Iklan 2

Jumat, 27 Desember 2013

Taqiyyah Menurut Al Qur'an dan Hadits

Sering kita mendengar istilah taqiyyah. Ucapan ini biasanya dilontarkan oleh kaum Salafi Wahabi kepada orang Syi'ah atau kepada Muslim Sunni yang mereka fitnah sebagai Syi'ah. Padahal sih sebetulnya kaum Salafi Wahabi itu juga taqiyah sebagaimana Syi'ah. Mereka ini pengikut/pengagum Muhammad bin Abdul Wahhab. Tapi mereka tidak mau disebut Wahabi. Maunya disebut sebagai Salafi, Sunni, atau Ahlus Sunnah Wal Jama'ah meski sebetulnya mereka termasuk kaum Khawarij yang gemar mengkafirkan sesama Muslim.

Kaum Syi'ah taqiyah biasanya karena mereka takut dizalimi sebab dari dulu hingga sekarang mereka adalah kaum Minoritas. Imam / Pimpinan mereka seperti Khalifah Ali ra tewas dibunuh, Hasan ra tewas diracun, sedang Husein ra (cucu Nabi) tewas dibunuh oleh pasukan Yazid bin Mu'awiyah. Banyak lagi Imam-imam mereka yang tewas dibunuh. Apalagi sekedar pengikutnya.

Salafi Wahabi taqiyah justru untuk menzalimi dengan memecah-belah Islam. Dengan mengaku-ngaku sebagai Ahlus Sunnah Wal Jama'ah (padahal bukan karena mereka tidak bermazhab dan menganggap Allah berjasad seperti makhluq) mereka mengkafirkan semua Syi'ah dan menghalalkan darahnya. Kaum Sunni yang asli pun sebagian mereka fitnah sebagai Syi'ah (contohnya situs wahabi Nahimunkar.com memfitnah situs Kabarislam ini sbg Syi'ah meski bukan). Sebagian lagi mereka fitnah sebagai Ahlul Bid'ah, Musyrik, Kuburiyyun (Penyembah Kuburan), dsb. Jadi kaum Wahabi pada dasarnya memerangi ummat Islam

Mari kita kaji ayat-ayat Al Qur'an dan Hadits mengenai taqiyah / menyembunyikan keimanan agar tidak dizalimi (disiksa/dibunuh) oleh kaum kafir yang zalim:

"Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir'aun yang menyembunyikan imannya berkata: "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: "Tuhanku ialah Allah padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu." Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta." [Al Mu'min 28]

Jika kita mempelajari sejarah Nabi, kita akan paham bahwa Nabi dan para sahabat pun awalnya menyembunyikan keimanan mereka karena khawatir akan ditindas oleh kaum kafir.

Pada ayat di bawah, sebagaimana ayat di atas, kita melihat orang ini seperti kafir. Padahal dalam hati dia beriman:

"Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar." [An Nahl 106]

Terdapat kesepakatan dikalangan para ulama bahawa ayat ini turun berkaitan dengan seorang sahabat mulia, Ammar Yassir yang terpaksa mengaku kufur demi menyelamatkan diri dari siksaan kaum Quraish. Jalaluddin al Suyuti di dalam bukunya, berkaitan ayat ini menyebutkan:

Kaum Kafir telah menangkap Ammar ibn Yassir dan memaksa beliau untuk memuji tuhan palsu mereka dan mengutuk Nabi Muhammad(sawa). Mereka menyiksa beliau sehingga akhirnya beliau mengalah dan menyerah kepada permintaan mereka. Selepas kejadian itu, beliau kembali kepada Nabi dan menceritakan seluruh kejadian kepada baginda. Nabi kemudian bertanya kepada Ammar(ra) : “bagaimana perasaan di dalam hati kamu?” Ammar menjawab: “Aku redha dengan sepenuhnya agama Allah di dalam hati ku.” Kemudian Rasul membalas: “Jika kaum kafir berjumpa kamu dan membuat permintaan yang sama, maka ulangilah apa yang telah kamu katakan kepada mereka.” Kemudian turunlah ayat di atas.
Tafseer Dur al Manthur Jilid 4 m/s132, Cairo edition
Juga berkaitan:

وأما عمار فقال لهم كلمة أعجبتهم تقية

“Ammar mengatakan perkataan yang mereka sukai dalam keadaan taqiyah.”
Apabila insiden ini terjadi, orang ramai berkata kepada Nabi, “Ya Rasulallah, Ammar telah menjadi kafir.” Nabi membalas, ” Ini tidak mungkin. Ammar ialah seorang yang penuh dengan keimanan dari hujung rambut ke hujung kaki. Ia telah sebati dengan darah dan daging beliau.” Seketika kemudian, Ammar mendatangi Rasulullah dalam keadaan menangis, dan setelah baginda mengusap air mata Ammar, baginda berkata,: Apa yang terjadi? Jika kaum kafir memaksa kamu menyebut perkara yang serupa, ulangilah.”
Insiden ini diisytiharkan sahih oleh ramai Imam AhlulSunnah. Ibn Hajar Asqalani mengatakan bahawa “Sanadnya Sahih“(al-Deraya fi Takhrij ahadith al-Hidaya, volume 2 page 197). Imam al hakim berkata, “Sahih mengikut kriteria dan syarat Syeikhain (Bukhari dan Muslim) ( al-Mustadrak, volume 2 page 357) sementara Imam al Dhahabi menyuarakan pendapat yang serupa(Talkis as Mustadrak). Begitu juga dengan Ibn Kathir(Irsyad Al Faqih).

( HR.MUSLIM No:213 ) Hadis riwayat Hudzaifah ra., ia berkata: Kami sedang berada bersama Rasulullah saw. ketika beliau bersabda: Hitunglah, berapa orang yang menyatakan Islam? Lalu kata Hudzaifah: Kami berkata: Wahai Rasulullah, apakah engkau khawatir pada kami, sedangkan kami berjumlah antara enam hingga tujuh ratus orang. Rasulullah saw. bersabda: Kalian tidak tahu, mungkin suatu saat nanti kalian mendapat cobaan. Hudzaifah ra. berkata: Maka kami benar-benar diuji sampai- sampai seorang di antara kami tidak melaksanakan salat kecuali dengan cara sembunyi-sembunyi.

Menyembunyikan keimanan bagi yang takut

الاستسرار بالإيمان للخائف

Riwayat #1

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ وَأَبُو كُرَيْبٍ وَاللَّفْظُ لِأَبِي كُرَيْبٍ قَالُوا حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ شَقِيقٍ عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَحْصُوا لِي كَمْ يَلْفِظُ الْإِسْلَامَ قَالَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَخَافُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ مَا بَيْنَ السِّتِّ مِائَةٍ إِلَى السَّبْعِ مِائَةٍ قَالَ إِنَّكُمْ لَا تَدْرُونَ لَعَلَّكُمْ أَنْ تُبْتَلَوْا
قَالَ فَابْتُلِيَنَا حَتَّى جَعَلَ الرَّجُلُ مِنَّا لَا يُصَلِّي إِلَّا سِرًّا

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Muhammad bin Abdulloh bin Numair serta Abu Kuraib dan lafazh tersebut milik Abu Kuraib, mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Mua’wiyah dari al-A’masy dari Syaqiq dari Hudzaifah dia berkata, “Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda ketika kami bersamanya: “Kumpulkan untukku beberapa orang sahabat yang bisa menyatakan Islam.” Hudzaifah berkata, “Kami menjawab, “Wahai Rasululloh! Apakah tuan meragukan kami, sedangkan kami berjumlah antara enam hingga tujuh ratus orang? ‘ Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kamu tidak dapat menyangka bahwa suatu hari nanti kamu akan diuji.” Hudzaifah berkata, “Ujilah kami walaupun hingga sahabat-sahabat kami terpaksa mendirikan sholat secara sembunyi.”

Di ayat ini ada orang2 yang beriman yang taqiyah dengan berwali kepada orang kafir hanya karena takut akan kezaliman mereka:

"Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu)." [Ali 'Imran 28]

Imam Bukhari di dalam Sahihnya menyebutkan:

وقال ‏{‏إلا أن تتقوا منهم تقاة‏}‏ وهى تقية
“kecuali kamu hendak menjaga diri daripada sesuatu bahaya yang ditakuti dari pihak mereka (yang kafir itu). Inilah taqiyah.
Imam Ibnu Hajar al Asqalani dalam tafsir ayat di atas telah membawakan teks dari Imam Bukhari yang menyebutkan:
تقاة وتقية واحد۔۔۔ ومعنى الآية‏:‏ لا يتخذ المؤمن الكافر وليا في الباطن ولا في الظاهر إلا للتقية في الظاهر فيجوز أن يواليه إذا خافه ويعاديه باطنا
“Taqatta dan Taqiyyah adalah perkara yang serupa. Maksud ayat ini ialah tiada seorang pun Muslim yang dibenarkan berkawan dengan orang kafir samada dalaman atau luaran, kecuali dalam Taqiyah. Adalah dibenarkan apabila seseorang itu takut kepada mereka tetapi seseorang itu mesti membenci mereka di dalam hati mereka.” Fatah ul Bari, Volume 12 page 313

Dari ayat-ayat Al Qur'an di atas, taqiyyah tsb jika maksudnya untuk melindungi diri dari kezaliman, misalnya diserang seperti kaum Syi'ah di Sampang hingga ada yang tewas, itu dibolehkan.

Tapi jika dipakai untuk menzalimi orang, itu dosa. Bukan taqiyyahnya yang dosa. Tapi menzalimi orang itulah yang dosa.

Referensi:

http://ashabul-firdaus.mywapblog.com/bab-53-menyembunyikan-keimanan-bagi-oran.xhtml

http://syiahali.wordpress.com/2010/09/22/taqiahmenyembunyikan-keimanan-demi-keselamatan-berikut-ini-dalil-dalil-yang-mengesahkan-doktrin-syiah-tersebut-tak-terbantahkan/

http://www.artikel-islam.com/muslim/iman/menyembunyikan-keimanan-bagi-yang-takut/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar