Iklan 2

Senin, 06 Januari 2014

Teroris itu Memang Ada


Teroris itu Memang Ada meski memakai kedok Islam. Jika mereka melakukan bom bunuh diri yang membunuh tentara Israel yang zalim di Israel, boleh lah kita sebut sebagai Mujahidin / Pejuang Islam. Tapi kalau cuma melakukan bom bunuh diri yang menewaskan orang-orang tidak bersalah, apa pantas disebut Mujahidin? Kalau cuma menembaki polisi-polisi atau Densus 88 yang mayoritasnya masih Muslim, apa pantas digelari sebagai Syuhada jika mereka tewas?


20140105_103559_pemakaman-jenazah-teroris-ciputat-di-tpu-pondok-rangon
Mungkin polisi / Densus 88 punya banyak kesalahan. Tapi para teroris yang melakukan berbagai bom bunuh diri yang di antaranya menghancurkan musholla di kantor polisi dan menewaskan sebagian polisi juga salah. Mereka adalah teroris. Bukan Mujahidin.
Mujahidin itu membunuh orang-orang kafir yang zalim dalam rangka membela kaum yang lemah dan tidak berdosa. Misalnya melawan tentara Israel demi membela rakyat Palestina atau mengusir tentara AS dari Afghanistan dan Iraq.
dr-grup-khilafah-solusinya
Tapi jika cuma membunuh/memerangi polisi-polisi/tentara di negara-negara yang mayoritasnya Islam seperti di Pakistan, Afghanistan, Iraq, Libya, Suriah, dan sekarang Indonesia, mereka cuma tangan Zionis Yahudi guna membuat kekacauan di negara2 yang mayoritas penduduknya adalah Islam seperti di Indonesia. Sehingga Indonesia jadi lemah dan tak berdaya di hadapan zionis AS dan Israel.
Kalau Syuhada di Palestina saya percaya. Karena mereka mati syahid melawan tentara Israel yang jelas kafir dan zalim. Kalau "SYUHADA CIPUTAT", melawan siapa? Melawan polisi Indonesia yang mayoritas Muslim?
Jika tidak melawan sehingga 1 polisi luka tertembak, tentulah mereka bisa ditangkap hidup-hidup. Aneh sekali jika mereka menyebut polisi yang meminta penduduk sekitar untuk mengungsi sebagai satu keanehan. Polisi justru ingin menyelamatkan nyawa orang-orang yang tidak berdosa. Sebab jika terjadi baku tembak yang ternyata berlangsung 10 jam lebih, warga tidak berdosa ini bisa tewas jadi korban. Nah yang aneh polisi atau "pengamat amatiran" yang menyebut itu aneh?
Lihat bagaimana para teroris mendidik anak-anak jadi teroris dan tentara meski mereka masih kecil. Polisi harusnya memvideokan dan memotret orang-orang yang mendukung teroris serta mengidentifikasi mereka. Jadi jaringan teroris bisa dibongkar.
Anak Suriah dipaksa Jadi Pemberontak Bersenjata6
Bayi yang tidak tahu apa-apa sudah diberi senjata.
Anak Suriah dipaksa Jadi Pemberontak Bersenjata3
Anak perempuan ini harusnya ditaruh di tempat yang aman. Oleh teroris justru diberikan senapan dan granat betulan yang bisa meledak sewaktu-waktu.
Jika teroris dibiarkan berkembang-biak, bayangkan jika Indonesia, termasuk rumah kita jadi medan perang dan hancur karena granat atau roket. Di Suriah 9 juta dari 22 juta penduduknya rumahnya hancur karena perang. Apa Indonesia mau seperti itu?
Jadi Ormas "Islam" yang mengajarkan terorisme harus diawasi. Pemerintah harusnya bekerjasama dengan Ormas Islam seperti NU, Muhammadiyyah, dan MUI guna mengawasi teroris yang berkedok Islam ini.
Referensi:

1 komentar:

  1. Begitulah potret orang orang yang terlalu fanatik sama agamanya sendiri..

    BalasHapus