Iklan 2

Rabu, 30 September 2009

Selama Kekayaan Alam Dirampas Asing Indonesia Akan Terus Miskin

gedung petronasKenapa Pesawat dan Helikopter TNI Indonesia sering jatuh sehingga lebih dari 150 orang tewas di tahun 2008-2009?


Kenapa 11,5 juta rakyat Indonesia menderita busung lapar atau gizi buruk?


Kenapa 120 juta rakyat Indonesia hidup dalam kemiskinan (versi Bank Dunia)?


Kenapa seluruh Lembaga Amal Zakat hanya mampu mengumpulkan dana kurang dari Rp 1 trilyun sementara menurut PENA pada tahun 2008 berbagai perusahaan asing menikmati Rp 2.000 trilyun dari hasil kekayaan alam Indonesia?


Kenapa meski SD-SMP gratis tapi SMU dan Perguruan Tinggi Negeri justru mahal dan tidak terjangkau bagi rakyat miskin?


Kenapa pelayanan kesehatan umum di Indonesia sangat mahal dan tidak terjangkau?


Kenapa korupsi merajalela di Indonesia?


Kenapa rel kereta api dan kabel telpon dicuri?


Kenapa penculikan anak sering terjadi, begitu pula perampokan yang tak jarang menimbulkan korban jiwa?


Kenapa Hutang Luar Negeri Indonesia terus meningkat dari Rp 1.200 trilyun di tahun 2004 jadi Rp 1.600 trilyun di tahun 2009?


Kenapa Indonesia selalu bergantung pada Investor Asing dan jika tak ada Investor Asing datang maka pembangunan tidak berjalan?


Jawaban dari semua pertanyaan di atas adalah karena Indonesia tidak punya cukup uang.


Akibatnya, mayoritas rakyat Indonesia hidup dalam kemiskinan. Sebagian dari mereka terpaksa mencuri, menculik, merampok dan sebagainya untuk mendapatkan uang. Seorang anggota Kapak Merah yang didor polisi berkata, “Biarlah saya ditembak mati. Habis saya cuma lulus SD. Cari kerja susah. Jadi merampok guna mendapatkan uang”


Pemerintah tidak bisa membeli pesawat dan helikopter baru untuk menggantikan pesawat dan helikopter lama yang umurnya sudah 30 tahun lebih. Pemerintah hanya bisa memberi bantuan Rp 100 ribu/bulan untuk kurang dari 40 juta rakyat Indonesia. Itu pun BLT tidak bisa berjalan rutin setiap bulan. Pemerintah tidak bisa membiayai penuh pendidikan dan kesehatan sehingga mayoritas rakyat Indonesia meski tergolong miskin versi Bank Dunia harus membayar mahal untuk pendidikan dan kesehatan.


Dengan mahalnya biaya pendidikan di SMU dan Perguruan Tinggi Negeri, maka jika zaman ORBA mayoritas rakyat lulusan SMA, maka dalam 5-10 tahun mendatang jika kebijakan Ekonomi tidak berubah rata-rata pendidikan hanya lulus SMP saja.


Karena pemerintah tidak punya cukup uang, maka terpaksa harus berhutang dan menggantungkan pada datangnya Investor Asing. Jika tidak, pembangunan tidak akan jalan. Menurut penganut paham Ekonomi Neoliberalisme tanpa hutang tidak mungkin ada pembangunan. Padahal kalau hutang sudah membukit dan si peminjam sampai mendikte bangsa Indonesia untuk menyerahkan kekayaan alam dan menjual BUMN yang dimiliki serta menaikkan berbagai harga yang menyengsarakan rakyat, itu sudah tidak sehat lagi.


Hutang Indonesia yang sudah mencapai 68% dari GNP jelas sudah sangat besar dibanding Singapura yang hanya 14%, Arab Saudi 11%, Iran 8%, atau bahkan Malta yang 0%! Jangan “Besar Pasak daripada Tiang!” begitu kata-kata yang bijak dari nenek moyang kita.


Korupsi merajalela di negara kita karena gaji pejabat dan pegawai negeri di Indonesia sangat kecil. Menurut seorang staf Bappenas, GAJI POKOK pejabat tertinggi hanya Rp 3 juta. Padahal di AS, gaji pengantar Pizza saja yang menurut ukuran sana miskin, mencapai Rp 14 juta. Itu pun belum termasuk Tips!


Gaji Presiden Indonesia kurang dari Rp 70 juta/bulan. Kekayaan Presiden SBY “hanya” RP 8,5 milyar! Padahal gaji CEO Chevron (satu perusahaan migas asing yang beroperasi di Indonesia) mencapai US$ 7,8 juta/tahun atau Rp 7,1 milyar/bulan. Artinya dalam 30 tahun masa kerja, CEO perusahaan migas asing ini pendapatannya mencapai  Rp 2,5 trilyun! Itu baru satu orang. Kalau Direksi ada 5 orang dan komisaris ada 5 orang, semuanya bisa mendapat Rp 12 trilyun. Darimana uang untuk menggaji mereka sebesar itu? Di antaranya ya dari minyak dan gas Indonesia!


Coba anda bayangkan, jika Dirut perusahaan migas asing total gajinya mencapai Rp 2,5 trilyun, sementara Dirut BUMN Pertamina hanya Rp 100 juta/bulan atau Rp 36 milyar, mana yang lebih banyak mengambil uang dari kekayaan alam Indonesia? Tentu Dirut perusahaan asing bukan? Bahkan seandainya Dirut BUMN itu korupsi Rp 1 trilyun pun tetap saja lebih banyak uang yang diambil Dirut perusahaan asing dari bumi Indonesia dengan gaji raksasanya yang “legal.”


Silahkan lihat Daftar Perusahaan Terkaya versi Forbes 500:


http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_companies_by_revenue


1. Exxon Mobil, pendapatan $390.3 billion/tahun, gaji CEO, Rex W. Tillerson, $4.12M/tahun


3. Shell, pendapatan $355.8 billion/tahun, gaji CEO, Jeroen van der Veer, €7,509,244


4. British Petroleum, pendapatan $292 billion/tahun, gaji CEO, Tony Hayward, $4.73M


6. Total S.A., pendapatan $217.6


7. Chevron Corp., pendapatan 214.1 billion/tahun, gaji CEO, David J. O'Reilly, $7.82M


8. Saudi Aramco (BUMN Saudi), pendapatan $197.9 billion/tahun


10. ConocoPhillips, pendapatan $187.4 billion/tahun, gaji CEO, James Mulva, $6.88M


Total dari perusahaan itu saja (10 perusahaan teratas versi Forbes 500) yang juga beroperasi di Indonesia mengelola kekayaan alam kita, itu US$ 1.655 milyar atau sekitar 17 ribu trilyun/tahun. Di antaranya berasal dari kekayaan alam Indonesia. Jumlah itu 17 kali lipat dari APBN Indonesia tahun 2009 yang hanya mencapai Rp 1.037 Trilyun.


Dari data di atas, cukup aneh jika Indonesia yang katanya untuk Migas dapat 85% (kalau Pertambangan lain Indonesia memang cuma dapat 15%) dan asing cuma 15% ternyata dapat tidak lebih dari Rp 350 trilyun/tahun dari Migas sementara 6 perusahaan migas tersebut yang “cuma” dapat 15% bisa mendapat Rp 17.000 Trilyun! Atau 5.600% lebih! Menurut nalar saya itu tidak masuk di akal.


Itu belum dari berbagai perusahaan lain seperti Freeport, Newmont, BHP, dsb yang menguasai emas, perak, tembaga, nikel, dsb di Indonesia. Bisa jadi total penerimaan mereka sekitar Rp 30 Ribu Trilyun/tahun.


Ada yang menyebut bahwa selain yang 15% itu, pihak asing juga mengklaim “Cost Recovery” untuk eksplorasi migas dan juga operasional sehingga besarnya bisa mencapai 30-40%. Selain itu besar migas yang diproduksi juga tidak jelas. Amien Rais berkata, “Jika dari perusahaan migas langsung gasnya disalurkan melalui pipa ke Singapura, bagaimana kita tahu berapa gas yang sebenarnya diproduksi?”


Perbedaan signifikan besarnya angka pendapatan yang diperoleh 6 perusahaan Migas dengan minimnya pendapatan yang diperoleh bangsa Indonesia harusnya menjadi satu indikasi yang harus diinvestigasi.


Arab Saudi cukup cerdas menasionalisasi perusahaan Aramco tahun 1974, Chavez presiden Venezuela juga menasionalisasi perusahaan migas di sana sehingga Venezuela yang merupakan negara penghutang terbesar, sekarang rasio hutangnya hanya kurang dari 40% total GDPnya. Di bawah Indonesia yang rasio hutangnya sudah mencapai 68% dari GDP dan terus bertambah sekitar Rp 100 trilyun/tahun. Kuwait dan Qatar juga mengandalkan BUMN mereka untuk mengelola kekayaan alamnya sehingga tidak bocor ke asing.


