور وتحريمها التكبير وتحليلها التسليم. [رواه أحمد]
Artinya :
“Kuncinya shalat adalah bersuci, ihramnya adalah takbir dan tahallulnya adalah salam” (HR. Ahmad)
Artinya Sholat itu dimulai dari "Takbirotul Ihrom" dan diakhiri dengan "Salam". Jadi di luar itu bukan Sholat namanya. Segala hal yang baru diluar sholat, itu bukan Bid'ah. Tidak bisa kita mengatakan Usholli yang diucapkan sebelum Takbir itu sebagai Bid'ah karena itu bukan bagian dari Sholat.
Usholli itu adalah niat yang memang bebas apakah mau dilafalkan atau tidak. Yang penting digoreskan ke hati.
Orang yg bilang qunut itu bidah adalah orang yg pemalas
BalasHapus