Iklan 2

Kamis, 11 Juli 2013

Syeikh Al Azhar: Memerangi Militer Mesir Bukan Jihad!

DR. Nashir Farid Washil menambahkan dalam wawancaranya bersama Manal Said di kanal MBC Mesir tersebut, “Militer tidak dapat diganggu gugat. Memerangi militer adalah memerangi Allah dan Rasul-Nya. Siapapun yang terbunuh saat melakukan penyerangan terhadap militer, maka sama sekali dia tidak mati syahid. Namun orang yang terbunuh saat membela diri, kehormatan, dan hartanya maka dia mati syahid. Apabila dua orang muslim bertemu dan masing-masing memegang pedang maka pembunuh dan korbannya sama-sama masuk neraka sebagaimana dijelaskan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.


Dan adapun seputar ajakan sebagian pemimpin Ikhwan yang meminta intervensi asing Syaikh Nashir Farid berkata, “Itu adalah tindak kriminal yang tidak bisa diterima. Bagaimana mungkin kita meminta bantuan asing masuk ke negara kita sementara kita diperintahkan untuk berjihad melawan mereka.”


Dan mengenai fatwa Dewan Syariat untuk Reformasi dan Hukum yang menyerukan untuk mengorbankan nyawa demi membela legitimasi Morsi, Syaikh Nashir Farid berkata, “Nyawa itu dikorbankan ketika ada musuh yang menyerang, itupun musuh yang berstatus kafir, bukan kita (umat Islam) yang saling menyerang satu sama lain. Seruan itu sangat bahaya sekali. Saya dalam pilpres kemarin me



DR. Farid Washil: Korban yang Memerangi Militer Bukan Mati Syahid




Mosleminfo, Kairo — DR. Nashir Farid Washil Mantan Mufti Mesir dan anggota Dewan Ulama Senior Al-Azhar menyatakan, “Keputusan pelengseran Muhammad Morsi dari kursi kepresidenan tidak menyalahi syariat Islam sebab Morsi bertanggungjawab penuh terhadap keamanan negara. Dia harus senantiasa melihat realitas yang terjadi, meski hal itu mengharuskannya untuk mengundurkan diri dari jabatan sebagai bentuk pengamalan dari kaedah syariat‘ikhtiaru aqalli adh-dhararaini wa daf’an li dhararin a’zham’ (memilih mudarat yang lebih kecil demi menolak mudarat yang lebih besar), tanpa memandang kepada apakah konflik ini bersifat duniawi dan tidak, ada kaitan dengan khilafah atau agama.”

DR. Nashir Farid Washil menambahkan dalam wawancaranya bersama Manal Said di kanal MBC Mesir tersebut, “Militer tidak dapat diganggu gugat. Memerangi militer adalah memerangi Allah dan Rasul-Nya. Siapapun yang terbunuh saat melakukan penyerangan terhadap militer, maka sama sekali dia tidak mati syahid. Namun orang yang terbunuh saat membela diri, kehormatan, dan hartanya maka dia mati syahid. Apabila dua orang muslim bertemu dan masing-masing memegang pedang maka pembunuh dan korbannya sama-sama masuk neraka sebagaimana dijelaskan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dan adapun seputar ajakan sebagian pemimpin Ikhwan yang meminta intervensi asing Syaikh Nashir Farid berkata, “Itu adalah tindak kriminal yang tidak bisa diterima. Bagaimana mungkin kita meminta bantuan asing masuk ke negara kita sementara kita diperintahkan untuk berjihad melawan mereka.”

Dan mengenai fatwa Dewan Syariat untuk Reformasi dan Hukum yang menyerukan untuk mengorbankan nyawa demi membela legitimasi Morsi, Syaikh Nashir Farid berkata, “Nyawa itu dikorbankan ketika ada musuh yang menyerang, itupun musuh yang berstatus kafir, bukan kita (umat Islam) yang saling menyerang satu sama lain. Seruan itu sangat bahaya sekali. Saya dalam pilpres kemarin memilih Morsi, namun saat ini saya tidak berperang untuk membelanya.”(elbadil/elmogaz/shouruk).

Redaktur: Haris Lubis

http://www.mosleminfo.com/index.php/berita/internasional/dr-farid-washil-korban-yang-memerangi-militer-bukan-mati-syahid/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar