Iklan 2

Senin, 23 Januari 2012

Ajaran Sifat 20 Imam Abu Hasan Al Asy'ari Tidak Sesat

Terlalu gegabah jika menganggap Sifat 20 dari Abu Hasan Al Asy'ari sesat hanya karena Abu Hasan lahir tahun 260 H.


Sifat 20 seperti Allah itu Ada, Allah itu Satu, Allah itu Maha Hidup, Allah Maha Kuasa itu semua ada dalilnya dalam Al Qur'an.


Jika begitu dianggap sesat, berarti Tauhid Uluhiyah dan Rububiyah yg diajarkan Muhammad bin Abdul Wahab lebih sesat lagi karena dia lahir di tahun 1115 H. Saat kegelapan Islam. Kalau Imam Asy'ari masih di 7 abad pertama jayanya Islam. Jelas jika Imam Asy'ari lah yang merupakan Salafush Saleh sedang Muhammad bin Abdul Wahab adalah Khalaf.



Menganggap ajaran Sifat 20 sesat hanya karena di Al Qur'an dan Hadits tidak disebutkan, ini sama saja dengan menganggap ajaran Trilogi Tauhid Muhammad bin Abdul Wahhab yang membagi Tauhid menjadi Tauhid Uluhiyyah, Rububiyyah, dan Asma wa Shifat sebagai bid'ah atau sesat. Karena di Al Qur'an dan Hadits pun tak pernah disebut Allah dan Rasulnya membagi Tauhid menjadi 3 seperti itu. Jadi harusnya kaum Salafi Wahabi berkaca pada ajaran mereka sendiri apakah itu bid'ah atau tidak sebelum menyebut ajaran Sifat 20 yang merupakan ajaran ulama Salaf yang lahir di tahun 260 H sebagai sesat.


Tuduhan bahwa Imam Asy'ari sesat dan kemudian bertobat hanyalah dusta para Ahlul Fitnah dari tempat fitnah di Najd. Di saat paham-paham sesat muncul, justru Imam Asy'ari lah yang mengkoreksinya. Saat itu Muhammad bin Abdul Wahab belum lahir. Para Ulama besar Ahlus Sunnah Wal Jama'ah pun seperti Imam Ghazali, Ahmad bin Hajar al-Atsqalani, Imam an-Nawawi,  Imam al-Qurthubi,  syaikhul Islam Ibnu Hajar al-Haitami,  Syaikhul Fiqh dan hadits Zakariya al-Anshori, Imam Abu Bakr al-Baqillani, Imam an-Nasafi,  Imam Syarbini, dan Imam Ibnul Jauzi semua menganut paham Imam Asy'ari di dalam ilmu Tauhid. Jika mereka semua difitnah sesat, lalu siapa ulama Salafush Shaleh?


Mungkin ada yang protes jika Sifat 20 itu wajib dipelajari bagi setiap Muslim. Bukankah yang berwenang menentukan wajib itu hanya Allah? Sebetulnya jika kita kaji bukan begitu maksudnya. Sifat 20 itu wajib ada pada Tuhan yang sejati. Artinya jika "Tuhan" itu tidak punya sifat seperti Esa (misalnya ada 3), Hidup (misalnya dia mati), atau Kuasa (misalnya lemah), maka itu bukan Tuhan yang asli. Itu maksudnya.


Tuduhan bahwa Sifat 20 itu sesat karena membatasi sifat Tuhan juga keliru. Memang sifat Allah tidak terhingga. Namun mengajarkan hanya 20 Sifat itu tidak berarti sesat. Allah sendiri kadang hanya mengajarkan beberapa sifat saja kepada manusia. Misalnya pada Syahadah Laa ilaaha illallahu, hanya ada Sifat Allah itu Ada dan Allah itu Esa. Hanya 2 sifat.


Pada surat Al Ikhlas yang disatu hadits disebut nilainya 1/3 Al Qur'an juga disebut hanya 5 sifat: Allah itu Esa, Allah tempat bergantung, Tidak melahirkan, Tidak dilahirkan, dan Tidak ada satu pun yang setara denganNya. Jadi keliru jika mengatakan mengajarkan 20 sifat itu sesat berdasar dalil di atas.


Justru dengan pengajaran Sifat 20 yang sederhana itulah maka ummat Islam jadi kenal sifat-sifat Allah secara baik. Aqidahnya jadi mantap. Pengajaran Sifat-sifat Allah seperti: Wujud (Ada), Wahdaniyah (Satu), Hayat (Hidup), 'Ilmu (Maha Mengetahui), Qudrat (Kuasa), dan sebagainya begitu mudah dipahami. Dan semua Sifat itu ada dalilnya di Al Qur'an. Silahkan baca:


http://media-islam.or.id/2009/11/08/sifat-20-allah-yang-penting-dan-wajib-kita-ketahui


Ini beda dengan Tauhid susunan Muhammad bin Abdul Wahab seperti Uluhiyah, Rububiyah, dan Asma' wa Shifat yang justru sukar dipahami oleh awam. Sulit bagi kita meyakinkan orang-orang awam/non Muslim bahwa Tuhan itu Ada, Tuhan itu Satu, Tuhan Itu Terdahulu/Awal, Tuhan itu Kekal/Baqo. Ini karena Tauhid susunan Muhammad bin Abdul Wahhab itu tidak ada dalilnya secara akal/logika. Bagaimana kita bisa meyakinkan orang-orang kafir jika kita cuma mencoba meyakinkan mereka dengan Al Qur'an, sementara mereka bukan cuma ingkar kepada Al Qur'an, tapi juga kepada Allah yang menurunkan Al Qur'an?