Akibatnya negara mereka makmur. Ketika saya tinggal di Arab Saudi selama 6 bulan di rumah satu warga negaranya, di sana bukan cuma bensin lebih murah, tapi sekolah, listrik, rumah sakit gratis. Bahkan di sana kalau kuliah diberi uang saku.


Negara-negara yang maju/makmur seperti AS, Inggris, Perancis, Arab Saudi, Qatar, Kuwait, dsb itu tidak pernah menyerahkan kekayaan alam mereka ke asing. Mereka mengelola sendiri kekayaan alam mereka. Qatar dan Kuwat meski SDMnya sedikit, mereka tetap buat BUMN sendiri. Tenaga ahli mereka cari dari luar negeri termasuk dari Indonesia. Coba lihat Kompas Sabtu-Minggu di kolom lowongan kerja, banyak iklan lowongan kerja dari BUMN Qatar, Kuwait, dsb yang mencari ahli migas dari Indonesia. Dan memang SDM Migas Indonesia cukup ahli dan melimpah karena sebagian besar pekerja di perusahaan migas asing di Indonesia juga merupakan putra-putri Indonesia


Selama kekayaan alam Indonesia masih dinikmati oleh asing, Indonesia tidak akan pernah bebas dari kemiskinan.


Tidak ada satu bangsa pun yang maju dan sejahtera yang menyerahkan kekayaan alamnya ke pihak asing. Jika kita lihat negara-negara yang maju/makmur seperti AS, Inggris, Perancis, Jerman, Swis, Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Venezuela, dan sebagainya, mereka tidak mau menyerahkan kekayaan alamnya ke pihak asing. Harusnya ekonom Indonesia berjuang agar Indonesia bisa mandiri. Bisa berdikari.


Bukan justru membujuk rakyat/pemerintah agar Indonesia tidak mandiri dan bergantung kepada perusahaan2 asing yang ternyata justru memperkaya perusahaan dan direksi mereka sendiri


Oleh karena itu, dari Rp 30 Ribu Trilyun/tahun yang didapat perusahaan-perusahaan asing tersebut, bisa jadi 10-20% berasal dari kekayaan alam Indonesia atau minimal Rp 3.000 Trilyun/tahun.


Saat ini APBN Indonesia hanya sekitar Rp 1.000 trilyun untuk 240 juta rakyat Indonesia. Artinya tiap orang hanya mendapat sekitar US$ 34/bulan. Masih di bawah garis kemiskinan Bank Dunia yang US$ 60/bulan/orang. Tak heran Indonesia tidak punya cukup uang untuk mensejahterakan rakyat, memberi pendidikan yang terjangkau dari SD hingga Perguruan Tinggi, memberi layanan Rumah Sakit yang terjangkau, Pembaruan Alutsista, menyelamatkan anak-anak jalanan, dan sebagainya.


Faisal, Raja Arab Saudi, menasionalisasi perusahaan migas Aramco sehingga menjadi BUMN di tahun 1974. Sejak itu pendapatan negara Arab Saudi meningkat drastis dan bisa memberikan pendidikan gratis bagi rakyatnya dari SD hingga Perguruan Tinggi. Rumah Sakit dan Listrik juga diberikan gratis. Sementara Bensin di sana hanya Rp 700/liter.


Venezuela yang sebelumnya merupakan satu negara penghutang terbesar dan miskin, ketika Hugo Chavez menjadi presiden, menasionalisasi berbagai perusahaan migas dan pertambangan sehingga pendapatannya bertambah. Hutang luar negeri Venezuela saat ini tinggal 40% dari GDP. Ini lebih baik ketimbang hutang Indonesia yang sudah mencapai 68% dan terus bertambah hampir Rp 100 trilyun/tahun setiap tahun. Venezuela bahkan memberi pinjaman ke beberapa negara dan mensubsidi rakyat miskin di AS dengan minyak murah.


AS, Inggris, Perancis, Belanda, dsb maju dan makmur karena selain mengelola kekayaan alamnya sendiri, mereka juga menguras kekayaan alam negara lain. Tak heran jika Anggaran Belanja Militer AS saja mencapai US$ 655 Milyar/tahun atau Rp 6.550 Trilyun/tahun sementara Anggaran Belanja Militer Indonesia cuma Rp 36 Trilyun saja. Kurang dari 1% anggaran AS!


Bayangkan seandainya Indonesia mandiri dan mendapat tambahan Rp 3.000 trilyun dari hasil kekayaan alamnya sehingga APBN kita menjadi Rp 4.000 trilyun/tahun. Artinya ada US$ 138/bulan untuk setiap orang. Seluruh penduduk Indonesia bisa lepas dari garis kemiskinan VERSI BANK DUNIA yang US$ 60/bulan. Indonesia bisa melunasi hutangnya yang Rp 1.600 trilyun dengan mudah. Indonesia tidak perlu menunggu-nunggu “INVESTOR ASING” untuk membangun negerinya.


Segala janji bahwa pendidikan murah, layanan Rumah Sakit murah, pembaruan alutsista, atau pun mensejahterakan rakyat itu hanya omong kosong belaka jika Presiden kita tidak mau mandiri mengelola kekayaan alam Indonesia. Indonesia tidak akan punya cukup uang selama hasil kekayaan alam kita yang menikmati justru Kompeni-kompeni gaya baru yang didukung oleh pemerintah mereka.


Lihat video di mana Kompeni gaya baru yang didukung AS dan Inggris turut campur untuk menguasai kekayaan alam Indonesia sehingga 1 juta korban tewas:


http://www.youtube.com/watch?v=tvnEc48A7yM


Indonesia butuh pemimpin yang bijak dan berani seperti Raja Faisal dari Arab Saudi dan Hugo Chavez dari Venezuela yang berani menasionalisasi perusahaan pertambangan asing dan mandiri mengelola kekayaan alamnya.


Di bawah adalah sebagian hasil kekayaan alam Indonesia. Indonesia masih punya banyak kekayaan alam yang melimpah selain statistik di bawah.


tambang

kebun

MINYAK

batubara

BUMN yang Menguntungkan Negaranya:

Norway’s economy is a mixed one of public and private enterprises. Although the economy is based on free-market principles, the government exercises considerable supervision and control. The state owns railroads and most of the public utilities, and state-owned enterprises largely control the vital oil and natural gas sectors.

Microsoft ® Encarta

http://encarta.msn.com/encyclopedia_761556517_5/norway.html

About PETRONAS

PETRONAS, the acronym for Petroliam Nasional Berhad, was incorporated on 17 August 1974 under the Companies Act 1965. It is wholly-owned by the Malaysian government and is vested with the entire ownership and control of the petroleum resources in Malaysia through the Petroleum Development Act 1974.


Over the years, PETRONAS has grown to become a fully-integrated oil and gas corporation and is ranked among FORTUNE Global 500's largest corporations in the world. PETRONAS has four subsidiaries listed on the Bursa Malaysia and has ventured globally into more than 32 countries worldwide in its aspiration to be a leading oil and gas multinational of choice.


http://www.petronas.com.my/internet/corp/centralrep2.nsf/frameset_corp?OpenFrameset




1973
Saudi Arabia's Government acquires a 25 percent participation interest in Aramco.
1975
Master Gas System project is launched.
1980
Saudi Government acquires 100 percent participation interest in Aramco, purchasing almost all of the company's assets.
http://www.saudiaramco.com/irj/portal/anonymous?favlnk=%2FSaudiAramcoPublic%2Fdocs%2FAt+A+Glance%2FOur+Story&ln=en












China National Petroleum Corporation
China National Petroleum Corporation was established on September 17, 1988 on the basis of the Ministry of Petroleum Industry, mainly in charge of oil and gas upstream operations. It is a state oil company endowed with certain governmental administrative functions.

http://www.cnpc.com.cn/en/aboutcnpc/companyprofile/history/default.htm












































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































Crude Petroleum Production (thousand barrels/year)
NoCountryProductionNon BUMN ProductionDescription

1


Saudi Arabia

2.788.463



BUMN



2


Russia

2.705.835



2.705.835


BUMN?

3


United States

2.098.560



2.098.560


National Company

4


Iran

1.258.031



BUMN



5


China

1.238.070



1.238.070


BUMN?

6


Mexico

1.160.479



1.160.479



7


Norway

1.092.157



BUMN



8


Venezuela

951.091



BUMN



9


United Kingdom

837.053



837.053


National Company

10


Canada

792.812



792.812


National Company

11


Nigeria

773.549



773.549



12


United Arab Emirates

760.449



760.449



13


Iraq

738.901



738.901



14


Kuwait

691.842



BUMN



15


Brazil

531.509



531.509



16


Libya

481.590



481.590



17


Algeria

477.007



477.007



18


Indonesia

462.782



462.782



19


Oman

327.528



327.528



20


Angola

327.399



327.399



21


Kazakhstan

298.906



298.906



22


Argentina

276.510



276.510



23


Malaysia

255.113



255.113



24


Qatar

248.045



BUMN



25


India

242.801



242.801



26


Egypt

230.605



230.605



27


Australia

228.634



228.634



28


Colombia

210.727



210.727



29


Syria

186.571



186.571



30


Yemen

161.911



161.911



31


Ecuador

143.371



143.371



32


Denmark

135.421



135.421



33


Vietnam

124.037



124.037



34


Azerbaijan

113.322



113.322



35


Gabon

91.751



91.751



36


Congo (ROC)

91.021



91.021



37


Sudan

87.210



87.210



38


Equatorial Guinea

77.638



77.638



39


Turkmenistan

65.588



65.588



40


Brunei

59.536



59.536



41


Thailand

46.446



46.446



42


Trinidad and Tobago

44.501



44.501



43


Romania

43.830



43.830



44


Peru

35.380



35.380



45


South Korea

33.140



33.140



46


Italy

31.178



31.178



47


Uzbekistan

29.013



29.013



48


Tunisia

27.689



27.689



49


Ukraine

27.543



27.543



50


Cameroon

25.501



25.501



51


Germany

25.152



25.152



52


Papua New Guinea

20.145



20.145



53


Pakistan

18.356



18.356



54


Cuba

17.275



17.275



55


Turkey

17.048



17.048



56


Netherlands, The

16.922



16.922



57


Belarus

13.334



13.334



58


Bahrain

12.784



12.784



59


Bolivia

11.748



11.748



60


New Zealand

11.100



11.100



61


France

9.832



9.832



62


Hungary

8.793



8.793



63


Philippines

8.588



8.588



64


Congo (DRC)

8.279



8.279



65


Croatia

8.036



8.036



66


South Africa

7.121



7.121



67


Austria

6.787



6.787



68


Côte d'Ivoire

6.715



6.715



69


Guatemala

6.573



6.573



70


Poland

6.114



6.114



71


Myanmar

5.479



5.479



72


Serbia and Montenegro

5.114



5.114



73


Belgium

4.383



4.383



74


Suriname

3.653



3.653



75


Lithuania

3.229



3.229



76


Czech Republic

2.738



2.738



77


Ghana

2.557



2.557



78


Spain

2.402



2.402



79


Albania

2.323



2.323



80


Bangladesh

2.192



2.192



81


Chile

2.192



2.192



82


Japan

1.948



1.948



83


Estonia

1.863



1.863



84


Singapore

1.461



1.461



85


Sweden

1.461



1.461



86


Greece

1.155



1.155



87


Georgia

731



731



88


Portugal

731



731



89


Kyrgyzstan

731



731



90


Kenya

365



365



91


Ireland

365



365



92


Panama

365



365



93


Slovakia

365



365



94


Dominican Republic

365



365



95


Bulgaria

365



365



96


Barbados

365



365



97


Benin

365



365



98


Switzerland

365



365



99


Morocco

183



183



100


Tajikistan

91



91



101


Israel

37



37



102


Jordan

15



15



103


Slovenia

7



7


Total

24.458.709



17.429.080


Value in US$

1.220.035.600.000


Value in Rp

12.200.356.000.000.000


15% of Sharing

1.830.053.400.000.000


Microsoft ® Encarta ® 2006. © 1993-2005 Microsoft Corporation. All rights reserved.

























































































































































































































































































































































































































Natural Gas Production
(Billion cu feet)

1


Russia

21.012



BUMN



2


United States

19.917



19.917



3


Canada

6.639



6.639



4


United Kingdom

3.602



3.602



5


Algeria

2.790



2.790



6


Iran

2.649



BUMN



7


Netherlands, The

2.649



2.649



8


Indonesia

2.472



2.472



9


Norway

2.401



BUMN



10


Uzbekistan

2.048



2.048



11


Saudi Arabia

2.013



BUMN



12


Turkmenistan

1.907



1.907



13


Malaysia

1.730



1.730



14


United Arab Emirates

1.519



1.519



15


Mexico

1.342



1.342



16


Argentina

1.271



1.271



17


Australia

1.271



1.271



18


China

1.165



1.165



19


Qatar

1.059



BUMN



20


Venezuela

1.059



BUMN



21


Egypt

953



953



22


India

883



883



23


Pakistan

812



812



24


Germany

777



777



25


Thailand

671



671



26


Ukraine

636



636



27


Trinidad and Tobago

600



600



28


Oman

530



530



29


Italy

530



530



30


Nigeria

494



494



31


Romania

459



459



32


Kazakhstan

459



459



33


Brunei

388



388



34


Bangladesh

388



388



35


Bahrain

318



318



36


Brazil

283



283



37


Denmark

283



283



38


Kuwait

283



BUMN



39


Myanmar

283



283



40


New Zealand

212



212



41


Libya

212



212



42


Poland

212



212



43


Colombia

212



212



44


Bolivia

212



212



45


Syria

212



212



46


Azerbaijan

177



177



47


Hungary

106



106



48


Japan

106



106



49


Iraq

71



71



50


Croatia

71



71



51


France

71



71



52


Austria

71



71



53


South Africa

71



71



54


Tunisia

71



71



55


Philippines

71



71



56


Vietnam

71



71



57


Angola

35



35



58


Chile

35



35



59


Côte d'Ivoire

35



35



60


Equatorial Guinea

35



35



61


Ireland

35



35



62


Serbia and Montenegro

35



35



63


Spain

35



35



62.543


4 komentar:

  1. seperti kata Bang haji terlaaaaaaaaaalu

    yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin

    BalasHapus
  2. Salam, catatan anda sangat baik. Anda menulis melalui fakta dan saya kagum dengan penulisan ini.

    Saya adalah warga Malaysia yang mempunyai asal usul nenek yang berasal dari kepulauan bawean. Bagi pandangan saya, ada beberapa perkara Indonesia lebih baik dari Malaysia contohnya permaufakatan penggunaan satu bahasa (Bahasa Indonesia), Hiburan (mempunyai penghibur yang handal..saya sangat meminati Rossa), Pendidikan dalam bidang perubatan yang terbaik (anak saya sedang menuntut di jogyakarta), Masyarakat yang tinggi budi pekertinya (apabila saya melawat indonesia, kebanyakkan orang indoneisa yang saya temui adalah baik dan berbudipekerti tinggi), dan yang paling menarik tentang indonesia ialah, tempat shopping yang murah dengan kualiti barangan yang baik seperti kain baju kebaya, kek lapis yang enak.

    Cuma sejak akhir-akhir ini, saya berasa sedih, takut dan risau akan perhubungan malaysia indonesia. Saya risaukan keselamatan anak saya di sana, dan saya juga merasakan sudah tidak aman untuk melancung ke indonesia.

    Doa saya, hubungan negara kita segera pulih dan berdamai.Inilah pemikiran rakyat biasa seperti saya di Malaysia.

    BalasHapus
  3. sebetulnya, pemerintah juga tidak bisa kita salahkan begitu ajah, namun pemerintahan yang di bawahlah yang harus banyak diawasi, dan banyak di tinjau,,,seperti pemerintahan daerah di kota2 daerah kecil,, bukannya saya munafik!hhhmmm saya mendengar seperti halnya uang BLT yang harusnya sampai ketangan yang berhak menerima, namun tidak samapai 100%, serta beras bulog seharusnya gratis namun sampai ditangan rakyat harus di beli yang terkadang harganya tidak masuk di akal!? ____salam indonesiaku___

    BalasHapus
  4. AssWw, permisi, ikut nimbrung, salah satu penyebab nya adalah karena negara2 muslim mengikuti sistem UANG KERTAS. Hasil tambang, perkebunan dll semua ditakar dengan UANG KERTAS. Bahkan UANG HAKIKI yakni EMAS DAN PERAK diekspor dibayar dg UangKertas. Apakah ini adil ? ? ?. Seharusnya semua hasil ekspor DITAKAR DAN DITUKAR dengan UANG EMAS (DINAR) DAN ATAU UANG PERAK (DIRHAM). Konsekwensinya impor pun harus dibayar dgn EMAS(DINAR) DAN ATAU PERAK (DIRHAM). Keunggulan DINAR DIRHAM adalah kestabilan nilainya sehingga terwujud kesetaraan dan keadilan.

    BalasHapus