Iklan 2

Rabu, 08 Agustus 2012

Beda Pemimpin Islami dengan Pemimpin Zalim

Saat Pilkada ini saya lihat ada beberapa keliruan yang melanggar ajaran Islam. Saya coba meluruskannya mengingat jika dibiarkan, nanti justru merendahkan citra Islam. Sebisa mungkin saya tidak menyebut nama. Jika ada nama yang disebut, itu sekedar menyelamatkan mereka dari fitnah yang menyebar.


Kalau Ahok disebut Cina atau Kristen itu tidak dosa. Karena benar. Tapi jika Jokowi dan ibunya yang Muslim disebut kafir, menurut hadits Nabi itu dosa. Yang menuduh jadi kafir karena tuduhannya tidak benar.


Tidak cukup bertobat kepada Allah. Tapi harus minta maaf kepada orang yang difitnah. Untuk apa dibayar puluhan milyar jika akhirnya di akhirat masuk neraka karena jadi kafir akibat mengkafirkan sesama Muslim?



“… Dan melaknat seorang Mukmin seperti membunuhnya. Siapa saja yang menuduh seorang Mukmin dengan kekafiran, maka ia seperti membunuhnya”. [HR Bukhari]

“Barangsiapa memanggil seseorang dengan kafir atau mengatakan kepadanya “hai musuh Allah”, padahal tidak demikian halnya, melainkan panggilan atau perkataannya itu akan kembali kepada dirinya”.[HR Muslim]
Ada lagi sebagian ustad yang menyuruh jemaahnya untuk memilih Pemimpin yang "Islami".


Jika tokoh yang dianjurkan untuk dipilih karena Islami itu memang benar-benar mencerminkan ajaran Islam, alhamdulillah. Wajib kita dukung. Pemimpin yang Islami itu diantaranya peduli rakyat, berkorban untuk rakyatnya, jujur, tidak korupsi, amanah, dsb. Itulah Pemimpin yang Islami.


Tapi jika yang disebut Pemimpin Islami itu (ini tidak menyebut nama ya) ternyata tidak peduli pada rakyatnya, tidak mau berkorban untuk rakyat tapi justru menumpuk harta, korupsi, tidak amanah, dsb, khawatirnya citra Islam akan rusak. Nanti ummat dan orang-orang kafir mengira oh pemimpin yang Islami itu korup dan tidak peduli pada rakyat ya? Akhirnya orang bisa murtad dari Islam, dan orang-orang kafir enggan masuk Islam. Jadi ini harus dikoreksi.


Pemimpin Islam itu bukan sekedar KTPnya Islam. Tapi benar2 peduli rakyat.
Contoh Khalifah Umar ra rela malam2 keliling kampung untuk mencari rakyatnya yg kelaparan. Begitu ketemu, rela mengangkat sendiri karung makanan dari gudang negara ke rumah rakyatnya. Saat asistennya menawarkan bantuan, Umar menolak. Apa di akhirat nanti kamu bisa menggantikan aku di neraka? Begitu katanya.



Nabi rela hidup sederhana karena meski pagi dapat banyak rezeki, sorenya nyaris tidak tersisa karena sebagian besar hartanya disedekahkan untuk rakyatnya.
Pemimpin Islam bukanlah koruptor yang hanya pintar menumpuk harta. Dia bersikap adil. Para koruptor/pencuri akan dia potong tangannya siapa pun dia. Nabi berkata: Demi Allah. Seandainya Fatimah anak Muhammad mencuri, Aku sendiri yg akan memotong tangannya. Sebab2 hancurnya 1 bangsa adalah jika kaum miskin yang mencuri, langsung hukuman dijalankan. Tapi jika orang kaya/bangsawan/pejabat yang mencuri, dibiarkan saja. Bahkan didukung dan diangkat jadi pemimpin.
Jangan mengaku pemimpin Islam jika belum bisa bersikap seperti di atas.
Semua Muslim hendaknya menjaga diri dan keluarganya dari harta yang haram. Karena itu akan menyebabkan dirinya masuk neraka.


Rasulullah SAW: Janganlah kamu mengagumi orang yang terbentang kedua lengannya menumpahkan darah. Di sisi Allah dia adalah pembunuh yang tidak mati. Jangan pula kamu mengagumi orang yang memperoleh harta dari yang haram. Sesungguhnya bila dia menafkahkannya atau bersedekah maka tidak akan diterima oleh Allah dan bila disimpan hartanya tidak akan berkah. Bila tersisa pun hartanya akan menjadi bekalnya di neraka. (HR. Abu Dawud)


Dari uang haram itu, mereka beri makan anak dan istrinya. Padahal Nabi berkata:

"Tiap tubuh yang tumbuh dari (makanan) yang haram maka api neraka lebih utama membakarnya." (HR. Ath-Thabrani)

Jangan mendukung pejabat yang korup hanya karena uang haram.
Dunia/Politik terlalu murah untuk ditukar dengan akhirat.Yang jelas dalam mentafsirkan ayat tidak boleh sepotong2. Babi misalnya di Al Qur'an memang haram. Tapi saat darurat, halal. Jika yg jadi Pemimpin itu Kristen dan Muslim cuma wakilnya, saya tak akan pilih. Tapi yg jadi DKI-1 itu kan Muslim. Jadi jika orang nomor 1 itu Muslim, tidak bisa kita serampangan menuduh orang sebagai memilih pemimpin kafir. Meski idealnya wakilnya juga Muslim.

Di Al Qur'an disebut kita harus memilih pemimpin yang BERIMAN. Iman ini terpancar dari lisan dan perbuatannya. Seorang yang biasa bohong itu bukan beriman. Tapi munafik. Seorang yang koruptor/pencuri itu bukan beriman. Tapi fasiq yang harus dihukum. Begitu pula seorang pemimpin tapi dia menganggap kaum Yahudi dan Nasrani (AS, Eropa, dan Israel) sebagai pemimpin yang harus dilayani itu bukanlah orang yang beriman. Itu sama saja dengan kita mengangkat kaum Yahudi dan Nasrani jika para pemimpin itu menyerahkan kekayaan alam dan ekonomi Indonesia kepada investor asing/kafir sehingga minyak, gas, emas, tembaga, dsb dikuasai perusahaan2 kafir seperti Exxon, Chevron, Freeport, Newmont, dsb. Jadi pilih pemimpin Islam yang benar2 mandiri dan tidak bergantung kepada kaum kafir. Karena pada dasarnya akhirnya secara politik juga menganut sistem kafir.

Kemudian banyak pertimbangan seperti yg dipilih itu harus Ahli sebab jika tak ahli kita semua akan hancur/binasa:
"Apabila perkara (urusan) diserahkan kepada selain ahlinya, maka nantikanlah kiamat/kehancuran." [HR Bukhari]





"..janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan..” [Al Baqarah:195]

Saya pengalaman 2 x naik bis yg nyaris terbakar dan harus turun. Ini kan sudah termasuk darurat karena bisa menewaskan orang banyak jika dibiarkan terus. Di sekitar rumah saya banyak jambret yg tetap berkeliaran meski sudah beberapa kali lapor polisi.

Ayat Al Qur'an dan Hadits di atas menunjukkan bahwa memilih orang yang Ahli yang bisa menyelamatkan kita dari kebinasaan lebih utama dari yang lainnya agar kita tidak hancur/binasa. Misalnya kita memilih pilot yang akan menerbangkan pesawat kita, kita harus pilih yang ahli. Sebab jika tidak ahli, maka pesawat akan jatuh dan penumpangnya akan mati.

Jika kita ambil ayat dan hadits di atas, tentu kita akan pilih yg Ahli ketimbang yg menzalimi rakyatnya misalnya memberi investor tanah tambang tak peduli itu merampas tanah rakyat dan meracuni tanah dan sungai rakyat dgn limbah tambangnya. Begitu pula jika seseorang menuduh 1 calon sbg koruptor/pencuri, tidak pantas dia mendukung si koruptor sbg pemimpin. Koruptor/pencuri itu dalam Islam harus dihukum hudud/potong tangan. Bukan diangkat jadi pemimpin. Jika tidak, kita akan hancur.

Nabi berkata: Wahai manusia! Sesungguhnya yang membinasakan umat-umat sebelum kamu ialah, manakala seorang yang terhormat di antara mereka mencuri, maka mereka membiarkannya. Namun bila seorang yang lemah di antara mereka mencuri, maka mereka akan melaksanakan hukum hudud atas dirinya. Demi Allah, sekiranya Fatimah putri Muhammad mencuri, niscaya akan aku potong tangannya. (Shahih Muslim No.3196).

Jadi saya yakin pertimbangan PKS dan HNW yg dulu mendukung Jokowi dan wakilnya yg Kristen sbg Walikota tentu mempertimbangkan berbagai dalil di atas demi kemaslahatan ummat.


Kita berdoa semoga pemimpin yang Islami itu benar-benar Islami. Selain Muslim, juga bersih (tidak korupsi) dan juga ahli sehingga tidak membawa kita semua kepada kehancuran. Menjalankan ajaran-ajaran Islam agar citra Islam tetap bersih.




http://kabarislam.wordpress.com/2012/08/08/difitnah-kafir-ternyata-jokowi-dan-keluarganya-sudah-haji-semua



Tidak ada komentar:

Posting Komentar