Padahal Allah di dalam Al Qur'an menegaskan bahwa Islam itu hanya dipahami oleh orang-orang yang berakal/berpikir. Dalam Al Qur'an, Allah memuat bermacam-macam logika untuk meyakinkan Akal manusia seperti menyatakan sesembahan mereka selain Allah tidak akan mampu menciptakan meski hanya seekor lalat.


Lalu kenapa kita tidak mengajar Asma'ul Husna yang terdiri dari 99 nama? Asma'ul Husna tetap diajarkan. Anda bisa mempelajarinya di:


http://media-islam.or.id/2007/09/14/asma%E2%80%99ul-husna/


Meski demikian, 99 nama itu jangankan untuk dipahami. Dihafal semuanya saja sulit. Dari 10 Muslim, paling hanya 1 yang hafal. Saya bahkan belum pernah menemukan website yang menjelaskan 99 nama tersebut secara rinci.



Tuduhan Fahaman Asy’ari Sesat, Benarkah?


Sebagian ummat Islam tidak mengerti tentang madzhab Asy’ari, siapa orang-orang yang mengikuti imam Asy’ari, dan tidak mengerti manhaj mereka dalam masalah aqidah. Sebagian di antara mereka ada yang menisbatkan kesesatan kepada para pengikut Asy’ari atau menuduhnya keluar dari agama serta melenceng jauh dalam menyifati Allah.


Ketidak-tahuan inilah penyebab utama tercabik-cabiknya dan terpecah-belahnya golongan Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Sehingga sebagian di antara orang=orang yang tidak tahu itu mengklaim bahwa para pengikut Asy’ari itu termasuk kelompok sesat. Saya tidak tahu bagaimana mereka membandingkan antara kelompok yang beriman dan kelompok yang sesat?


Para pengikut Asy’ari (asya’irah) adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Mereka adalah ahlus sunnah yang menentang kezhaliman mu’tazilah. Mereka adalah seperti yang disampakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah, “Ulama adalah penolong ilmu agama, sedangkan para pengikut Asy’ari adalah penolong-penolong pokok agama (ushuluddin/aqidah).” (Al-Fatawa Juz IV)


Di antara Asya’irah adalah ulama ahli hadits, fiqih dan tafzir. Di antara mereka adalah:


1. Ahmad bin Hajar al-Atsqalani, seorang syaikh muhadditin, pengarang kitab Fathul Bari, suatu Syarah Shahih Bukhari, beliau seorang ulama bermadzhab Asy’ari, di mana kitabnya selalu dibutuhkan para ulama.


2. Imam an-Nawawi, pengarang kitab Syarah Shahih Muslim dan pengarang kitab-kitab yang populer yang bermadzhab Asy’ari.


3. Imam al-Qurthubi, pengarang kitab al-Jami’ li Ahkamil Qur`an yang bermadzhab Asy’ari.


4. syaikhul Islam Ibnu Hajar al-Haitami, pengarang kitab a-Zawajir an Iqtiraf al-Kaba-ir yang bermadzhab Asy’ari.


5. Syaikhul Fiqh dan hadits Zakariya al-Anshori yang bermadzhab Asy’ari.


6. Imam Abu Bakr al-Baqillani.


7. Imam an-Nasafi.


8. Imam Syarbini.


9. Imam Ibnul Jauzi, pengarang kitab at-Tashil fi Ulumit Tanzil.


Mereka semua adalah para ulama yang bermadzhab Asy’ari. Sekiranya kita ingin menghitung ulama-ulama pakar hadits, fiqih, dan tafsir dari kalangan Asy’ari, niscaya kita mendapat kesulitan dan kita memerlukan berjilid-jilid kitab mereka untuk menjelaskan mereka semua. Sesungguhnya merupakan keharusan bagi kita untuk mengembalikan kebaikan kepada para pemiliknya, mengetahui keutamaan pemilik ilmu dan keutamaan para ulama yang berkhidmat kepada syari’at Muhammad SAW.


Kebaikan apa yang bisa kita harapkan, jika ulama-ulama dan para pendahulu kita yang shalih ini kita tuduh sesat dan melenceng? Bagaimana Allah akan membuka hati kita untuk menimba ilmu mereka jika kitapernah meyakini bahwa mereka telah melenceng dan sesat dari jalan Islam?


Jika Ahmad bin Hajar al-Atsqalani, Imam an-Nawawi, Imam al-Qurthubi, Ibnu Hajar al-Haitami, Zakariya al-Anshori, Imam Abu Bakr al-Baqillani, Imam an-Nasafi dan ulama-ulama pakar lainnya itu tidak termasuk Ahlus Sunnah wal Jama’ah, maka siapakah Ahlus Sunnah wal Jama’ah itu?


sila rujuk ke blog : http://artikelislami.wordpress.com


http://berandamadina.wordpress.com/2010/03/11/tuduhan-fahaman-asy%E2%80%99ari-sesat-benarkah/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar