Iklan 2

Rabu, 17 Juli 2013

Mengkafirkan dan Bunuh Muslim Demi Kekuasaan?

[caption id="attachment_3130" align="alignleft" width="200"]Syaikh Syarif Hatim Al-Auni Syaikh Syarif Hatim Al-Auni[/caption]

Islam jika dijalankan dgn baik di Politik itu bagus.
Islam yang lemah lembut thd sesama Muslim dan menjadi Rahmatan lil 'Aalamiin. Baik bagi orang2 Islam maupun Kafir Dzimmi.
Tapi jika Islam cuma sbg kedok untuk mendapatkan kekuasaan, bahaya.
Jika ummat Islam yang tidak sejalan dgn pandangan politiknya disebut pengkhianat Islam, Musuh Allah, Munafik, dsb, apa itu sesuai dgn ajaran Nabi? Apa bukan jadi Takfir namanya?


Saya pribadi mendukung upaya pendirian Negara Islam / Syariat Islam. Dgn syarat pembawanya memang gaya hidupnya sesuai Islam. Lembut thd sesama Muslim dan jadi Rahmatan lil 'Aalamiin.
Tapi kalau menumpahkan darah sesama Muslim seperti ingin membunuh Presiden Jamal Abdul Nasser, Bughot dan membantai 30 ribu Muslim di Libya, 100 ribu Muslim di Suriah, dan sekarang membunuh beberapa tentara Mesir dan jika Fitnah berhasil, Mesir bisa perang saudara seperti di Libya dan Suriah, tentu saya menolaknya.


Bukan masalah benci/sentimen. Tapi karena itu memang tidak sesuai Islam.


Para petinggi dan kader Ikhwanul Muslimin telah meneriakkan kepada umat Islam yang tidak sejalan dengan mereka sebagai pengkhianat Islam dan musuh mereka.
Menanggapi hal ini, seorang ulama Saudi yang terkenal dengan kemoderatan dan sikap kritis dan objektifitasnya, Syaikh Syarif Hatim Al-Auni berkomentar pada akun facebook pribadinya, “Dulu saya menduga bahwa Ikhwanul Muslimin tidaklah seperti Salafi-Wahabi, namun ternyata mereka sama saja. Namun bedanya, jika Salafi-Wahabi melontarkan kata-kata ‘bidah’, Ikhwanul Muslimin meneriakkan kata-kata ‘Pengkhianat Islam dan musuh Islam’.”
http://www.mosleminfo.com/index.php/berita/ulama-saudi-kritik-ikhwanul-muslimin/


“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah seseorang yang telah membaca (menghafal) al-Qur’ân, sehingga ketika telah tampak kebagusannya terhadap al-Qur’ân dan dia menjadi pembela Islam, dia terlepas dari al-Qur’ân, membuangnya di belakang punggungnya, dan menyerang tetangganya dengan pedang dan menuduhnya musyrik”. Aku (Hudzaifah) bertanya, “Wahai nabi Allâh, siapakah yang lebih pantas disebut musyrik, penuduh atau yang dituduh?”. Beliau menjawab, “Penuduhnya”. (HR. Bukhâri dalam at-Târîkh, Abu Ya’la, Ibnu Hibbân dan al-Bazzâr. Disahihkan oleh Albani dalam ash-Shahîhah, no. 3201).


Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara ummatku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)


Hadis riwayat Ali ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.1771)


سيخرج في آخر الزمان قوم أحدث الأسنان سفهاء الأحلام
“Akan keluar di akhir zaman suatu kaum yang usia mereka masih muda, dan bodoh, mereka mengatakan sebaik‑baiknya perkataan manusia, membaca Al Qur’an tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka. Mereka keluar dari din (agama Islam) sebagaimana anak panah keluar dan busurnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/01/19/ciri-khawarij-tak-mengamalkan-al-quran-dan-membunuh-muslim/


“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” [Ali 'Imran 159]


Ummat Islam itu berkasih sayang terhadap sesama, namun keras terhadap orang-orang kafir:


“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” [Al Fath 29]


“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” [Al Maa-idah 54]


Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2011/11/30/haram-berteman-dengan-kafir-harbi-dan-membunuh-sesama-muslim/


“… Dan melaknat seorang Mukmin seperti membunuhnya. Siapa saja yang menuduh seorang Mukmin dengan kekafiran, maka ia seperti membunuhnya”. [HR Bukhari]


“Barangsiapa yang berkata kepada saudaranya “hai kafir”, maka ucapan itu akan mengenai salah seorang dari keduanya.” [HR Bukhari]


Dari ‘Abdullah bin ‘Umar Ra, bahwa Nabi SAW bersabda:


“Bila seseorang mengkafirkan saudaranya (yang Muslim), maka pasti seseorang dari keduanya mendapatkan kekafiran itu. Dalam riwayat lain: Jika seperti apa yang dikatakan. Namun jika tidak, kekafiran itu kembali kepada dirinya sendiri”.[HR Muslim]


Dari Abu Dzarr Ra, Nabi SAW bersabda:


“Barangsiapa memanggil seseorang dengan kafir atau mengatakan kepadanya “hai musuh Allah”, padahal tidak demikian halnya, melainkan panggilan atau perkataannya itu akan kembali kepada dirinya”.[HR Muslim]


Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2011/10/26/jangan-mudah-mengkafirkan-sesama-muslim/


Dari Ibnu Umar ra sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka melakukan hal itu maka darah dan harta mereka akan dilindungi kecuali dengan hak Islam dan perhitungan mereka ada pada Allah Subhanahu wata’ala. (Riwayat Bukhori dan Muslim)


Di saat Usamah, sahabat Rasulullah saw, membunuh orang yang sedang mengucapkan, “Laa ilaaha illallaah, ” Nabi menyalahkannya dengan sabdanya, “Engkau bunuh dia, setelah dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah.” Usamah lalu berkata, “Dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah karena takut mati.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Apakah kamu mengetahui isi hatinya?” [HR Bukhari dan Muslim]


Lihat hadits di atas saat Usamah berkilah: “Ah dia berpura2″ Ah dia taqiyah! Ah dia berbohong. Tidak pantas kita berdalih seperti itu karena kita manusia tidak tahu isi hati mereka. Kita hanya bisa menilai zahir lisan, tulisan, dan perbuatan mereka.


Dan hadits Ibnu Umar tentang Kholid yang membunuh tawanan Bani Jadzi’ah setelah mereka mengucapkan:


صبأنا صبأنا
Artinya menurut mereka adalah “Kami telah Islam.” Dan pengingkaran nabi terhadap Kholid. Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhori.


Jika terjadi saling membunuh antara dua orang muslim maka yang membunuh dan yang terbunuh keduanya masuk neraka. Para sahabat bertanya, “Itu untuk si pembunuh, lalu bagaimana tentang yang terbunuh?” Nabi Saw menjawab, “Yang terbunuh juga berusaha membunuh kawannya.” (HR. Bukhari)


Larangan membunuh orang kafir yang telah mengucapkan: Laa ilaaha illallah


Hadis riwayat Miqdad bin Aswad ra., ia berkata:
Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku bertemu dengan seorang kafir, lalu ia menyerangku. Dia penggal salah satu tanganku dengan pedang, hingga terputus. Kemudian ia berlindung dariku pada sebuah pohon, seraya berkata: Aku menyerahkan diri kepada Allah (masuk Islam). Bolehkah aku membunuhnya setelah ia mengucapkan itu? Rasulullah saw. menjawab: Jangan engkau bunuh ia. Aku memprotes: Wahai Rasulullah, tapi ia telah memotong tanganku. Dia mengucapkan itu sesudah memotong tanganku. Bolehkah aku membunuhnya? Rasulullah saw. tetap menjawab: Tidak, engkau tidak boleh membunuhnya. Jika engkau membunuhnya, maka engkau seperti ia sebelum engkau membunuhnya, dan engkau seperti ia sebelum ia mengucapkan kalimat yang ia katakan. (Shahih Muslim No.139)


Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/02/07/larangan-mencaci-dan-membunuh-sesama-muslim/



Ulama Saudi Kritik Ikhwanul Muslimin



Mosleminfo, Jeddah – Semenjak 30 Juni lalu, konflik yang di alami Mesir tak kunjung meredam. Setelah keputusan pemakzulan DR. Muhammad Morsi dari kursi kepresidenan, pihak pro Morsi dan simpatisan Ikhwanul Muslimin berang dan menginginkan jabatan Morsi untuk dikembalikan.
Berbagai cara dilakukan oleh kelompok islamis yang didirikan Hasan Al-Banna tersebut, mulai dari orasi di bilangan Rabiah Al-Adawiyah Kairo hingga para dai dan kader Ikhwanul Muslimin yang berusaha menarik simpatisan masyarakat melalui khutbah dan ceramah di masjid-masjid. Para petinggi dan kader Ikhwanul Muslimin telah meneriakkan kepada umat Islam yang tidak sejalan dengan mereka sebagai pengkhianat Islam dan musuh mereka.
Menanggapi hal ini, seorang ulama Saudi yang terkenal dengan kemoderatan dan sikap kritis dan objektifitasnya, Syaikh Syarif Hatim Al-Auni berkomentar pada akun facebook pribadinya, “Dulu saya menduga bahwa Ikhwanul Muslimin tidaklah seperti Salafi-Wahabi, namun ternyata mereka sama saja. Namun bedanya, jika Salafi-Wahabi melontarkan kata-kata ‘bidah’, Ikhwanul Muslimin meneriakkan kata-kata ‘Pengkhianat Islam dan musuh Islam’.”
Beliau menambahkan “Allah mengetahui bahwa saya tidak membenci Ikhwanul Muslimin dan saya selalu mengharapkan kesuksesan mereka dalam memimpin Mesir. Allah-lah yang mengetahui bahwa tujuan saya menulis ini tidak lain dan tidak bukan karena membenarkan sesuatu yang salah.”
“Sangat sering saya membela Ikhwanul Muslimin sampai saya dibilang sebagai kadernya, padahal saya bukan kadernya. Dan sering pula saya mengkritik Ikhwanul Muslimin hingga saya dijuluki musuh mereka dan musuh Islam. Kita tidak akan menolong atas nama Islam dengan perilaku yang demikian. Jika faktanya kita menang, maka kemenangan itu hanyalah sebuah kebatilan.” pungkasnya.


Redaktur: Amar Ma’ruf Sofwan


http://www.mosleminfo.com/index.php/berita/ulama-saudi-kritik-ikhwanul-muslimin/

2 komentar:

  1. kenapa selalu harus memojokkan salafi -wahabi !

    BalasHapus
  2. Karena mereka mengkafirkan dan membunuh sesama Muslim.
    Memvonis Bid'ah itu langkah awal mereka. Kemudian mereka menuduh Muslim sbg Musyrik. Na'udzubillah min dzalik!

    “Barangsiapa memanggil seseorang dengan kafir atau mengatakan kepadanya “hai musuh Allah”, padahal tidak demikian halnya, melainkan panggilan atau perkataannya itu akan kembali kepada dirinya”.[HR Muslim]

    Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/02/07/larangan-mencaci-dan-membunuh-sesama-muslim/

    “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah seseorang yang telah membaca (menghafal) al-Qur’ân, sehingga ketika telah tampak kebagusannya terhadap al-Qur’ân dan dia menjadi pembela Islam, dia terlepas dari al-Qur’ân, membuangnya di belakang punggungnya, dan menyerang tetangganya dengan pedang dan menuduhnya musyrik”. Aku (Hudzaifah) bertanya, “Wahai nabi Allâh, siapakah yang lebih pantas disebut musyrik, penuduh atau yang dituduh?”. Beliau menjawab, “Penuduhnya”. (HR. Bukhâri dalam at-Târîkh, Abu Ya’la, Ibnu Hibbân dan al-Bazzâr. Disahihkan oleh Albani dalam ash-Shahîhah, no. 3201).

    Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/01/19/ciri-khawarij-tak-mengamalkan-al-quran-dan-membunuh-muslim/

    BalasHapus