Mungkin ada yang berpendapat: "Tidak mungkin!"
Tapi Imam Bukhari saja dari satu juta hadits yang beliau temukan, setelah disaring tinggal 7275 hadits saja. Artinya Hadits-hadits palsu jauh lebih banyak daripada yang asli:
http://id.wikipedia.org/wiki/Imam_Bukhari
Jika orang-orang yang berkecimpung di bidang agama berani meriwayatkan hadits palsu yang ancamannya neraka, apalagi memalsukan kitab. Sangat ringan bagi mereka. Paham yang ekstrim dengan mudah memalsukan kitab-kitab ulama untuk membela paham mereka yang ekstrim. Jadi kita harus hati-hati untuk menyaring berita/informasi dari orang-orang fasik sebagaimana surat Al Hujuraat 6.
Salafi Wahabi – “Mereka Memalsukan Kitab-Kitab Karya Ulama Klasik: Episode Kebohongan Publik Sekte Salafi Wahabi”. Buku ini adalah buku ke-2 terkait trilogi data dan fakta penyimpangan salafi wahabi. Sebelumnya adalah “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi” dan Buku ke-3 rencananya akan terbit dengan judul “Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi”.
Oleh: Syaikh Idahram
Tebal: 308 Hal.
Harga: Rp. 50.000,-
Adagium yang mengatakan bahwa, buku adalah pengikat ilmu, tidak ada yang mengingkarinya. Lebih dari itu, buku merupakan salah satu media utama dalam mencari kebenaran. Telah berabad-abad lamanya, para ulama terdahulu mewarisi ilmu mereka kepada generasi setelahnya melalui buku yang mereka tulis. Buku menjadi sangat berharga dan penting. la menjadi sandaran utama umat dalam mencari kebenaran dan petunjukTuhan. Lalu, apa jadinya jika buku-buku para ulama yang mewarisi ilmu dan petunjuk itu dikotori, diselewengkan, bahkan dipalsukan? Ke mana lagi umat ini hendak mencari kebenaran?
Barangkali Anda terperanjat, kasus-kasus penyelewengan Salafi Wahabi dalam hal amanah ilmiah ini sangat banyak dan beragam, sebagaimana yang-insya’Allah-akan dikupas dalam buku ini, seperti: pemusnahan dan pembakaran buku; sengaja meringkas, mentahkik, dan mentakhrij kitab-kitab hadis yang jumlah halamannya besar untuk menyembunyi-kan hadis-hadis yang tidak mereka sukai; menghilangkan hadis-hadis tertentu yang tidak sesuai dengan faham mereka; memotong-motong dan mencuplik pendapat ulama untuk kemudian diselewengkan maksud dan tujuannya; mengarang-ngarang hadis dan pendapat ulama; memerintahkan ulama mereka untuk menulis suatu buku, lalu mengatasnamakan buku itu dengan nama orang lain; tindakan intimidasi dan provokasi; membeli manuskrip; menyogok penerbit; sampai kepada pencurian buku-buku induk dan manuskrip untuk dihilangkan sebagian isinya, atau dimusnahkan semuanya.
Sering terjadinya kasus-kasus penyelewengan seperti ini dibenarkan oleh ulama-ulama kawakan di Timur Tengah, semisal: Mufti Mesir, Syaikh Prof. Dr. Ali Jum’ah; tokoh ulama Syria, al-Muhaddits asy-Syaikh Abdullah al-Harari al-Habasyi; tokoh ulama Maroko, al-Muhaddits as-Sayyid Ahmad al-Ghimari; tokoh ulama Syria, Prof. Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi; tokoh ulama tasawuf di Makah, al-Muhaddits asy-Syaikh Muhammad ibnu Alawi al-Maliki, dan ulama-ulama lainnya.
Sekte Salafi Wahabi sangat menyadari bahwa buku merupakan salah satu media paling efektif untuk ‘mengarah-kan’ umat kepada faham yang mereka inginkan. Karenanya, tidak aneh jika mereka sangat concern dalam ranah per-bukuan, penerbitan, dan penerjemahan. Beragam jenis buku -baik buku kertas maupun e-book/digital- mereka cetak untuk dibagikan secara gratis maupun dengan harga murah.
