Iklan 2

Selasa, 31 Maret 2015

Hadits Nabi Tentang Keutamaan Persia (Iran)


Salah satu sahabat Nabi adalah Salman Al Farisi dari Persia. Salman menjadi arsitek pada perang Khandaq.
Keutamaan bangsa Persia dinyatakan oleh Nabi dalam satu hadits. Adakah ini Hadits Syi'ah oh Wahabi yang "Maha Benar" dan tukang ngeyel?
Keutamaan Persia (Iran)
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Seandainya agama itu berada pada gugusan bintang yang bernama Tsuraya niscaya salah seorang dari Persia atau dari putra-putra Persia akan pergi ke sana untuk mendapatkannya. (Shahih Muslim No.4618)
Musuh Islam itu harusnya Israel (Yahudi) yang merampas tanah Palestina dan tahun 2014 saja membantai 2300 rakyat Palestina. Bukan Iran. Wahabi itu mau mengikuti Al Qur'an dan Hadits atau menjauh dari Al Qur'an dan Hadits? Atau memelintir-melintir makna Al Qur'an dan Hadits sehingga maknanya jadi terbalik? Sehingga kita benci Persia dan cinta Yahudi?

Nabi dalam Nubuwatnya menyatakan bahwa ummat Islam akan memerangi kaum Yahudi hingga habis:
Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : “Kiamat tidak akan terjadi sehingga kaum Muslimin memerangi Yahudi, lalu kaum Muslimin akan membunuh mereka sampai-sampai setiap orang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon, tetapi batu dan pohon itu berkata, ‘Wahai Muslim, wahai hamba Allah, ada orang Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuhlah dia.’ Kecuali (pohon) gharqad karena ia adalah pohon Yahudi.” [HR Muslim no. 2922, Imam Ahmad no. 27502 dan 10476, Bukhari no. 2926]
http://kabarislamia.com/2012/01/17/konflik-as-israel-arab-dengan-iran-mengkaji-al-quran-dan-hadits/
Pernyataan kaum Salafi Wahabi yang mengatakan lebih baik berteman dengan kaum Yahudi dan Nasrani ketimbang kaum Syi’ah sebetulnya bertentangan dengan ajaran Islam. Sebab kaum Yahudi dan Nasrani itu bukan cuma mengingkari sahabat, namun juga Allah, Kitab Al Qur’an, dan Nabi Muhammad.
Orang-orang yang beriman tidak akan mengambil kaum Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. [Al Maa-idah 51]
Hanya orang munafik yang dekat dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang saat ini tengah memusuhi Islam dan membantai ummat Islam:
“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” [Al Maa-idah 52]
http://media-islam.or.id/2011/11/30/haram-berteman-dengan-kafir-harbi-dan-membunuh-sesama-muslim/
Dari segi dalil Al Qur'an dan Hadits, tidak ada ayat yang menyatakan kita harus bersahabat dengan kaum Yahudi DAN Nasrani. Bertetangga yang rukun boleh. Tapi jika bersekutu dgn Yahudi dan Nasrani guna membantai sesama Muslim, itu sungguh jauh dari Al Qur'an dan Hadits.
Apalagi fakta yang ada saat ini Israel (Yahudi) yg merampas tanah Palestina dan tahun 2014 saja membantai 2300 rakyat Palestina itu musuh Islam. Begitu pula AS (Nasrani) yg membunuh ummat Islam di Afghanistan, Irak, Libya, Yaman, dsb. Sekutu AS dan Israel ini jelas munafik. Musuh Islam.
Jadi wajar-wajar sajalah. Kecuali jika Iran tiba-tiba menyerang Arab Saudi tanpa sebab, bolehlah kita menyerang Iran. Tapi ini kan tidak. Yang ada justru Arab Saudi menyerang Yaman.
http://kabarislamia.com/2011/12/31/ketika-as-dan-israel-menyerang-iran-anda-memihak-siapa/

Siapa yg tak kenal dgn Salman Al Farisi?
Sahabat Nabi dari Persia yg jadi arsitek perang Khandaq?
Tiba2 Wahabi Saudi membuat kita benci akan Persia / Iran.
Tiba2 ummat Islam tidak benci lagi dgn Yahudi/Israel. Berkat Wahabi Saudi, ayat wa lan tardlo 'an kal Yahuudu wa lan nashoro (al baqarah 120) tidak laku lagi. Ayat tsb cuma di kerongkongan saja.
Sekarang Wahabi Saudi cs dgn AS dan Israel menghancurkan Iraq, Libya, Suriah, Yaman, dan nanti Iran.

