Iklan 2

Jumat, 20 Februari 2015

Sifat 20 Untuk Mantapkan Aqidah Ummat Islam Agar Tak Mudah Murtad


Ajaràn Sifat 20 adalah bagian dari ajaran Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang asli untuk memantapkan aqidah ummat Islam sehingga tidak mudah dimurtadkan. Terbukti selama 350 tahun bangsa Indonesia dijajah kaum kafir, pada tahun 1960, 92% rakyat Indonesia masih Muslim.
Pada sifat 20 ummat Islam diajarkan 20 sifat Allah yang wajib dan mustahil dgn dalil akal dan Al Qur'an sehingga iman mereka jadi kuat sejak umur 7 tahun atau kurang. Diajarkan Allah itu wujud / ada. Mustahil tidak ada. Allah itu hidup. Mustahil mati. Satu. Mustahil berbilang. Semua ada dalil Al Qur'annya.

Namun Wahabi yang didirikan pada tahun 1700-an masehi oleh Muhammad bin Abdul Wahhab An Najdi at Tamimi yang deras masuk ke Indonesia sejak tahun 1980-an menolak Sifat 20. Mereka ganti dgn pahsm 3: Tauhid Uluhiyyah, Tauhid Rububiyyah, dan Asma wa Shifat yang sulit dipahami kebanyakan orang dan anak kecil. Akibatnya aqidah ummat Islam jadi lemah dan mudah dimurtadkan sehingga jumlah Muslim kurang dari 80%. Tidak dijelaskan alasan Tuhan itu ada dan mengapa Allah kita sembah sbg Tuhan.


Kenapa Wahabi berkembang pesat? Karena gelontoran dana amat besar dari Arab Saudi dan Qatar. Di kedua negara ini ada pangkalan militer AS yg merupakan sekutu Israel untuk menyerang negara2 Islam di sekitarnya seperti Iraq. Mereka cetak buku2 dan website2 Islam ala Wahabi. Jadi pemuda yg tidak ngaji tapi belajar Islam lewat buku dan internet adalah sasaran empuk  mereka. Mereka dirikan juga TV dan Radio seperti Rujak TV.

Mereka sebar fitnah bahwa ulama Aswaja musyrik karena ziarah dan berdoa (kepada Allah) di kuburan2 wali. Mereka anggap para ulama sbg Ahlul Bid'ah sesat karena kejahilan mereka akan bid'ah hasanah / ni'matul bid'ah yg diungkap Khalifah Umar bin Khoththob ra di depan para sahabat saat mengadakan tarawih berjama'ah di masjid.

Jadi pahàm Wahabi bukan paham sahabat yg mengenal ni'matul bid'ah. Bukan Salaf. Tapi paham manusia akhir zaman Muhammad bin Abdul Wahhab yang lahir tahun 1701 di Najd. Nabi berkata ajan muncul fitnah dan tanduk setan dari Najd. Negeri Nabi seperti Madinah dan Mekkah ada di Hijaz. Ada pun Najd meliputi kota Riyadh. MBAW ini dari Bani Tamim yang merupakan suku Zul Khuwairisah, khawarij pertama. Dari Bani Tamim ini akan muncul gerombolan Khawarij yg lebih gemar menumpahkan darah Muslim yg mereka fitnah sbg musyrik/kafir ketimbang orang kafir ORI macam Israel.

Ada Wahabi muda yg menuduh Sifar 20 bid'ah karena dibuat Imam Abu Hasan Al Asy'ari yang lahir tahun 240 H. Padahal itu masih 3 abad pertama Islam. Dia tidak sadar Tauhid Trinitas yg dia pelajari lahir setelah tahun 1115 H. Abad kegelapan Islam. Akhir zaman. Dia sendiri lahir setelah tahun 1300-an Masehi. Tauhid Trinitad juga bid'ah karena tak ada dalam Al Qur'an dan Hadits.
Kenapa Sifat 20 disebut wajib?
Karena sifat Allah seperti Hidup, Satu, Maha Kuasa selalu ada. Beda dgn Sifat ArRahman dan ArRahim, Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang hilang saat Allah menyiksa orang2 kafir dgn azab yg pedih. Makanya kalimat Bismillahir Rohmannir Rohiim tidak disebut dalam surat Al Ahzab.
Selain itu mudah bagi kita belajar 20 sifat Allah yang penting. Apa bisa kita menpelajari Sifar Allah yang tidak terbatas? Jika 20 sifat saja tak mau belajar, apalagi tak terbatad. Akhirnya aqidahnya lemah.

2. Qidam (Terdahulu)

Allah itu Qidam (Terdahulu). Mustahil Allah itu Huduts (Baru).

“Dialah Yang Awal …” [Al Hadiid:3]

Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Allah yang menciptakan langit, bumi, serta seluruh isinya termasuk tumbuhan, binatang, dan juga manusia.
“Yang demikian itu adalah Allah, Tuhanmu, Pencipta segala sesuatu..?” [Al Mu’min:62]

Oleh karena itu, Allah adalah awal. Dia sudah ada jauh sebelum langit, bumi, tumbuhan, binatang, dan manusia lainnya ada. Tidak mungkin Tuhan itu baru ada atau lahir setelah makhluk lainnya ada.

Sebagai contoh, tidak mungkin lukisan Monalisa ada lebih dulu sebelum pelukis yang melukisnya, yaitu Leonardo Da Vinci. Demikian juga Tuhan. Tidak mungkin makhluk ciptaannya muncul lebih dulu, kemudian baru muncul Tuhan.

3. Baqo’ (Kekal)

Allah itu Baqo’ (Kekal). Tidak mungkin Allah itu Fana’ (Binasa).
Allah sebagai Tuhan Semesta Alam itu hidup terus menerus. Kekal abadi mengurus makhluk ciptaannya. Jika Tuhan itu Fana’ atau mati, bagaimana nasib ciptaannya seperti manusia?

“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati…” [Al Furqon 58]

“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” [Ar Rahman:26-27]

Karena itu jika ada “Tuhan” yang wafat atau mati, maka itu bukan Tuhan. Tapi manusia biasa.

Hikmah: Jika kita mencintai Allah yang Maha Kekal dan selalu ada dan menjadikanNya teman serta pelindung, niscaya kita akan tetap sabar meski kehilangan segala yang kita cintai.

4. Mukhollafatuhu lil hawaadits (Tidak Serupa dengan MakhlukNya)

Allah itu berbeda dengan makhlukNya (Mukhollafatuhu lil hawaadits). Mustahil Allah itu sama dengan makhlukNya (Mumaatsalaatuhu lil Hawaadits). Kalau sama dengan makhluknya misalnya sama lemahnya dengan manusia, niscaya “Tuhan” itu bisa mati dikeroyok atau disalib oleh manusia. Mustahil jika “Tuhan” itu dilahirkan, menyusui, buang air, tidur, dan sebagainya. Itu adalah manusia. Bukan Tuhan!

Allah itu Maha Besar. Maha Kuasa. Maha Perkasa. Maha Hebat. Dan segala Maha-maha yang bagus lainnya.

“…Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia…” [Asy Syuura:11]

Misalnya sifat “Hidup” Allah beda dengan sifat “Hidup” makhluknya. Allah itu dari dulu, sekarang, kiamat, dan hingga hari akhirat nanti tetap hidup. Sebaliknya makhluknya seperti manusia dulu mati (tidak ada). Setelah itu baru dilahirkan dan hidup. Namun itu pun hanya sebentar. Paling lama 1000 tahun. Setelah itu mati lagi dan dikubur. Jadi meski sekilas sama, namun sifat “Hidup” Allah beda dengan makhlukNya.

Demikian juga dengan sifat lain seperti “Kuat.” Allah selalu kuat dan kekuatannya bisa menghancurkan alam semesta. Sementara manusia itu dulu ketika bayi lemah dan ketika mati juga tidak berdaya. Saat tidur pun manusia sama sekali tidak berdaya. Saat hidup pun jika kena tsunami atau gempa apalagi kiamat, dia akan mati.

5. Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri dengan sendirinya)

Allah itu Qiyamuhi Binafsihi (Berdiri dengan sendirinya). Mustahil Allah itu Iftiqoorullah (Berhajat/butuh) pada makhluknya.

“.. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” [Al ‘Ankabuut:6]

“Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” [Al Israa’ 111]

Di dunia ini, semua orang saling membutuhkan. Bahkan seorang raja pun butuh penjahit pakaian agar dia tidak telanjang. Dia butuh pembuat bangunan agar istananya bisa berdiri. Dia butuh tukang masak agar bisa makan. Dia butuh pengawal agar tidak mati dibunuh orang. Dia butuh dokter jika dia sakit. Saat bayi, dia butuh susu ibunya, dan sebagainya.

Sebaliknya Allah berdiri sendiri. Dia tidak butuh makhluknya. Seandainya seluruh makhluk memujiNya, niscaya tidak bertambah sedikitpun kemuliaanNya. Sebaliknya jika seluruh makhluk menghinaNya, tidaklah berkurang sedikitpun kemuliaanNya.

“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” [ Faathir 15]
Hikmah: Tidak sombong dan memohon hanya kepada Allah. Karena Manusia ketika lahir butuh bantuan. Demikian pula ketika mati meski dia kaya dan berkuasa

6. Wahdaaniyah (Esa)

Allah itu Wahdaaniyah (Esa/Satu). Mustahil Allah itu banyak (Ta’addud) seperti 2, 3, 4, dan seterusnya.

Allah itu Maha Kuasa. Jika ada sekutuNya, maka Dia bukan yang Maha Kuasa lagi. Jika satu Tuhan Maha Pencipta, maka Tuhan yang lain kekuasaannya terbatas karena bukan Maha Pencipta.

”Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan yang lain beserta-Nya. Kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu” [Al Mu’minuun:91]

Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” [Al Ikhlas:1-4]

Oleh karena itu, ummat Islam harus menyembah Tuhan Yang Maha Esa/Satu, yaitu Allah. Tidak pantas bagi ummat Islam untuk menyembah Tuhan selain Allah seperti Tuhan Bapa, Tuhan Anak, Roh Kudus. Tidak pantas juga bagi ummat Islam untuk menyembah 3 Tuhan di mana satu adalah yang Menciptakan, satu lagi yang merusak, dan terakhir yang memelihara.

”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari syirik, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [An Nisaa’:48]

Hikmah: Tidak mempersekutukan Allah

Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2009/11/08/sifat-20-allah-yang-penting-dan-wajib-kita-ketahui/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar