Dari perang Arab melawan Israel di tahun 1948, 1967, dan 1973 ternyata Suriah tidak pernah absen. Bahkan di tahun 1982 saat negara-negara Arab seperti Mesir dan Arab Saudi sudah berdamai, Suriah tetap membantu PLO melawan Israel di Perang Lebanon tahun 1982. Hafez Assad tercatat 3x ikut perang melawan Israel sebagai Komandan Tertinggi Suriah di tahun 1967, 1973, dan 1982. Raja Arab Saudi, Raja Faisal, dgn gagah mengembargo minyak AS meski tahun 1975 beliau dibunuh oleh keponakannya.
Perang tahun 1948 terjadi saat Israel memproklamirkan negaranya. Negara-negara Arab seperti Mesir, Suriah, Yordania, Iraq segera menyerang Israel. Mereka dibantu oleh Mujahidin dari Liga Arab, Arab Saudi, Yaman, Sudan, dsb.
Perang Arab-Israel 1967, merupakan peperangan antara Israel menghadapi gabungan tiga negara Arab, yaitu Mesir, Yordania, dan Suriah, dan ketiganya juga mendapatkan bantuan aktif dari Irak, Kuwait, Arab Saudi, Sudan dan Aljazair. Perang tersebut berlangsung selama 132 jam 30 menit (kurang dari enam hari), hanya di front Suriah saja perang berlangsung enam hari penuh. Perang terjadi karena Israel menyerang Pangkalan Udara Mesir.
Tahun 1973 Suriah, Libya dan Mesir menyerbu Israel secara tiba-tiba. Di dataran tinggi Golan, garis pertahanan Israel yang hanya berjumlah 180 tank harus berhadapan dengan 1400 tank Suriah. Sedangkan di terusan Suez, kurang dari 500 prajurit Israel berhadapan dengan 80.000 prajurit Mesir. Negara2 Arab lain seperti Iraq, Yordania, Arab Saudi, dsb ikut membantu.
Tahun 1982 saat Israel menyerang Lebanon dengan bantuan milisi Falangis yang dipimpin Presiden Lebanon Bashir Gemayel, Suriah membantu PLO melawan Israel.
Berikut artikelnya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Arab-Israel_1948
Perang Arab-Israel 1948
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tanggal 15 Mei 1948 – 20 Juli 1949
Lokasi Mandat Britania atas Palestina, Gunung Sinai, Lebanon Selatan
Hasil Kemenangan taktis dan strategis oleh Israel,[2]
Perubahan
wilayah Israel mempertahankan wilayah berdasarkan Partisi PBB, dan mengambil 50% dari negara Arab yang terlibat.
Pihak yang terlibat
Israel
Melawan:
Mesir
Transyordania
Irak
Suriah
Mujahiddin
Sukarelawan asing:
Liga Arab
Ikhwanul Muslimin
Lebanon
Arab Saudi[3]
Yaman[4]
Sudan[5][6][7]
Korban
6.373 tewas (sekitar 4.000 pasukan dan 2.400 penduduk sipil.) 8.000ref name="JVL Cas">Casualties in Arab-Israeli Wars–15.000 tewas[9]
Serangan pada 15 Mei – 10 Juni 1948
Perang Arab-Israel 1948, atau disebut juga sebagai "Perang Kemerdekaan" (Bahasa Ibrani: מלחמת העצמאות) atau "Perang Pembebasan" (Bahasa Ibrani: מלחמת השחרור) oleh orang Israel, adalah konflik bersenjata pertama dari serangkaian konflik yang terjadi antara Israel dan tetangga-tetangga Arabnya dalam konflik Arab-Israel. Bagi orang-orang Palestina, perang ini menandai awal dari rangkaian kejadian yang disebut sebagai "Bencana" (Bahasa Inggris: "The Catastrophe", Bahasa Arab: النكبة).
Pada tahun 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa memutuskan untuk membagi wilayah Mandat Britania atas Palestina. Tetapi hal ini ditentang keras oleh negara-negara Timur Tengah lainnya dan juga banyak negeri-negeri Muslim. Kaum Yahudi mendapat 55% dari seluruh wilayah tanah meskipun hanya merupakan 30% dari seluruh penduduk di daerah ini. Sedangkan kota Yerusalem yang dianggap suci, tidak hanya oleh orang Yahudi tetapi juga orang Muslim dan Kristen, akan dijadikan kota internasional.
Israel diproklamasikan pada tanggal 14 Mei 1948 dan sehari kemudian langsung diserbu oleh tentara dari Lebanon, Suriah, Yordania, Mesir, Irak dan negara Arab lainnya. Tetapi Israel bisa memenangkan peperangan ini dan malah merebut kurang lebih 70% dari luas total wilayah daerah mandat PBB Britania Raya, Palestina. Perang ini menyebabkan banyak kaum Palestina mengungsi dari daerah Israel. Tetapi di sisi lain tidak kurang pula kaum Yahudi yang diusir dari negara-negara Arab lainnya.
https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Enam_Hari
Perang Enam Hari (bahasa Ibrani: מלחמת ששת הימים Milkhemet Sheshet HaYamim, bahasa Arab: حرب الأيام الستة ħarb al-'ayyam as-sittah), juga dikenali sebagai Perang Arab-Israel 1967, merupakan peperangan antara Israel menghadapi gabungan tiga negara Arab, yaitu Mesir, Yordania, dan Suriah, dan ketiganya juga mendapatkan bantuan aktif dari Irak, Kuwait, Arab Saudi, Sudan dan Aljazair. Perang tersebut berlangsung selama 132 jam 30 menit (kurang dari enam hari), hanya di front Suriah saja perang berlangsung enam hari penuh.
Pada bulan Mei tahun 1967, Mesir mengusir United Nations Emergency Force (UNEF) dari Semenanjung Sinai; ketika itu UNEF telah berpatroli disana sejak tahun 1957 (yang disebabkan oleh invasi atas Semenanjung Sinai oleh Israel tahun 1956). Mesir mempersiapkan 1.000 tank dan 100.000 pasukan di perbatasan dan memblokade Selat Tiran (pintu masuk menuju Teluk Aqaba) terhadap kapal Israel dan memanggil negara-negara Arab lainnya untuk bersatu melawan Israel. Pada tanggal 5 Juni 1967, Israel melancarkan serangan terhadap pangkalan angkatan udara Mesir karena takut akan terjadinya invasi oleh Mesir.[3] Yordania lalu menyerang Yerusalem Barat dan Netanya.[4][5][6] Pada akhir perang, Israel merebut Yerusalem Timur, Jalur Gaza, Semenanjung Sinai, Tepi Barat, dan Dataran Tinggi Golan. Hasil dari perang ini memengaruhi geopolitik kawasan Timur Tengah sampai hari ini.
https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Enam_Hari
Perang Yom Kippur (1973)
dikenal juga dengan nama Perang Ramadan atau Perang Oktober (bahasa Ibrani: מלחמת יום הכיפוריםMilẖemet Yom HaKipurim atau מלחמת יום כיפור Milẖemet Yom Kipur; bahasa Arab: حرب أكتوبر ḥarb ʾUktōbar atau حرب تشرينḥarb Tišrīn) adalah perang yang terjadi pada tanggal 6 - 26 Oktober 1973 antara negara Israel yang dikeroyok oleh koalisi negara-negara arab yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah.
Perang ini selesai dengan kekalahan dan kehancuran total militer negara-negara arab.
Jalannya perang
Pada tanggal 6 Oktober 1973, pada hari Yom Kippur, hari raya Yahudi yang paling besar, ketika orang-orang Israel sedang khusyuk merayakannya, yang juga bertepatan dengan bulan Ramadan bagi ummat Islam sehingga dinamakan "Perang Ramadan 1973", Suriah, Libya dan Mesir menyerbu Israel secara tiba-tiba. Di dataran tinggi Golan, garis pertahanan Israel yang hanya berjumlah 180 tank harus berhadapan dengan 1400 tank Suriah. Sedangkan di terusan Suez, kurang dari 500 prajurit Israel berhadapan dengan 80.000 prajurit Mesir.
Mesir mengambil pelajaran pada Perang Enam Hari pada tahun 1967 tentang lemahnya pertahanan udara sehingga saat itu 3/4 kekuatan udara Mesir hancur total sementara Suriah masih dapat memberikan perlawanan. Sadar bahwa armada pesawat tempur Mesir masih banyak menggunakan teknologi lama dibandingkan Israel, Mesir akhirnya menerapkan strategi payung udara dengan menggunakan rudal dan meriam anti serangan udara bergerak yang jarak tembaknya dipadukan. Angkatan udara Israel akhirnya kewalahan bahkan banyak yang menjadi korban karena berusaha menembus "jaring-jaring" pertahanan udara itu.
Pada permulaan perang, Israel terpaksa menarik mundur pasukannya. Tetapi setelah memobilisasi tentara cadangan, mereka bisa memukul tentara invasi sampai jauh di Mesir dan Suriah. Israel berhasil "menjinakkan" payung udara Mesir yang ternyata lambat dalam mengiringi gerak maju pasukkannya, dengan langsung mengisi celah (gap) antara payung udara dengan pasukan yang sudah berada lebih jauh di depan. Akibatnya beberapa divisi Mesir terjebak bahkan kehabisan perbekalan. Sementara di front timur, Israel berhasil menahan serangan lapis baja Suriah.
Melihat Mesir mengalami kekalahan, Uni Soviet tidak tinggal diam. Melihat tindakan Uni Soviet, Amerika Serikat segera mempersiapkan kekuatannya. Kemudian, Raja Faisal bin Abdul Aziz dari Arab Saudi mengumumkan pembatasan produksi minyak. Krisis energi muncul dan negara negara industri kewalahan lantaran harga minyak dunia membumbung tinggi. Dua minggu setelah perang dimulai, Dewan Keamanan PBB mengadakan rapat dan mengeluarkan resolusi 339 serta gencatan senjata dan dengan ini mencegah kekalahan total Mesir.
Secara total 2.688 tentara Israel tewas dan kurang lebih 7.000 orang cedera, 314 tentara Israel dijadikan tawanan perang dan puluhan tentara Israel hilang (17 di antaranya bahkan sampai tahun 2003 belum ditemukan). Tentara Israel kehilangan 102 pesawat tempur dan kurang lebih 800 tank. Di sisi Mesir dan Suriah 35.000 tentara tewas dan lebih dari 15.000 cedera. 8300 tentara ditawan. Angkatan Udara Mesir kehilangan 235 pesawat tempur dan Suriah 135.
Posisi Palestina setelah perang Yom Kippur 1973 ini semakin tidak jelas. Terlebih setelah Yordania, negeri yang ditempati sebagian besar bangsa Palestina mengambil sikap netral akibat kekalahannya pada Perang Enam Hari 1967 yang menyebabkan Yordania kehilangan Tepi Barat dan Jerussalem Timur. Sikap Yordania ini, menyebabkan kemarahan dikalangan Palestina terutama dari PLO yang saat itu berkedudukan di sana. Karena PLO bertindak sebagai negara dalam negara di Yordania dan berencana untuk mengkudeta Raja Yordania maka untuk menghindari ketidakstabilan keamanan, Raja Hussein bin Talal akhirnya mengambil sikap represif dengan mengusir PLO dari negaranya. PLO akhirnya pindah ke Libanon dan Tunisia.
Syria sendiri mengalami kerugian yang cukup besar, namun akhirnya Suriah menandatangani perjanjian gencatan senjata dengan Israel namun tidak mengadakan perjanjian perdamaian, terutama sebelum wilayah Dataran Tinggi Golan dikembalikan oleh Israel dalam perang tahun 1967. Dataran tinggi Golan sendiri akhirnya ditetapkan secara sepihak oleh Israel dengan dukungan Amerika Serikat. Namun demikian, sikap Suriah terhadap Palestina yang kurang lebih sama dengan sikap Yordania menyebabkan terjadinya pergolakan-pergolakan terutama dengan kalangan fundamentalis Islam terutama yang berkedudukan di kota Hama. Pergolakan ini berlanjut ketika Hafez Al Assad mengambil tindakan represif semakin keras yang memuncak pada peristiwa pembantaian Hama di akhir dekade 1970-an.
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Yom_Kippur
http://en.wikipedia.org/wiki/Yom_Kippur_War di link ini disebut peran Assad
http://ms.wikipedia.org/wiki/Perang_Yom_Kippur
Di Wikipedia Indonesia dan Malaysia yang didominasi Wahabi, peran Suriah dan Hafez Assad dalam perang Lebanon tahun 1982 tidak disebut. Padahal justru ini perang antara Israel melawan PLO dan Suriah. Ada pun Lebanon terpecah jadi faksi yang pro Israel (milisi Falangis pimpinan Presiden Lebanon Bashir Gemayel) dan faksi yang anti Israel
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Lebanon_1982
Perang Lebanon 1982 adalah sebuah perang antara Israel dan Lebanon yang terjadi pada tanggal 6 Juni 1982 ketika Angkatan Bersenjata Israel menyerang Lebanon Selatan. Pemerintahan Israel melancarkan invasi sebagai respon dari usaha pembunuhan duta besar Israel kepada Inggris, Shlomo Argov oleh Organisasi Abu Nidal.
Di Wikipedia versi Inggris yang lebih netral peran Suriah dan Hafez Assad jelas disebut:
http://en.wikipedia.org/wiki/1982_Lebanon_War
The 1982 Lebanon War (Hebrew: מלחמת לבנון הראשונה,Milhemet Levanon Harishona, "the first Lebanon war"), (Arabic: الاجتياح, Al-ijtiyāḥ, "the invasion"), called Operation Peace for Galilee (Hebrew: מבצע שלום הגליל, or מבצע של"גMivtsa Shlom HaGalil or Mivtsa Sheleg) by Israel, and later known in Israel as the Lebanon War and First Lebanon War, began on 6 June 1982, when the Israel Defense Forces invaded southern Lebanon. The Government of Israel launched the military operation after the Abu Nidal Organization's assassination attempt against Israel's ambassador to the United Kingdom, Shlomo Argov.[10][11]
By expelling the Palestine Liberation Organization (PLO), the removal of Syrian influence over Lebanon, and the installment of a pro-Israeli Christian government led byBachir Gemayel, Israel hoped to sign a treaty whichMenachem Begin promised would give Israel "forty years of peace."[12]
After attacking the PLO - as well as Syrian, leftist, and Muslim Lebanese forces - Israel occupied southern Lebanon, eventually surrounding the PLO and elements of the Syrian army. Surrounded in West Beirut and subjected to heavy bombardment, the PLO forces and their allies negotiated passage from Lebanon with the aid of United States Special Envoy Philip Habib and the protection of international peacekeepers. The PLO, under the chairmanship of Yasser Arafat, had relocated its headquarters to Tripoli in June 1982.
Berita dari sumber lain:
http://history.state.gov/milestones/1961-1968/ArabIsraeliWar67
Arab-Israeli War of 1967
On the morning of June 5, 1967, Israel launched a preemptive strike against Egyptian forces in response to Egypt's closing of the Straits of Tiran. By June 11, the conflict had come to include Jordan and Syria.
http://www.historylearningsite.co.uk/six_day_war_1967.htm
The Six-Day War took place in June 1967. The Six-Day War was fought between June 5th and June 10th. The Israelis defended the war as a preventative military effort to counter what the Israelis saw as an impending attack by Arab nations that surrounded Israel. The Six-Day War was initiated by General Moshe Dayan, the Israeli’s Defence Minister.
The war was against Syria, Jordan and Egypt
1967 Arab-Israeli war timeline
A chronology of the major military events during the conflict.
Last Modified: 13 Jul 2009 07:36 GMT
http://www.aljazeera.com/focus/1967-40yearsofoccupation/2007/06/2008526113146572296.html
Israel had clear military superiority over
Egyptian, Syrian and Jordanian forces [AFP]
June 5
In the morning, 200 Israeli fighter jets and bombers launch an attack on Egypt's air bases after the build-up of Egyptian, Jordanian and Syrian troops along its borders.
Reblogged this on Salahuddin Sala.
BalasHapusthakss gan
BalasHapusBlog ini eman mantap membrikan informasi mengenai islam, maju trusss demi islam,
BalasHapus