Barangkali juga terlintas dalam benak Pembaca suatu pertanyaan, mengapa Salafi Wahabi melakukan tindakan-tindakan tidak terpuji itu? Di antara jawabannya adalah, karena faham penyelewengan, pemalsuan, perusakan, dan pe-lenyapan buku adalah doktrin ulama mereka, sebagai bagian dari upaya memperjuangkan akidah Salafi Wahabi yang mereka yakini paling benar. Anda mungkin tidak percaya, tapi inilah di antara bukti yang menunjukan bahwa,sekte Salafi Wahabi mendoktrinkan para pengikutnya untuk membakar dan melenyapkan buku-buku karya ulama Islam.
Salah seorang tokoh ulama Salafi Wahabi Saudi, Abu Ubaidah Masyhur ibnu Hasan Alu Salman menyatakan dalam salah satu bukunya, “Buku-buku semacam ini banyak dimiliki orang dan mengandung akidah-akidah sesat, seperti kitab: al-Fushush dan al-Futuhat karya Ibnu Arabi, al-Budd karya Ibnu Sab’in, Khal’u an-Na’lain karya Ibnu Qusai, ‘Ala al-Yaqin karya Ibnu Bukhan, buku-buku sastra karya Ibnu Faridh, buku-buku karya al-Afif at-Tilmisani, dan buku-buku sejenisnya. Begitu juga kitab Syarh Ibnu Farghani terhadap kasidah dan syair Ibnu Faridh. Hukum semua buku yang semacam ini adalah, dilenyapkan keberadaannya (idzhab a’yaniha) kapan saja buku itu ditemukan, dengan cara dibakar, dicuci dengan air…” (lihat buku Salafi Wahabi: Kutub Hadzdzara minha al-Ulama, karangan Abu Ubaidah Masyhur ibnu Hasan Alu Salman, penerbit Dar ash-Shami’i, Riyadh, Saudi Arabia, h. 9)
Murid setia Ibnu Taimiyah sekaligus guru Salafi Wahabi, Ibnu Qayyim al-Jauziyah juga pernah menyatakan, “…Begitu juga, tidak perlu untuk mengganti rugi dalam membakar kitab-kitab sesat dan melenyapkannya (itlafuha).” (Lihat kitab: Zad al-Ma’ad karangan Ibnu Qayyim al-Jauziyah, penerbit Muassasah ar-Risalah, vol. 3, Beirut, Lebanon, h. 581).
Dalam bukunya yang lain, Ibnu Qayyim juga berwasiat untuk menghancurkan dan melenyapkan buku-buku bid’ah, “Maksudnya adalah, bahwa kitab-kitab yang mengandung kebohongan dan bid’ah ini wajib untuk dihilangkan dan dilenyapkan. Perbuatan (melenyapkan) ini lebih utama daripada melenyapkan alat-alat hiburan, musik, dan melenyapkan perabot minuman keras. Sungguh bahaya kitab-kitab itu jauh lebih besar dari bahaya-bahaya lain, dan tidak ada ganti-rugi dalam menghancurkan dan melenyapkannya.” (Ibnu Qayyim a-Jauziyah: ath-Thuruq al-Hukmiyah fi as-Siyasah asy-Syar’iyah, penerbit Majma al-Fiqh al-Islami, Jeddah, Saudi Arabia 1428 H., h. 325).
Begitu juga dengan Ibnu Taimiyah, soko guru Salafi Wahabi. Ia telah mengeluarkan fatwa untuk membakar buku-buku yang dianggap bertentangan dengan fahamnya. (Lihat akhir nomor 59 dari kitab al-Akhbar dan kitab al-Jami’ yang digabung dengan kitab Mushannaf Abd ar-Razaq 11/424, dan kitab Mushannaf Ibnu Abu Syaibah 6/211-212, penerbit Dar al-Fikr, bab Tahriq al-Kutub).
Jika kita berbaik sangka, barangkali wasiat dan fatwa Ibnu Taimiyah serta muridnya tentang pembakaran dan pelenyapan buku itu dimaksudkan untuk sesuatu yang baik. Yang menjadi rancu adalah, bid’ah dan sesat yang mereka berdua maksud, tidak sama dengan bid’ah dan sesat yang dimaksudkan oleh sekte Salafi Wahabi, wa bil khusus bid’ah dan sesat versi pendiri Salafi Wahabi, Muhammad Ibnu Abdul Wahab. Scbagaimana telah dikupas pada buku penulis yang ke-1, “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi; Mereka Membunuh Nemuanya Termasuk Para Ulama”, Muhammad Ibnu Abdul Wahab -begitu juga para pengikutnya- memang terkenal bengis dan kejam terhadap umat Islam yang tidak sepaham dengannya.
Sumber:
Buku Mengupas Sekte Salafi Wahabi Memalsukan Kitab-Kitab Klasik karya Ulama Salaf
Tanbihun – Apapun akan diusahakan oleh sekte Salafi Wahabi untuk membentengi dan memperkokoh ajaran menyimpang mereka yang rapuh secara dalil (naqli) maupun secara ilmiah (‘aqli). Di antara cara-cara tak terpuji yang mereka lakukan adalah penyelewengan isi kitab-kitab turats dan makhthuthât (manuskrip) dari teks aslinya, baik dengan menghapus, menambah dan mengubah tulisannya, ataupun membelokkan maksud dan artinya dalam edisi cetakan mereka.
MAKA tidak mengherankan jika Anda menemukan para pengikut Salafi Wahabi begitu fasih mencuplik pendapat ulama Ahlussunnah kenamaan yang selama ini menjadi rujukan Anda. Akan tetapi, jika Anda teliti lebih jauh, ternyata pendapat yang mereka cuplik itu telah diolah sedemikian rupa oleh tangan-tangan terampil para pemalsu kitab!
BUKU ini berisi bukti-bukti ilmiah tentang pemalsuan teks-teks keagamaan yang dilakukan oleh Sekte Salafi Wahabi. Mulai dari kitab tauhid, kitab tafsir, kitab hadits, hingga kitab fikih. Baik karya ulama klasik maupun tulisan ulama kontemporer. Tidak berlebihan jika dikatakan, inilah buku pertama di Indonesia yang membongkar penyelewengan sekte Salafi Wahabi terkait pemalsuan kitab-kitab. Buku ini mengajak siapa saja, para kiai, para ustadz, para santri, hingga para awam, agar mengenal dan mewaspadai cara-cara kurang terpuji yang dilakukan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab demi menopang klaim kebenaran yang mereka propagandakan.
Meski ada tantangan Salafi radikal dan juga Wahabisme yang bersifat trans-nasional dalam beberapa tahun terakhir—masa pasca-Soeharto—tapi Islam washatiyah tidak tergoyahkan. Walaupun demikian, penguatan dan pemberdayaan Islam washatiyah Indonesia tetap diperlukan. (Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A., M.Phil., Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
“Saya rasa, rumah-rumah setiap muslim perlu dihiasi dengan buku penting seperti ini, agar anak-anak mereka juga turut membacanya, untuk membentengi mereka dengan pemahaman yang lurus. Islam adalah agama yang lembut, santun dan penuh kasih-sayang.” (Ust. H. Muhammad Arifin Ilham, Pimpinan Majelis Zikir az-Zikra)
“Saya merinding membaca buku ini, seakan tidak percaya, tapi itulah kenyataannya. Sebuah realitas tentang Salafi Wahabi yang dikupas secara apik dan rapi dengan bahasa yang menarik dan enak dibaca.” (Dr. KH. Rohimuddin Nawawi al-Bantani al-Azmatkhan, M.A., Pimpinan Lembaga Dakwah dan Irsyad Dar al-Hasani Cairo, Egypt)
“Buku penting! Itulah kesan pertama setelah saya membaca buku ini. Anda tidak akan merugi jika memiliki buku langka ini. Karena pengetahuan di dalamnya sangat berharga. Saya merekomendasikan Anda memiliki buku ini!” (Prof. Dr. KH. Hamdani Anwar, M.A., Guru Besar Fakultas Ushuluddin & Filsafat UIN Jakarta)
“Buku ini sangat dahsyat dan mencengangkan, memuat informasi-informasi penting dengan kupasan yang akurat dan ilmiah. Umat Islam perlu mengetahuinya untuk menambah wawasan dan mengenal Islam lebih dalam.” (KH. Wahfiudin, M.B.A., Dai Nasional)
ass..
BalasHapusMas izin menyebarkan artikel2, saya sangat sepaham dengan site ini. mohon izinnya
bagi orang yang kurang bekal seperti saya, ada tips atau trik mengetahui suatu hadist ini benar atau tidak,.
BalasHapusmohon bimbingannya,.
Penerbitnya dari Pustaka Pesantren
BalasHapusCoba cari ditoko buku pak atau coba cari via toko buku online