Iklan 2

Senin, 09 Juni 2014

Ikuti Al Qur'an dan Hadits dan Tinggalkan Ulama?


Ikuti saja Al Qur'an dan Hadits. Jangan main ikut ulama, sebab itu namanya Taqlid. Begitu kata seorang korban Radio Rujak... 


Di Al Qur'an ada perintah Athi'ullahu wa athi'ur Rosul. Taatilah Allah dan Taatilah Rosul.
Nah saat ini Rosul telah tiada. Siapa yg kita taati? Jawabnya ya Ulama. Sebab Nabi berkata: Ulama itu adalah Pewaris Nabi.

“Ulama adalah pewaris para Nabi” Begitu sabdanya seperti yang dimuat di HR Abu Dawud.

Memang ada ulama yang sesat, tapi Jumhur/Mayoritas Ulama, insya Allah lurus.

Firman Allah:
“…Bertanyalah kepada Ahli Zikir (Ulama) jika kamu tidak mengetahui” [An Nahl 43]

Allah meninggikan ulama dibanding orang2 awam. Pemahaman Ulama terhadap Al Qur'an dan Hadits atau masalah, itu lebih baik daripada pemahaman orang-orang awam:

” ….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujaadilah [58] : 11)

Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Az-Zumar [39]: 9).

Imam Ahmad berkata untuk jadi Imam Mazhab/Mujtahid, minimal Hafal Al Qur'an dan Hafal 1 juta hadits. Imam Malik bukan sekedar hafal hadits, tapi melihat langsung praktek ibadah anak2 dan cucu2 sahabat Nabi. Sementara sahabat langsung menerima Islam dari Nabi.

Bahkan ahli hadits terkemuka pun seperti Imam Bukhari dan Imam Muslim yang lahir sekitar 100 tahun setelah wafatnya Imam Malik, dengan rendah hati mengikuti Mazhab Imam Syafi'ie. Mereka tidak berani berpegang langsung kepada Al Qur'an dan Hadits. Sebab ilmu yang mereka miliki tidak cukup untuk jadi Imam Mazhab. Jadi mereka sekedar jadi Imam Hadits.

Jadi bagaimana mungkin orang2 awam yg tidak hafal Al Qur'an dan cuma dengar Radio Rujak, dgn sombong berkata: Jangan ikuti ulama. Ikuti saja Al Qur'an dan Hadits secara langsung... 



Kitab2 Kuning yg ditulis para ulama di 3 abad pertama Islam insya Allah mengacu pada Al Qur'an dan hadits:

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang sesudah mereka (tabi’in), kemudian orang-orang sesudah mereka (tabi’ut tabi’in).”

dalam lafazh lain disebutkan bahwa,

“Sebaik-baik zaman adalah zamanku (zaman para sahabat), kemudian yang setelahnya (zaman tabi’in), kemudian yang setelahnya (zaman tabi’ut tabi’in).”
(HR. Bukhari no. 6429 dan Muslim no. 2533 hadits ini adalah Mutawatir)


Justru kita harus waspada pada orang2/paham yg lahir pada akhir zaman yang menyeru pada Al Qur'an dan Hadits tapi mengajak kita meninggalkan jumhur ulama untuk mengikuti pentolan2 mereka yg cuma firqoh/sempalan belaka:

“Akan keluar di akhir zaman suatu kaum yang usia mereka masih muda, dan bodoh, mereka mengatakan sebaik‑baiknya perkataan manusia, membaca Al Qur’an tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka. Mereka keluar dari din (agama Islam) sebagaimana anak panah keluar dan busurnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Mereka baik dalam berkata tapi jelek dalam berbuat, mengajak untuk mengamalkan kitab Allah padahal mereka tidak menjalankannya sedikitpun.” (HR. Al-Hakim)


Alih2 mengamalkan Al Qur'an dan Hadits, mereka justru menjauhkan kita pada ulama. Na'udzubillah min dzalik!


Sanad itu penting. Para Imam Mazhab seperti Imam Malik dan Imam Syafi'ie itu generasi tabi'in / tabi'it tabi'in. Sanad guru mereka itu bersambung ke Nabi. Nah yg tidak bermazhab itu umumnya 1100 tahun setelah wafatnya Nabi. Sanadnya tidak jelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar