Iklan 2

Senin, 21 Januari 2013

Wahabi Terlalu Mudah Kafirkan Sesama Muslim

Wahabi terlalu mudah mengkafirkan sesama Muslim. Bahkan Muslim yang mengimani 6 Rukun Iman dan menjalankan 5 Rukun Islam pun mereka kafirkan. Tuduhan Ahlul Bid'ah, Sesat, Kafir, Musyrik, Sufi (baca: Sesat menurut Wahabi), Syi'ah, Musuh Allah, dsb mereka lontarkan terhadap sesama Muslim. Bahkan sesama Wahabi pun mereka kafirkan. Ada tudingan Hizbi, Ikhwanul Muslimin, Ahlu Turots, Sururi, dsb kepada sesama Wahabi. Padahal argumen/dalil Al Qur'an dan Hadits yang mereka bawa itu cuma sepotong2 dan mereka pelintir artinya. Namun banyak orang awam yang tersesat dan taqlid buta.


Jumlah Wahabi itu dari 1.300.000.000 Muslim paling hanya 13 juta saja. Itu pun sebagian Wahabi mereka kafirkan lagi sehingga "Wahabi yang lurus" paling cuma 1,3 juta Wahabi saja. Sedikit sekali Muslim yang masuk surga menurut mereka..


Padahal Allah dan RasulNya tidak mudah mengkafirkan ummat Islam. Coba kita kaji dalil-dalil dari Al Qur'an dan Hadits:


Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah” karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu perbuatan... (HR. Abu Dawud)



Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar.
 Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)


Lihat bagaimana Nabi mengharamkan darah orang kafir di Medan Perang hanya karena mereka mengucapkan kalimat "Laa ilaaha Illallahu" (Tidak ada Tuhan selain Allah). Ini beda dengan kaum Wahabi yang menuding ummat Islam yang membaca Tahlil tsb pada Tahlilan sebagai Ahlul Bid'ah yang harus dimusuhi:


Larangan membunuh orang kafir yang telah mengucapkan: Laa ilaaha illallah


Hadis riwayat Miqdad bin Aswad ra., ia berkata:
Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku bertemu dengan seorang kafir, lalu ia menyerangku. Dia penggal salah satu tanganku dengan pedang, hingga terputus. Kemudian ia berlindung dariku pada sebuah pohon, seraya berkata: Aku menyerahkan diri kepada Allah (masuk Islam). Bolehkah aku membunuhnya setelah ia mengucapkan itu? Rasulullah saw. menjawab: Jangan engkau bunuh ia. Aku memprotes: Wahai Rasulullah, tapi ia telah memotong tanganku. Dia mengucapkan itu sesudah memotong tanganku. Bolehkah aku membunuhnya? Rasulullah saw. tetap menjawab: Tidak, engkau tidak boleh membunuhnya. Jika engkau membunuhnya, maka engkau seperti ia sebelum engkau membunuhnya, dan engkau seperti ia sebelum ia mengucapkan kalimat yang ia katakan. (Shahih Muslim No.139)


Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid r.a.: Rasulullah SAW. pernah mengirimkan kami dalam suatu pasukan (sariyyah); lalu pada pagi hari kami sampai ke Huruqat di suku Juhainah, di sana saya menjumpai seorang laki-laki, dia berkata, “La ilaha illallah – tiada tuhan selain Allah,” tetapi saya tetap menikamnya (dengan tombak), lalu saya merasakan ada sesuatu yang mengganjal di hati saya. Setelah sampai di Madinah, saya memberitahukan hal tersebut kepada Nabi SAW., lalu beliau bersabda, “Dia mengatakan, ‘La ilaha illallah’, kemudian kamu membunuhnya?” Saya berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh dia mengatakannya hanya kerana takut pada senjata.” Beliau bersabda, “Tidakkah kamu belah dadanya, lalu kamu keluarkan hatinya supaya kamu mengetahui, apakah hatinya itu mengucapkan kalimat itu atau tidak?” Demikianlah, beliau berulang-ulang mengucapkan hal itu kepada saya sehingga saya menginginkan seandainya saya masuk Islam pada hari itu saja. Sa’ad berkata, “Demi Allah, saya tidak membunuh seorang Muslim sehingga dibunuhnya oleh Dzul Buthain, maksudnya Usamah.” Lalu ada orang laki-laki berkata, “Bukankah Allah SWT. telah berfirman, Dan perangilah mereka supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah (QS Al-Anfal (8): 39).” Lalu Sa’ad menjawabnya, “Kami sudah memerangi mereka supaya jangan ada fitnah, sedangkan kamu bersama kawan-kawanmu menginginkan berperang supaya ada fitnah.” (1: 67 – 68 – Sahih Muslim)


Bagaimana Wahabi dengan mudah membunuh sesama Muslim yang mengucapkan kalimat Syahadah dengan tudingan kafir? Padahal Nabi tegas melarang itu:


Dari Jundub bin Abdullah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengirimkan sepasukan dari kaum Muslimin kepada suatu golongan dari kaum musyrikin dan bahwa mereka itu telah bertemu -berhadap-hadapan. Kemudian ada seorang lelaki dari kaum musyrikin menghendaki menuju kepada seorang dari kaum Muslimin lalu ditujulah tempatnya lalu dibunuhnya. Lalu ada seorang dari kaum Muslimin menuju orang itu di waktu lengahnya. Kita semua memperbincangkan bahwa orang itu adalah Usamah bin Zaid. Setelah orang Islam itu mengangkat pedangnya, tiba-tiba orang musyrik tadi mengucapkan: “La ilaha illallah.” Tetapi ia terus dibunuh olehnya. Selanjutnya datanglah seorang pembawa berita gembira kepada Rasulullah s.a.w. -memberitahukan kemenangan-, beliau s.a.w. bertanya kepadanya -perihal jalannya peperangan- dan orang itu memberitahukannya, sehingga akhirnya orang itu memberitahukan pula perihal orang yang membunuh di atas, apa-apa yang dilakukan olehnya. Orang itu dipanggil oleh beliau s.a.w. dan menanyakan padanya, lalu sabdanya: “Mengapa engkau membunuh orang itu?” Orang tadi menjawab: “Ya Rasulullah, orang itu telah banyak menyakiti di kalangan kaum Muslimin dan telah membunuh si Fulan dan si Fulan.” Orang itu menyebutkan nama beberapa orang yang dibunuhnya. Ia melanjutkan: “Saya menyerangnya, tetapi setelah melihat pedang, ia mengucapkan: “La ilaha illallah.” Rasulullah s.a.w. bertanya: “Apakah ia sampai kau bunuh?” Ia menjawab: “Ya.” Kemudian beliau bersabda: “Bagaimana yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?” Orang itu berkata: “Ya Rasulullah, mohonkanlah pengampunan -kepada Allah- untukku.” Rasulullah s.a.w. bersabda: “Bagaimana yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?” Beliau s.a.w. tidak menambahkan sabdanya lebih dari kata-kata: “Bagaimanakah yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?” (Riwayat Muslim)


Wahabi itu suka Su'u Zhon agar Sangka Buruk terhadap sesama Muslim. Orang Ziarah Kubur dan Mendoakan Jenazah disebut musyrik penyembah Kuburan. Begitu pula saat orang2 ziarah ke makam Nabi dan mendoakan Nabi. Ada Asykar dan seorang Ulama Wahabi yang mengusir2 peziarah dengan alasan mencegah kemusyrikan. Na'udzubilllah min dzalik.


Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah melewati (tidak memperhitungkan) kata hati pada umatku, selama mereka tidak mengatakannya atau melakukannya. (Shahih Muslim No.181) 


Belum akan kiamat sehingga tidak ada lagi di muka bumi orang yang menyebut : "Allah, Allah." (HR. Muslim)


Terhadap orang yang cuma bisa menyebut "Allah" saja. Sekali lagi: Hanya bisa menyebut: "Allah", Allah menghormatinya dan menunda kiamat selama 40 tahun.


Ini beda jauh dengan kaum Wahabi yang menghina dan mengkafirkan ummat Islam yang bukan cuma bisa menyebut nama Allah, tetapi bersyahadah, sholat, dsb. Orang2 kafir, justru aman dari Wahabi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar