Inilah satu tulisan copy-paste/jiplakan dari seorang Salafi Wahabi. Bagaimana mungkin sebuah hadits dengan mudah dianggap dhoif atau tidak benar oleh Wahabi, sementara berita yang tidak jelas langsung diyakini kebenarannya tanpa tabayyun kepada pihak yang dituduh sebagai kafir? Hebatnya lagi orang yang tidak mau menganggap kafir orang yang difitnah kafir juga dianggap kafir oleh Wahabi. Tak heran Nabi menyebut akan ada Fitnah dari Najd yang merupakan tempat lahirnya pendiri Wahabi, Muhammad bin Abdul Wahhab An Najdi.
Di sini seorang Salafi Wahabi menyampaikan tulisan tentang kesesatan Doktrin Syi'ah yang sebagian besar berasal dari Kitab Hadist Syi'ah, yaitu: Al Kafi, tulisan Kulayni. Sebetulnya kutipan "Doktrin Syi'ah" di bawah memang sesat bahkan kafir jika tulisan tsb memang benar begitu (tidak dipalsukan) dan diyakini oleh 100% kaum Syi'ah. Tapi apa benar begitu?
Anehnya meski Kulayni tidak menyatakan sahih, Wahabi menganggapnya 100% sahih. Ini tulisan dari seorang Wahabi yang menyatakan Kitab Al Kafi 100% sahih:
Kitab yang paling sahih dalam mazhab syi’ah adalah kitab Al Kafi yang disusun oleh Al Kulaini, yang menyatakan dalam pengantar kitabnya : saya katakan kamu ingin memiliki kitab yang lengkap, berisi ajaran ilmu agama yang lengkap bagi belajar dan dijadikan rujukan bagi mereka yang ingin mencari petunjuk, menjadi referensi bagi mereka yang ingin mencari ilmu agama dan mengamalkannya dengan riwayat yang sahih dari orang-orang jujur [pengantar Al Kafi hal 7].
Sementara itu Ali Akbar Al Ghifari, pentahqiq kitab Al Kafi menyatakan: mazhab Imamiyah sepakat bahwa seluruh isi kitab Al Kafi adalah sahih.
http://rafidimusyrik.blogspot.com/2009/01/bukti-kitab-usul-al-kafi-kitab-paling.html
Saya coba tabayyun dengan mencari dan menanyakan Kitab Al Kafi apakah itu 100% sahih, dijawab oleh seorang Syi'ah via internet bahwa tidak 100% sahih. Itulah sebabnya mereka memerlukan Imam untuk mengartikannya. Itulah sebabnya kitab tsb sulit ada di tempat umum sebab kalau awam membacanya tanpa bimbingan ulama berbahaya.
Ini pendapat penulis Al Kafi, Kulayni tentang hadits yang dirangkumnya:
Shia scholars do not make any assumptions about the authenticity of a hadith book. Shias believe that there are no "sahih" hadith books that are completely reliable. Hadith books are compiled by fallible people, and thus realistically, they inevitably have a mixture of strong and weak hadiths. Kulayni himself stated in his preface that he only collected hadiths he thought were important and sufficient for Muslims to know, and he left the verification of these hadiths up to later scholars. Kulayni also states, in reference to hadiths:
"whatever (hadith) agrees with the Book of God (the Qur'an), accept it. And whatever contradicts it, reject it"
Mulla Baqir Majlisi stating in his commentary on al-Kafi, named Mir’at al-’Uqul, that 58% of narrations in al-Kafi are unreliable.
According to the great Imami scholar Zayn al-Din al-`Amili, known as al-Shahid al-Thani (911-966/1505-1559), who examined the asnad or the chains of transmission of al-Kafi's traditions, 5,072 are considered sahīh (sound); 144 are regarded as hasan (good), second category; 1,118 are held to be muwaththaq (trustworthy), third category; 302 are adjudged to be qawī‘ (strong) and 9485 traditions which are categorized as da'if (weak)
http://en.wikipedia.org/wiki/Kitab_al-Kafi
Dari tulisan di atas, ternyata kaum Syi'ah berpendapat tidak ada Kitab Hadits Sahih yang benar-benar dipercaya. Karena Kitab Hadits dikumpulkan oleh orang2 yang tidak maksum seperti Nabi. Bahkan Kulayni sendiri meski menyatakan di Pembukaan bahwa dia hanya mengumpulkan hadits2 yang dia "Pikir" penting dan cukup diketahui oleh setiap Muslim, dia meninggalkan pemeriksaan derajad hadits kepada ulama2 lain. Kulayni menyatakan:
"APA SAJA DARI HADITS YANG SESUAI DENGA AL QUR'AN, TERIMALAH. DAN APA SAJA YANG BERTENTANGAN DENGAN AL QUR'AN, TOLAKLAH!"
Mulla Baqir Majlisi menyatakan di Mir'at al 'Uqul bahwa 58% dari Hadits Al Kafi tidak bisa dipercaya/dhoif. Menurut Ulama Syi'ah Zayn Al Din Al 'Amili (Al Shahid Al Thani), 5.072 hadits Al Kafi sahih, sementara 9.485 dhoif atau lemah. Jadi lebih banyak yang dhaif ketimbang yang lemah.
Jelas tulisan dari kaum Wahabi yang menganggap kaum Syi'ah percaya bahwa Kitab Al Kafi itu 100% sahih adalah benar2 FITNAH DARI NAJD!
Kalau Kitab Al Kafi yang dianggap kitab Syi'ah "Tersahih) saja 58%nya lemah, bagaimana dengan kitab2 Syi'ah lainnya? Jadi sembrono sekali tindakan mengkafirkan kaum Syi'ah dengan menukil hadits2 sesat yang bisa jadi menurut orang Syi'ah sendiri adalah sesat.
Ini pendapat blog Syi'ah tentang Kitab Al Kafi:
lebih dari 50% hadis dalam Al Kafi Kulaini itu dhaif. Walaupun begitu jumlah hadis yang dapat dijadikan hujjah (yaitu selain hadis yang dhaif) jumlahnya cukup banyak, kira-kira hampir sama dengan jumlah hadis dalam Shahih Bukhari
Rasulullah SAW ketika berkhutbah di Mina menyatakan : “Wahai manusia, apa yang berasal dariku yang sesuai dengan Kitab Allah, itulah yang aku katakan. Apa yang datang kepada kalian tapi bertentangan dengan Kitab Allah maka itu aku tidak pernah mengatakannya” (Ushul Al Kafi, juz 1 halaman 56 )
Imam Ja’far Shadiq AS berkata, “Segala sesuatu dirujukkan kepada Kitab dan Sunnah, dan setiap hadis yang tidak sesuai dengan kitab Allah adalah mengada ada” ( Ushul Al Kafi, juz 1 halaman 55 )
Imam Ja’far Shadiq AS berkata, “Kalau ada hadis yang tidak sesuai dengan Al Quran, artinya itu kedustaan” ( Ushul Al Kafi, juz 1 halaman 56 )
Kalau kaum Syi'ah menganggap 50% lebih hadits di Al Kafi itu lemah
Bahaya sekali dengan menukil hadits lalu kita mengkafirkan satu kelompok. Sebagai contoh di Sahih Bukhari ada hadits tentang orang dewasa yang menyusu pada wanita yang bukan muhrimnya. Jika gegabah, bisa saja kaum Syi'ah menukil hadits tsb untuk jadi "bukti" kesesatan Sunni. Tapi itu tidak benar bukan. Itu Kitab Bukhari yang Sahih. Bagaimana dgn Kitab-kitab Hadits lainnya yang selain ada hadits Sahih juga ada hadits dhoif, munkar, bahkan hadits Israiliyat? Dari 6 Kitab Hadits ternama: Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan Tirmidzi, Sunan Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majjah, hanya 2 yang 100% Sahih, yaitu: Sahih Bukhari dan Sahih Muslim. Sisanya bercampur dgn hadits dhoif, munkar, dan Israiliyat.
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2007/09/14/mempelajari-dan-mengamalkan-al-qur%E2%80%99an-dan-hadits/
Ini contoh hadits munkar:
Takhrij Hadis Ibnu Abbas
Jadi buat yang copas dari tulisan nemu di jalan tersebut, coba tabayyun. Coba baca Al Kafi langsung dan periksa derajad haditsnya Sahih apa dhoif? Kalau saya pribadi malas baca Al Kafi bahkan hingga saat ini belum pernah melihatnya. Tapi buat yang menukil hadits tsb untuk mengkafirkan kaum Syi'ah, tabayyun itu harus:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. ” [Al Hujuraat 6]
Demikianlah firman Allah agar kita mewaspadari berita dari orang-orang yang fasik.
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2011/10/04/mewaspadai-berita-di-media-massa/
Di kalangan Sunni juga beredar paham sesat seperti Ahmadiyyah, Lia Eden, Wihdatul Wujud, dsb. Buku2 Aliran sesat tsb tentu ada. Jadi sembrono sekali menukil kitab2 sesat atau hadits2 dhoif/munkar/Israiliyat guna mengkafirkan satu kaum.
Saat ini MUI hanya memberi rekomendasi tentang Syi'ah. Bukan Fatwa Sesat sebagaimana yang dipropagandakan Wahabi karena tidak ada kata Fatwa dan tidak ada kata Sesat di situ meski MUI meminta kita untuk waspada karena adanya perbedaan terutama masalah Imamah (Pemerintahan).
MUI sendiri menyatakan:
Faham Syi’ah sebagai salah satu faham yang terdapat dalam dunia Islam mempunyai perbedaan-perbedaan pokok dengan mazhab Sunni (Ahlus Sunnah Wal Jamm’ah) yang dianut oleh Umat Islam Indonesia.
Jadi Syi'ah meski beda dengan Sunni, tapi masih merupakan bagian dari Islam. Dari yang saya pelajari saat di SD dan juga KH Said Agil Siradj pelajari di Universitas Haramain, saat Mu'awiyyah berontak thd Khalifah Ali Islam memang pecah jadi 3: Sunni (Pendukung Mu'awiyyah), Syi'ah Ali (Pendukung Ali), dan Khawarij. Sunni dan Syi'ah lurus, hanya Khawarij yang dianggap sesat.
Jumhur Ulama di seluruh dunia selama 1300 tahun lebih menganggap Syi'ah masih bagian dari Islam. Itulah sebabnya mengapa kaum Syi'ah boleh berhaji ke tanah suci. Sebelum pemerintah Arab Saudi mengenakan quota, ada 200 ribu jema'ah haji Iran yang memenuhi tanah suci. 60 Negara-negara Islam pun menganggap Iran sebagai bagian dari negara Islam sehingga menerima Iran sebagai anggota OKI (Organisasi Konferensi Islam).
KH Hasyim Muzadi dan KH Said Agil Siradj (Pimpinan NU), Ahmad Syafi'ie Ma'arif dan Din Syamsuddin (Pimpinan Muhammadiyyah), Prof Dr Quraish Shihab, KH Ali Yafie, dan KH Umar Shihab (Pimpinan MUI), Habib Rizieq Syihab (Tokoh Aswaja) masih menganggap Syi'ah bagian dari Islam:
http://kabarislam.wordpress.com/2012/12/12/kh-hasyim-muzadi-syiah-bagian-dari-islam
Merekalah jumhur ulama yang insya Allah benar. Para Ulama dunia pun melalui Pesan Amman (www.ammanmessage.com) seperti Syekh Yusuf Qaradhawi, Mufti Mesir Ali Jum'ah, Syeikh Al Azhar Tontowy, dsb menganggap Syi'ah masih bagian dari Islam. Jadi pendapat Salafi Wahabi yang mengkafirkan Syi'ah itu adalah pendapat sempalan aliran sesat yang ekstrim.
http://kabarislam.wordpress.com/2012/02/02/pesan-amman-kerukunan-antar-ummat-islam-sunni-dan-syiah
Sesungguhnya umatku tidak akan bersatu dalam kesesatan. Karena itu jika terjadi perselisihan maka ikutilah suara terbanyak. (HR. Anas bin Malik)
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/12/23/beda-jamaah-vs-firqoh-dan-ghuroba/
Pendiri Wahabi, Muhammad bin Abdul Wahhab bekerjasama dgn Raja Arab Saudi Ibnu Su'ud memerangi sesama Muslim dgn bantuan dana dan senjata dari Zionis Inggris guna berontak terhadap Kekhalifahan Islam Turki Usmani. Untuk memperkuat kerjasama, Muhammad bin Abdul Wahhab menikahi putri Ibnu Su'ud sehingga kerjasama Wahabi dgn Kerajaan Arab Saudi berlangsung hingga 3 abad sampai sekarang. Wahabi jadi Mazhab Resmi Kerajaan Arab Saudi dan Ulama Wahabi menjadi Mufti Arab Saudi.
Jika ada “Ulama” yang bergaul erat dengan penguasa, misalnya Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab yang jadi menantu Raja Ibnu Su’ud (Pendiri Kerajaan Arab Saudi) dan ternyata banyak fitnah yang ditimbulkan misalnya mencaci sesama Muslim sebagai Ahlul Bid’ah, lebih Musyrik daripada kaum penyembah berhala di Mekkah dsb, niscaya dia tak lebih dari pencuri:
Apabila kamu melihat seorang ulama bergaul erat dengan penguasa maka ketahuilah bahwa dia adalah pencuri. (HR. Ad-Dailami)
Apa salahnya bergaul dengan penguasa? Bukankah bagus sehingga ulama bisa menasehati penguasa ke jalan yang benar?
Jika seperti itu insya Allah baik. Tapi jika ulama tersebut justru mendukung Raja yang Ashobiyyah/Fanatik terhadap kelompoknya dan bersekutu dengan orang-orang kafir seperti Inggris guna memerangi/membunuh sesama Muslim seperti ummat Islam di Thaif, Mekkah, Madinah, Kekhalifahan Turki Usmani, Mesir, dsb sehingga banyak Muslim yang tewas, niscaya itu tidak benar:
Ka’ab bin ‘Iyadh Ra bertanya, “Ya Rasulullah, apabila seorang mencintai kaumnya, apakah itu tergolong fanatisme?” Nabi Saw menjawab, “Tidak, fanatisme (Ashabiyah) ialah bila seorang mendukung (membantu) kaumnya atas suatu kezaliman.” (HR. Ahmad)
Bukan termasuk umatku siapa saja yang menyeru orang pada ‘ashabiyah (HR Abu Dawud).
Dari hadits di atas, kalau menyeru pada Ashobiyyah/fanatisme golongan, apalagi sampai melakukan kezaliman terhadap Muslim lainnya, itu sudah tidak benar. Nama “Arab Saudi” itu bukanlah nama Islam. Tapi itu menggambarkan negara Arab milik keluarga Saudi (Su’ud).
Sekedar Ashobiyyah saja tidak masalah. Tapi kalau sudah menzalimi/memerangi/membunuh ummat Islam di Thaif, Mekkah, Madinah, Turki, Mesir, kemudian belakangan bersama AS memerangi ummat Islam di Iraq, itu sudah tidak benar.
Hanya orang munafik yang dekat dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang saat ini tengah memusuhi Islam dan membantai ummat Islam:
“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” [Al Maa-idah 52]
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/12/23/beda-jamaah-vs-firqoh-dan-ghuroba/
Sudah umum beredar kabar bahwa Masjid/Pesantren/Sekolah yang menerima bantuan Arab Saudi harus memakai paham Wahhabi. Selain itu juga harus mendukung kebijakan Arab Saudi yang saat ini bersekutu dgn AS dan Israel. Jadi saat AS dan Israel bermusuhan dengan satu kelompok, kita harus ikut memusuhi kelompok tsb.
Contohnya saat AS dan Israel memusuhi Iran, mau tidak mau harus membantu AS dan Israel dengan memfatwakan Syi'ah yang merupakan aliran Islam yang dianut 95% rakyat Iran sebagai kafir/di luar Islam. Padahal selama 1400 tahun ini jumhur ulama membolehkan jema'ah Syi'ah (Iran) berhaji ke Mekkah dan 60 negara2 Islam juga menerima Iran sebagai 1 negara Islam sebagaimana yang disampaikan oleh KH Ali Yafie.
Ribuan buku tentang kesesatan dan bahaya Syi'ah diterbitkan oleh kaum Wahabi dgn dana Arab Saudi. Beda dgn buku Lurusnya Syi'ah yang bisa dihitung dgn jari seperti Buku Dialog Sunni-Syi'ah yang direkomendasikan Syekh Al Azhar Mahmud Syaltut dan Buku Bisakah Sunni dan Syi'ah Bergandeng Tangan tulisan Prof Dr Quraish Shihab.
Jika memang sangat sesat dan berbahaya, kenapa para Imam Mazhab tidak menulis satu buku pun tentang itu? Kenapa Imam Malik dan Imam Abu Hanifah justru berguru kepada Imam Ja'far Ash Shiddiq yang didaulat sebagai Imam oleh kam Syi'ah dengan Mazhab Ja'fari? Kenapa mazhab Ja'fari yang merupakan guru dari Imam Malik justru dianggap sesat oleh kaum Wahabi?
Begitu pula saat Libya dan Suriah berseteru dengan AS dan Israel, lagi2 sekutu Arab Saudi harus melawan Libya (Khaddafi) dan Suriah. Ini cuma 1 contoh mengingat banyak lembaga Islam di Indonesia dapat bantuan dana dari Arab Saudi:
Mudah2an lembaga2 Islam di Indonesia yang menerima bantuan Arab Saudi tetap bisa istiqomah di jalan Allah.
Tuduhan Taqiyah (Pura2) oleh Wahabi pun amat aneh. Taqiyah/pura-pura sebetulnya hanya terjadi pada manusia. Misalnya karena takut dibunuh, bisa saja seorang Syi'ah tidak mau mengaku bahwa dia Syi'ah. Ini wajar mengingat banyak orang-orang yang dijadikan Imam oleh Syi'ah dibunuh oleh musuh-musuh Syi'ah seperti Ali ra, Hasan ra, Husein ra, dsb. Apalagi pengikut Syi'ah biasa. Ini karena Syi'ah itu adalah kelompok minoritas yang terkalahkan. Sementara musuhnya yang jadi raja yang berkuasa bisa bertindak amat kejam.
Mengenai taqiyah/pura-pura ini kita tidak boleh menilai hati mereka. Coba baca dan pelajari Hadits tentang Usamah:
Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid r.a.: Rasulullah SAW. pernah mengirimkan kami dalam suatu pasukan (sariyyah); lalu pada pagi hari kami sampai ke Huruqat di suku Juhainah, di sana saya menjumpai seorang laki-laki, dia berkata, “La ilaha illallah – tiada tuhan selain Allah,” tetapi saya tetap menikamnya (dengan tombak), lalu saya merasakan ada sesuatu yang mengganjal di hati saya. Setelah sampai di Madinah, saya memberitahukan hal tersebut kepada Nabi SAW., lalu beliau bersabda, “Dia mengatakan, ‘La ilaha illallah’, kemudian kamu membunuhnya?” Saya berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh dia mengatakannya hanya kerana takut pada senjata.” Beliau bersabda, “Tidakkah kamu belah dadanya, lalu kamu keluarkan hatinya supaya kamu mengetahui, apakah hatinya itu mengucapkan kalimat itu atau tidak?” Demikianlah, beliau berulang-ulang mengucapkan hal itu kepada saya sehingga saya menginginkan seandainya saya masuk Islam pada hari itu saja. Sa’ad berkata, “Demi Allah, saya tidak membunuh seorang Muslim sehingga dibunuhnya oleh Dzul Buthain, maksudnya Usamah.” Lalu ada orang laki-laki berkata, “Bukankah Allah SWT. telah berfirman, Dan perangilah mereka supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah (QS Al-Anfal (8): 39).” Lalu Sa’ad menjawabnya, “Kami sudah memerangi mereka supaya jangan ada fitnah, sedangkan kamu bersama kawan-kawanmu menginginkan berperang supaya ada fitnah.” (1: 67 – 68 – Sahih Muslim)
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/02/07/larangan-mencaci-dan-membunuh-sesama-muslim/
Saking hebatnya Wahabi dalam menilai hati / su'u zhon (Al Hujuraat 11-12) maka Ulama Sunni pun mereka fitnah sebagai Syi'ah Rafidhoh seperti Habib Rizieq Syihab, Prof Dr. Quraisy Shihab, KH Said Agil Siradj, dsb.
Ada pun Kitab itu bagaimana bisa "Taqiyah"? Bisa jadi tidak disebarkan karena itu adalah dhoif/sesat. Sesesat apa pun satu aliran sesat mereka akan mencoba menyebarkan paham sesatnya. Tidak akan menyembunyikannya. Contohnya Ahmadiyyah akan berusaha menyakinkan kita bahwa Ghulam Mirza Ahmad itu adalah Nabi. Lia Eden juga berusaha mengaku terang2an bahwa dia adalah Malaikat Jibril. Jadi tidak bisa kita sembarang menyebut Taqiyah.
Bagaimana pun Syi'ah yang sesat itu ada. Buku-buku Syi'ah yang sesat itu memang ada. Begitu Habib Ahmad Al Munawar berkata. Namun mereka tidak bisa mewakili sebagian besar kaum Syi'ah yang masih dipandang lurus dan bagian dari Islam oleh Jumhur Ulama.
Paham Syi'ah yang sesat/kafir seperti memperTuhankan Ali, menghina sahabat/istri Nabi itu wajib kita umumkan agar ummat tidak tersesat sebagaimana yang dinyatakan oleh Habib Rizieq Syihab. Bahkan di Iran pun Syi'ah sesat yang memperTuhankan Ali digerebek oleh petugas di sana. Sementara Imam Syi'ah Ali Khamenei sudah mengeluarkan fatwa haram menghina sahabat, istri Nabi, dan simbol2 Sunni lainnya. Jadi begitulah cara Islam. Dakwah dilakukan dgn Maw-izhotul Hasanah dan Hikmah (Bijaksana). Menyeru orang kafir/sesat ke dalam Islam. Bukan justru mengkafirkan orang Islam.
From: marsijk3@gmail.com
Subject: Doktrin Syi'ah
SEJUMLAH tujuh belas doktrin Syi'ah yang selalu mereka sembunyikan dari kaum muslimin sebagai bagian dari pengamalan doktrin taqiyah (menyembunyikan Syi'ahnya). Ketujuh belas doktrin ini terdapat dalam kitab suci Syi'ah:
Dunia dengan seluruh isinya adalah milik para imam Syi'ah. Mereka akan memberikan dunia ini kepada siapa yang dikehendaki dan mencabutnya dari siapa yang dikehendaki (Ushulul Kaafi, hal.259, Al-Kulaini, cet. India).
Jelas Doktrin semacam ini bertentangan dengan firman Allah SWT QS: Al-A'raf 7:128, "Sesungguhnya bumi adalah milik Allah, Dia dikaruniakan kepada siapa yang Dia kehendaki". Kepercayaan Syi'ah diatas menunjukkan penyetaraan kekuasaan para imam Syi'ah dengan Allah dan doktrin ini merupakan aqidah syirik.
Ali bin Abi Thalib yang diklaim sebagai imam Syi'ah yang pertama dinyatakan sebagai dzat yang pertama dan terakhir, yang dhahir dan yang bathin sebagaimana termaktub dalam surat Al-Hadid, 57: 3 (Rijalul Kashi hal. 138).
Doktrin semacam ini jelas merupakan kekafiran Syi'ah yang berdusta atas nama Khalifah Ali bin Abi Thalib. Dengan doktrin semacam ini Syi'ah menempatkan Ali sebagai Tuhan. Dan hal ini sudah pasti merupakan tipu daya Syi'ah terhadap kaum muslimin dan kesucian aqidahnya.
Para imam Syi'ah merupakan wajah Allah, mata Allah dan tangan-tangan Allah yang membawa rahmat bagi para hamba Allah (Ushulul Kaafi, hal. 83).
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib oleh Syi'ah dikatakan menjadi wakil Allah dalam menentukan surga dan neraka, memperoleh sesuatu yang tidak diperoleh oleh manusia sebelumnya, mengetahui yang baik dan yang buruk, mengetahui segala sesuatu secara rinci yang pernah terjadi dahulu maupun yang ghaib (Ushulul Kaafi, hal. 84).
Keinginan para imam Syi'ah adalah keinginan Allah juga (Ushulul Kaafi, hal. 278).
Para imam Syi'ah mengetahui kapan datang ajalnya dan mereka sendiri yang menentukan saat kematiannya karena bila imam tidak mengetahui hal-hal semacam itu maka ia tidak berhak menjadi imam (Ushulul Kaafi, hal. 158).
Para imam Syi'ah mengetahui apapun yang tersembunyi dan dapat mengetahui dan menjawab apa saja bila kita bertanya kepada mereka karena mereka mengetahui hal ghaib sebagaimana yang Allah ketahui (Ushulul Kaafi, hal. 193).
Allah itu bersifat bada' yaitu baru mengetahui sesuatu bila sudah terjadi. Akan tetapi para imam Syi'ah telah mengetahui lebih dahulu hal yang belum terjadi (Ushulul Kaafi, hal. 40).ÂMenurut Al-Kulaini (ulama besar ahli hadits Syi'ah), Bahwa Allah tidak mengetahui bahwa Husein bin Ali akan mati terbunuh. Menurut mereka Tuhan pada mulanya tidak tahu karena itu Tuhan membuat ketetapan baru sesuai dengan kondisi yang ada. Akan tetapi imam Syi'ah telah mengetahui apa yang akan terjadi. Oleh sebab itu menurut doktrin Syi'ah Allah bersifat bada' (Ushulul Kaafi, hal. 232).
Para imam Syi'ah merupakan gudang ilmu Allah dan juga penerjemah ilmu Allah. Para imam Syi'ah bersifat Ma'sum (Bersih dari kesalahan dan tidak pernah lupa apalagi berbuat Dosa). Allah menyuruh manusia untuk mentaati imam Syi'ah, tidak boleh mengingkarinya dan mereka menjadi hujjah (Argumentasi Kebenaran) Allah atas langit dan bumi (Ushulul Kaafi, hal. 165).
Para imam Syi'ah sama dengan Rasulullah Saw (Ibid).
Yang dimaksud para imam Syi'ah adalah Ali bin Abi Thalib, Husein bin Ali, Ali bin Husein, Hassan bin Ali dan Muhammad bin Ali (Ushulul Kaafi, hal. 109)
Al-Qur'an yang ada sekarang telah berubah, dikurangi dan ditambah (Ushulul Kaafi, hal. 670). Salah satu contoh ayat Al-Qur'an yang dikurangi dari aslinya yaitu ayat Al-Qur'an An-Nisa': 47, menurut versi Syi'ah berbunyi: "Ya ayyuhalladziina uutul kitaaba aaminuu bimaa nazzalnaa fie Aliyyin nuuran mubiinan". (Fashlul Khitab, hal. 180).
Menurut Syi'ah, Al-Qur'an yang dibawa Jibril kepada Nabi Muhammad ada 17 ribu ayat, namun yang tersisa sekarang hanya 6660 ayat (Ushulul Kaafi, hal. 671).
Menyatakan bahwa Abu Bakar, Umar, Utsman bin Affan, Muawiyah, Aisyah, Hafshah, Hindun, dan Ummul Hakam adalah makhluk yang paling jelek di muka bumi, mereka ini adalah musuh-musuh Allah. Siapa yang tidak memusuhi mereka, maka tidaklah sempurna imannya kepada Allah, Rasul-Nya dan imam-imam Syi'ah (Haqqul Yaqin, hal. 519 oleh Muhammad Baqir Al-Majlisi).
Menghalalkan nikah Mut'ah, bahkan menurut doktrin Syi'ah orang yang melakukan kawin mut'ah 4 kali derajatnya lebih tinggi dari Nabi Muhammad Saw. (Tafsir Minhajush Shadiqin, hal. 356, oleh Mullah Fathullah Kassani).
Menghalalkan saling tukar-menukar budak perempuan untuk disetubuhi kepada sesama temannya. Kata mereka, imam Ja'far berkata kepada temannya: "Wahai Muhammad, kumpulilah budakku ini sesuka hatimu. Jika engkau sudah tidak suka kembalikan lagi kepadaku." (Al-Istibshar III, hal. 136, oleh Abu Ja'far Muhammad Hasan At-Thusi).
Rasulullah dan para sahabat akan dibangkitkan sebelum hari kiamat. Imam Mahdi sebelum hari kiamat akan datang dan dia membongkar kuburan Abu Bakar dan Umar yang ada didekat kuburan Rasulullah. Setelah dihidupkan maka kedua orang ini akan disalib (Haqqul Yaqin, hal. 360, oleh Mullah Muhammad Baqir al-Majlisi).
Ketujuhbelas doktrin Syi'ah di atas, apakah bisa dianggap sebagai aqidah Islam sebagaimana dibawa oleh Rasulullah Saw. dan dipegang teguh oleh para Sahabat serta kaum Muslimin yang hidup sejak zaman Tabi'in hingga sekarang? Adakah orang masih percaya bahwa Syi'ah itu bagian dari umat Islam? Menurut Imam Malik dan Imam Ahmad, barangsiapa yang tidak MENGKAFIRKAN aqidah Syi'ah ini, maka dia
termasuk Kafir.
Semua kitab tersebut diatas adalah kitab-kitab induk atau rujukan pokok kaum Syi'ah yang posisinya seperti halnya kitab-kitab hadits Imam Bukhari, Muslim, Ahmad bin Hambal, Nasa'i, Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah bagi kaum Muslimin. Oleh karena itu, upaya-upaya Syi'ah untuk menanamkan kesan bahwa Syi'ah adalah bagian dari kaum Muslimin, hanya berbeda dalam beberapa hal yang tidak prinsip, adalah dusta dan harus ditolak tegas !!!.
Sumber: Risalah Mujahidin, edisi 9, th 1 Jumadil Ula 1428 / Juni 2007
Rekomendasi MUI (bukan Fatwa) tentang Syi’ah:
Faham Syiah
بسم اللّه الرحمن الرحيم
Majelis Ulama Indonesia dalam Rapat Kerja Nasional bulan Jumadil Akhir 1404 H./Maret 1984 M merekomendasikan tentang faham Syi’ ah sebagai berikut:
Faham Syi’ah sebagai salah satu faham yang terdapat dalam dunia Islam mempunyai perbedaan-perbedaan pokok dengan mazhab Sunni (Ahlus Sunnah Wal Jamm’ah) yang dianut oleh Umat Islam Indonesia.
Perbedaan itu di antaranya :
1. Syi’ah menolak hadis yang tidak diriwayatkan oleh Ahlu Bait, sedangkan Ahlu Sunnah wal Jama’ah tidak membeda-bedakan asalkan hadits itu memenuhi syarat ilmu mustalah hadis.
2. Syi’ah memandang “Imam” itu ma ‘sum (orang suci), sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah memandangnya sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kekhilafan (kesalahan).
3. Syi’ah tidak mengakui Ijma’ tanpa adanya “Imam”, sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ ah mengakui Ijma’ tanpa mensyaratkan ikut sertanya “Imam”.
4. Syi’ah memandang bahwa menegakkan kepemimpinan/pemerintahan (imamah) adalah termasuk rukun agama, sedangkan Sunni (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) memandang dari segi kemaslahatan umum dengan tujuan keimamahan adalah untuk menjamin dan melindungi da’wah dan kepentingan umat.
5. Syi’ah pada umumnya tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar as-Siddiq, Umar Ibnul Khatab, dan Usman bin Affan, sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengakui keempat Khulafa’ Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali bin Abi Thalib).
Mengingat perbedaan-perbedaan pokok antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah wal Jama’ah seperti tersebut di atas, terutama mengenai perbedaan tentang “Imamah” (pemerintahan)”, Majelis Ulama Indonesia menghimbau kepada umat Islam Indonesia yang berfaham ahlus Sunnah wal Jama’ah agar meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan masuknya faham yang didasarkan atas ajaran Syi’ah
Ditetapkan : Jakarta, 7 Maret 1984 M
4 Jumadil Akhir 1404 H
KOMISI FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua
ttd
Prof. K.H. Ibrahim Hosen, LML
Sekretaris
ttd
H. Musytari Yusuf, LA
Sumber: http://mui.or.id/index.php?option=com_docman&task=search_result&Itemid=73
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/01/11/rekomendasi-mui-tentang-syiah/
APAKAH ADA KETURUNAN AHLUL BAIT?
BalasHapusDlm Al Quran yang menyebut 'ahlulbait', rasanya ada 3 (tiga) ayat dan 3 surat.
1. QS. 11:73: Para Malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah".
Dihapus karena kepanjangan....
Kesimpulan dari tulisan di atas, maka pewaris tahta 'ahlul bait' yang terakhir hanya tinggal bunda Fatimah. Berarti anaknya Saidina Hasan dan Husein bukanlah pewaris tahta AHLUL BAIT.