Tulisan ini bukan bertujuan membangga2kan atau melebih2kan suatu bangsa di atas bangsa lainnya. Ini hanya sebagai pengingat bagi sebagian kita yang saat ini gampang diprovokasi dengan isu2 sektarian Sunni-Syiah.
Sebagaimana kita ketahui bersama, Iran adalah negara Syiah. Hal ini membuat mereka yang mengatakan "Syiah bukan Islam" dengan serta merta juga membenci Iran (Iranophobic). Meskipun jumhur ulama sepakat bahwa Syiah khususnya Mazhab Ja'fari dan Zaidi merupakan bagian dari Islam, kelompok ini tetap ngotot berseberangan dengan ijma ulama sedunia. Mereka menganggap Iran dan paham Syiahnya merupakan bahaya terbesar bagi umat Islam bahkan melebihi bahaya zionis Israel.
Mereka juga meyakini bahwa "bahaya" yang dimaksud disebabkan oleh kebencian turun temurun orang2 Iran akibat ditaklukkannya Imperium Persia yang merupakan nenek moyang bangsa Iran oleh Khalifah Umar bin Khattab pada tahun 642 masehi. Keislaman orang2 Persia dan anak keturunan mereka, orang2 Iran sekarang, menurut mereka adalah keislaman yg dibungkus kemunafikan yg bertujuan menghancurkan Islam dari dalam.
Mereka telah melupakan ayat Al-Quran Surat Muhammad (47) ayat 38:
"Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka diantara kamu ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan(Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan menganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini)."
Para ulama ahli tafsir menafsirkan ayat ini dengan menggunakan hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi, Tirmizi dan lain-lainnya dari Abu Hurairah berkata:
"Rasulullah saw. membaca ayat ini sampai akhir, maka para sahabat bertanya: "Ya Rasulullah! Siapakah orang-orang itu yang jika kami berpaling, mereka akan menggantikan kami dan mereka tidak seperti kami?". Maka Rasulullah menepuk bahu Salman, kemudian berkata, "Inilah orangnya bersama kaumnya, demi Allah yang diriku di tangan-Nya, seandainya agama itu tergantung di bintang Surayya, dia akan dicapai oleh orang-orang dari Persia".
(Riwayat ini bisa kita temukan dalam beberapa kitab tafsir diantaranya:
- Tafsir ath Thabari,26/42.
- Tafsir al Qurthubi,16/258.
- Tafsir Fathu al Qadîr,5/43.
- Ad Durr al Mantsûr,6/55-56.
- Tafsir Ma’âlim at Tanzîl; Imam al Bangawi,6186.
- Tafsir Lubâb at Ta’wîl; Imam al Khâzin,6/186.)
Demikianlah Rasulullah SAW menggambarkan kegigihan orang2 Persia dalam mencari hidayah Islam. Betul imperium Persia runtuh akibat penaklukan Umar bin Khattab ra. Namun sebagaimana sejarah menunjukkan, dimana Islam memasuki suatu negeri, maka para penduduknya tidak ada yang dipaksa untuk memeluk Islam. Mereka bebas melaksanakan ajaran agama mereka. Adapun mereka yg kemudian memeluk Islam adalah karena kesadaran mereka sendiri akan cahaya kebenaran yang dibawa oleh Islam.
Demikian pula dengan bangsa Persia. Terlebih lagi Rasulullah SAW telah menunjukkan pada kita karakter bangsa Persia ketika menafsirkan QS Muhammad ayat 38 di atas.
Kita juga tentu hafal dengan kisah sahabat Salman Al-Farisi ra. yg disebut dalam hadits di atas. Bagaimana begitu gigihnya Salman, seorang Persia, dalam mencari kebenaran, yang rela meninggalkan kemewahan hidupnya sebagai anak kepala suku di Persia, meninggalkan agama majusi untuk memeluk agama nasrani sehingga ia dipasung oleh ayahnya. Ia kemudian berhasil lari dan meninggalkan kampung halamannya, tanah Persia, menuju ke Syiria untuk mendalami agama Nasrani melaui seorang pendeta. Dan ketika sang pendeta mengatakan kepadanya tentang kabar akan datangnya seorang Nabi dari bangsa Arab, iapun rela menjual semua ternak kambing dan sapi yang dimilikinya kepada kafilah dagang Arab sebagai "ongkos" perjalanan agar kafilah tadi bersedia membawanya ke tanah Arab.
Hingga tibalah ia di Wadil Qura'. Semula ia mengira di tempat ini ia akan menjumpai Nabi yang dimaksud. Namun ternyata ia salah.
Karena tidak memiliki tempat tinggal dan kehabisan bekal, ia pun rela dibeli sebagai budak oleh kaum Yahudi Bani Quraizhah yang kemudian membawanya ke Madinah. Dan ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, ia pun tidak serta merta mengimani kenabian Rasulullah sebelum ia menyelidiki secara seksama tanda2 kenabian yg ada pada Rasulullah. Sehingga setelah melihat tanda2 kenabian itu, barulah ia dengan penuh sukacita mengucapkan kalimat syahadat.
Demikianlah kisah kegigihan Salman Al-Farisi, seorang Persia, dalam mencari kebenaran agama. Rasulullah pun memahami bahwa kegigihan yang demikian juga ada pada diri kaum Persia, sebagaimana termaksud dalam hadits di atas.
Sayang sekali, sebagian dari kita sekarang melupakan kisah Salman, melupakan hadits Rasulullah, terbutakan oleh ashobiyah, sehingga sedemikian alerginya terhadap bangsa Iran. Begitu mudahnya diadu domba dengan isu Sunni-Syiah. Memandang Iran sebagai musuh Islam. Menuduh bangsa Iran memiliki dendam kesumat turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya karena penaklukkan Persia. Menuduh Iran ingin mendirikan kembali imperium Persia lengkap dengan agama Majusinya. Suatu tuduhan yang tidak memiliki dasar yang kuat selain karena ashobiyah.
Iran dan Syiahnya adalah bagian dari Islam. Seharusnya umat ini bersatu padu dan mengenali siapa musuh sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar