Maraknya pemuda dan pemudi yang hilang ternyata terkait dengan aliran sesat NII (Negara Islam Indonesia) KW9. NII KW9 yang saat ini ditengarai dipimpin oleh Abu Toto alias Syekh Panji Gumilang beda dengan NII Kartosuwiryo yang ingin mendirikan negara Islam, lebih berupa gerakan penipuan untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya dari anggotanya.
Dengan alasan untuk mendirikan negara Islam, anggotanya dipaksa untuk menyerahkan banyak uang. Segala cara dihalalkan sehingga seorang pembantu bisa mencuri harta majikannya. Seorang anak juga bisa meminta bahkan mencuri harta orang tuanya untuk mendirikan negara Islam. Itu dianggap syah-syah saja sebab menurut aliran sesat NII semua orang di luar kelompoknya adalah kafir.
Bahkan shalat pun tidak wajib menurut mereka selama negara Islam belum berdiri.
Tim Peneliti MUI menyimpulkan bahwa Pondok Pesantren Al Zaytun yang megah di Indramayu sebagai sarang NII. Diperkirakan uang-uang hasil curian tersebut sebagian dipakai untuk membangun pondok pesantren yang megah.
Pemerintah Malaysia sudah menarik seluruh santrinya dari Ma'had Al Zaytun karena pesantren tersebut dianggap sesat, begitu kata KH Ma'ruf Amin. Pesantren Al Zaytun memang pahamnya berbeda jauh mengenai masalah Zakat, Kenabian, Shalat, dan sebagainya.
[caption id="attachment_558" align="aligncenter" width="468" caption="Pesantren Al Zaytun yang Megah"][/caption]
Korban Cuci Otak NII Pulang ke Rumah
Adi Sucipto | Benny N Joewono | Minggu, 24 April 2011 | 19:49 WIB
GRESIK, KOMPAS.com — Salah seorang korban cuci otak jaringan gerakan Negara Islam Indonesia, Agung Arief Perdana Putra, warga Perumahan Patria, Desa Bambe Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, sudah pulang ke rumah.
Orangtua Agung, Rasyidi Syamsul Arifin dan Rahayu Kunti Andari, Minggu (24/4/2011), menjelaskan, Agung pulang pada Sabtu (23/4/2011) sekitar pukul 23.00.
Namun, hingga saat ini Agung belum bisa ditemui media. Dia banyak di kamar dan membuka jejaring sosial Faceboook. Rahayu menuturkan, anaknya pulang naik dari Terminal Purabaya Bungurasih. "Ketika saya tanya, dia mengatakan dari Malang," tuturnya.
Rasyidi menambahkan, anaknya ingin menenangkan diri dulu. Keluarga juga belum berani bertanya detail ke mana saja anaknya selama ini menghilang. "Kami khawatir, dia malah pergi lagi karena ketakutan. Sementara kami biarkan dia tenang dulu. Kami sudah senang sekali dia bisa kembali ke rumah," tuturnya.
Agung merupakan mahasiswa Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah Malang. Dia terakhir pulang ke Gresik pada Maret dan 20 Maret kembali ke Malang. Pada 15 April lalu Agung menyatakan via telepon agar ibunya tidak usah khawatir. Ia sedang sembunyi di Malang untuk menenangkan diri. "Saya tidak usah dicari. Saya ingin menenangkan diri agar tidak dikejar-kejar orang-orang itu," kata Rahayu menirukan kata-kata Agung.
Berdasarkan penuturannya, Agung pernah dibaiat (sumpah setia) di Jakarta dan harus menyerahkan infak jihad perjuangan minimal sebesar Rp 12,5 juta. Rasyidi memaparkan, Agung pernah meneleponnya dan meminta uang Rp 10 juta pada November 2010, alasannya menghilangkan laptop temannya.
Tetapi seorang perempuan bernama Ana terus-terusan menelepon ibu Agung minta laptopnya diganti, dengan alasan untuk membiayai orangtuanya yang sakit. "Akhirnya kami transfer Rp 5 juta ke rekening Agung. Setelah itu satu bulan kemudian Rp 5 juta kami serahkan ke Ana di Malang," katanya.
Ternyata itu modus serupa, yang juga diperlakukan kepada korban cuci otak lainnya, Mahatir Rizki dari NTT. Bahkan, keluarga Rizki dimintai uang Rp 20 juta untuk ganti laptop Nana yang hilang untuk pengobatan orangtua Nana yang sakit jantung.
Selama ini di keluarganya Agung dikenal pendiam, tegas, tidak macam-macam, dan religius. Dia juga aktif di OSIS dan Paskibraka saat sekolah di SMA Negeri 1 Driyorejo.
"Kami terkejut ketika mendapat kabar dari keluarga Rizki, Agung masuk salah satu korban cuci otak NII. Kami berharap setelah ini dia membaik. Kami khawatir selama ini Agung diajarkan berbohong pada orangtua," kata Rasyidi.
http://regional.kompas.com/read/2011/04/24/19494848/Korban.Cuci.Otak.NII.Pulang.ke.Rumah
Rabu, 27/04/2011 15:03 WIB
Ketua MUI: Mungkin Lingkaran Dalam Al Zaytun Terkait NII KW 9
Nurvita Indarini - detikNews
Jakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) pernah melakukan penelitian tentang kaitan NII dan Al Zaytun di Indramayu. Ditengarai ada lingkaran dalam dan lingkaran luar di Al Zaytun. Lingkaran dalamnya diduga terkait NII KW 9.
"Di sana ada kepemimpinan lingkar dalam dan lingkar luar. Yang lingkar dalam kami tidak tahu persis. Sedangkan yang lingkar luar, kalau kita datang ya semua baik, kalau ditanya ya dijawab, tidak ada masalah. Kalau yang dalam itu tidak tahu, mungkin itu yang berkaitan dengan NII KW 9," tutur Ketua Majelis Umat Islam (MUI) Amidhan dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (27/4/2011).
Lingkar dalam tak tersentuh pihak luar karena eksklusivitas yang ada. Hal ini terkadang ditemui di beberapa kelompok.
Apakah MUI juga bertemu dengan Panji Gumilang, petinggi Al Zaytun? "Tidak. Tim kami bertemu dengan lingkaran luar. Saya juga pernah bertemu dengan lingkaran luarnya seperti guru atau dosennya," ucap Amidhan.
Pertengahan April lalu, detikcom juga mewawancarai Ketua Umum MUI lainnya, Ma'ruf Amin. Dia menjelaskan hasil penelitian MUI pada 2002 yang menemukan kaitan kepemimpinan antara Al Zaytun dengan NII KW 9.
"Ya saya kira hasilnya itu ditemukan kaitan kepemimpinan antara Al Zaitun dengan NII KW 9, pemimpinnya yaitu Panji Gumilang," ucap Ma'ruf.
Atas penelitian itu, MUI telah memberikan rekomendasi yaitu supaya pemerintah mengambil langkah. Rekomendasi MUI diserahkan ke Kemenag. "Rekomendasi MUI adalah supaya mengganti komite Al Zaytun biar tak berdampak, menganti pemimpin Al Zaytun supaya berdampak. Kita tak ada langkah hukum. karena itu domain pemerintah. Tapi sampai sekarang tidak ada tindakan," sambungnya.
Yang diteliti MUI adalah soal pemahaman dan hasilnya ditemukan adanya pemahaman yang menyimpang dari pemahaman Islam yang dianut MUI. Penyimpangannya misalnya soal zakat dan soal nabi. Sedangkan hal-hal yang terkait kriminal tidak turut diteliti.
Sementara itu, Polda Metro Jaya telah memonitor kantung-kantung pergerakan NII yang tersebar di wilayah pinggiran Jakarta. Gerakan yang dilakukan NII selama ini adalah mencuci otak dan menipu. Sehingga pasal yang nantinya akan dikenakan pada anggota NII adalah pasal penipuan.
Sedangkan pengurus Pesantren Al Zaytun di Indramayu, Jabar, menyangkal lembaganya terkait NII. "Al Zaytun ini pusat pendidikan, pengembangan budaya toleransi, bukan yang lainnya. Dan Al Zaytun ini berdiri di atas legal formal di bawah Yayasan Pesantren Indonesia," kata Sekretaris Pesantren Al Zaytun, Abdul Halim, kepada detikcom, Kamis (14/4) silam.
(vit/nrl)
http://www.detiknews.com/read/2011/04/27/150339/1626767/10/ketua-mui-mungkin-lingkaran-dalam-al-zaytun-terkait-nii-kw-9?9911012
Rabu, 27/04/2011 14:27 WIB
Ketua MUI: Pemerintah Jangan Seperti Membiarkan NII
Nurvita Indarini - detikNews
Amidhan
Jakarta - Kasus orang yang mengaku menjadi korban penipuan berkedok Negara Islam Indonesia (NII) satu demi satu mencuat. Kasus ini sudah lama muncul namun tidak juga ada proses hukum. Seolah-olah NII gadungan ini dibiarkan.
"Soal NII, bukan domain MUI untuk melarang. Kasus-kasus orang yang mengaku korban NII itu sudah lama, pemerintah jangan seperti melakukan pembiaran," ujar Ketua Majelis Umat Islam (MUI) Amidhan dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (27/4/2011).
Pada 2002 lalu, MUI pernah melakukan penelitian dan menyimpulkan bahwa ma'had Al-Zaytun (MAZ) memiliki keterkaitan dengan organisasi NII KW 9. Hubungan tersebut bersifat historis, finansial dan kepemimpinan. Namun dari segi pendidikan sebenarnya tidak terlalu masalah. Namun MUI menengarai penyimpangan paham dan ajaran Islam yang
dipraktikkan organisasi NII KW 9.
"Di sana ada kepemimpinan lingkar dalam dan lingkar luar. Yang lingkar dalam kami tidak tahu persis. Sedangkan yang lingkar luar, kalau kita datang ya semua baik, kalau ditanya ya dijawab, tidak ada masalah. Kalau yang dalam itu tidak tahu, mungkin itu yang berkaitan dengan NII KW 9," tutur Amidhan.
Lingkar dalam tak tersentuh pihak luar karena eksklusivitas yang ada. Hal ini terkadang ditemui di beberapa kelompok.
MUI akan mengeluarkan fatwa khusus soal NII? "Fatwa yang bagaimana? Kalau di NII itu ada kegiatan makar, maka makarnya itu haram. Kami sudah lama keluarkan fatwa kalau Pancasila itu final, NKRI itu final, dan pemerintah dilihat dari fikih itu sah," tuturnya.
Dia menambahkan, atas fatwa-fatwa yang telah dikeluarkan itu, jika ada bughoh atau gerombolan pemberontak yang menentang kekuasaan negeri dengan kekerasan senjata, maka layak untuk dihukum. Amidhan menegaskan, pemerintahlah yang berhak melarang keberadaan NII.
"Ini harus diperhatikan. Karena ini merupakan gerakan yang menghancurkan bangsa, melalui penghancuran umat Islam. Kita prihatin mereka memakai nama Islam," keluhnya.
Amidhan mengimbuhkan, MUI belum mengadakan pertemuan khusus bersifat internal untuk membahas masalah NII. Karena MUI masih disibukkan berbagai masalah umat lainnya dan juga kunjungan ke daerah-daerah.
"Tapi kita sudah lakukan antisipasi. Tindak kekerasan haram dilakukan. Kalau arahnya ke makar, makar itu haram," tegasnya.
Sementara itu, Polda Metro Jaya telah memonitor kantung-kantung pergerakan NII yang tersebar di wilayah pinggiran Jakarta.
"Kantong NII sudah teridentifikasi. Mereka ada di wilayah-wilayah pinggiran di Bekasi, Pondok Gede dan sekitarnya. Tangerang dan seluruhnya sudah termonitor kita," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Sutarman, di Mabes Polri, Rabu (27/4/2011).
Menurutnya, gerakan yang dilakukan NII selama ini adalah mencuci otak dan menipu. Sehingga pasal yang nantinya akan dikenakan pada anggota NII adalah pasal penipuan.
Kapolda juga mengingatkan agar warga tidak mudah terprovokasi dengan mengganti Kartu Tanda Penduduk (KTP) Republik Indonesia dengan KTP NII. Hanya KTP RI yang selama ini berlaku adalah kartu pengenal yang sah.
Sedangkan Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saifudin mendesak Badan Intelijen Negara (BIN) mendalami siapa di balik NII. Adapun Kejagung menunggu berkas kasus NII dari kepolisian.
(vit/nrl)
http://www.detiknews.com/read/2011/04/27/142755/1626734/10/ketua-mui-pemerintah-jangan-seperti-membiarkan-nii?nd992203605
Pimpinan MPR Desak BIN Dalami Siapa di Balik NII
Banyak peneliti menyebutkan, ideologi NII asli yang diperkenalkan Kartosoewirjo sudah tidak ada baunya lagi. Yang ada sekarang adalah NII gadungan yang bermotif materi. Bahkan ada yang menduga aktivitas ini sengaja dipelihara intelijen hitam.
Rabu, 27/04/2011 11:56 WIB
Komisi Perlindungan Anak Terima Laporan Terkait NII di Al Zaytun
Indra Subagja - detikNews
Jakarta - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima laporan NII Crisis Center terkait dugaan kaderisasi NII di pesantren Al Zaytun, Indramayu. Dalam laporan itu disebutkan ada puluhan anak yang harus diselamatkan.
"Kita dapat dokumen tebal, laporan ada nama puluhan anak di Al Zaytun. Laporan ini dari NII Crisis Center, tapi tentu kita harus telaah lagi," kata Wakil Ketua KPAI Asrorun Niam, Rabu (27/4/2011).
Anak-anak itu, lanjut aktivis NU ini, berada dalam jenjang pendidikan SMP. "Kita tentu harus melakukan cek ke lapangan, tidak hanya menerima laporan saja," imbuhnya.
Dalam waktu dekat setelah mempelajari dokumen, KPAI akan mencoba meninjau ke Al Zaytun. "Dalam dokumen itu disebutkan anak-anak tersebut sebagai kader potensial, jadi perlu mendapat perlindungan agar terhindar dari aktivitas. Sekali lagi laporan ini harus diuji dahulu," tuturnya.
Tim Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahun 2002 pernah meneliti kaitan antara Negara Islam Indonesia (NII) dengan Pesantren Al Zaytun, Indramayu. Hasilnya, memang ada penyimpangan dari ajaran Islam.
"Ya saya kira hasilnya itu ditemukan kaitan kepemimpinan antara Al Zaytun dengan NII KW 9, pemimpinnya yaitu Panji Gumilang," jelas Ketua MUI Ma'ruf Amin pada 14 April 2011.
Penelitian itu, jelas Ma'ruf dilakukan pada mantan pengajar Al Zaytun, informasi berbagai pihak, dan sumber-sumber. Hasilnya, terdapat penyimpangan dalam ajarannya.
"Ada penyimpangan dalam pemahamannya, misalnya soal zakat, nabi," jelas Ma'ruf.
Sementara itu, pengurus Pesantren Al Zaytun di Indramayu, Jabar, menyangkal lembaganya terkait NII. "Al Zaytun ini pusat pendidikan, pengembangan budaya toleransi, bukan yang lainnya. Dan Al Zaytun ini berdiri di atas legal formal di bawah Yayasan Pesantren Indonesia," kata Sekretaris Pesantren Al Zaytun, Abdul Halim, kepada detikcom, Kamis (14/4) silam.
(ndr/fay)
http://www.detiknews.com/read/2011/04/27/115608/1626579/10/komisi-perlindungan-anak-terima-laporan-terkait-nii-di-al-zaytun?nd992203605
Apa Itu Negara Islam Indonesia?
Tujuan gerakan ini menjadikan Indonesia negara teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar.
RABU, 27 APRIL 2011, 06:06 WIB Ita Lismawati F. Malau
VIVAnews - Cuci otak merebak di sejumlah kampus. Sejumlah mahasiswa diduga jadi korban cuci otak oleh sekelompok yang mengatasnamakan diri Negara Islam Indonesia. Apa dan bagaimana NII tersebut?
Negara Islam Indonesia atau dulu dikenal dengan nama Darul Islam atau DI bermula dari gerakan politik yang diproklamasikan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Tasikmalaya, Jawa Barat pada 7 Agustus 1949.
Tujuan gerakan ini menjadikan Indonesia negara teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara.
Dalam perkembangannya, NII menyebar di beberapa wilayah. Setelah Kartosoewirjo ditangkap TNI dan dieksekusi pada 1962, gerakan ini terpecah, namun tetap eksis secara diam-diam meskipun dianggap sebagai organisasi ilegal oleh pemerintah Indonesia.
Dalam laman Crisis Center disebutkan para jamaah NII menghalalkan segala cara mulai dari merampok, mencuri, menipu, memeras, merampas atau melacur demi kepentingan negara atau madinah. Hal tersebut disandarkan pada filosofi sesat atas kepemilikan wilayah teritori Indonesia oleh NII, atas dasar proklamasi NII dan kekhalifahan Kartosoewirjo. Selain itu, ditulis dalam laman ini, konsep ini juga untuk mempraktekkan ayat "Sesungguhnya bumi ini diwariskan kepada hamba-hamba-Ku yang Shalih."
Di Jawa Barat, gerakan NII diduga berpusat di Pondok Pesantren Al-Zaytun seluas 1.200 hektare di Indramayu yang didirikan Abu Toto alias Syekh Abdus Salam Panji Gumilang. NII ini dikenal dengan gerakan Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW9).
Akhir-akhir ini, eksistensi gerakan ini kembali muncul dengan data sejumlah mahasiswa dilaporkan jadi korban cuci otak. Bahkan, Kepolisian Daerah Jawa Timur berusaha mengungkap gerakan ini dengan mengejar sejumlah nama yang ditengarai jadi otak perekrut dan pemberi materi doktrin kepada mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Kabar terbaru, ada 15 mahasiswa UMM Jawa Timur yang dikabarkan hilang. Ada yang mengaku setelah direkrut orang tak dikenal, para korban didoktrin untuk tidak percaya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sebaliknya digiring untuk meyakini dan percaya NII.
Mantan pengikut NII sekaligus pendiri situs NII Crisis Center, Ken Setiawan menjelaskan metode perekrutan mereka mulai dari pertemanan, lewat teman-teman dekat. "NII punya identifikasi korban, siapa dia, apakah anak orang kaya, sudah diincar," kata Ken.
Mantan anggota NII lainnya, Tikno, menjelaskan hal yang sama bahwa mahasiswa yang berhasil digiring masuk jaringan akan didoktrin untuk menghalalkan segala cara dalam mewujudkan negara Islam di Indonesia. Selain itu, Tikno mengaku didoktrin bahwa semua pimpinan di Indonesia adalah kafir. (umi)
http://nasional.vivanews.com/news/read/216871-apa-itu-negara-islam-indonesia-
Korban NII: Orangtua Bisa Kafir, Harta Halal
Ken mengaku awalnya yakin menjadi bagian dari sebuah perjuangan mulia, demi agama.
SABTU, 23 APRIL 2011, 07:01 WIB Elin Yunita Kristanti
VIVAnews - Pemberitaan mengenai korban 'cuci otak' yang diduga dilakukan organisasi Negara Islam Indonesia (NII) di Malang, Jawa Timur, membuat khawatir masyarakat. Bahkan, Sultan Hamengkubuwono X meminta masyarakat Yogyakarta untuk waspada. Kota pelajar diyakini jadi target sasaran.
Kepada VIVAnews.com, mantan pengikut NII sekaligus pendiri situs NII Crisis Centre, Ken Setiawan, menceritakan pengalamannya selama dua tahun bergabung di kelompok ini.
"Metode perekrutan mereka mulai dari pertemanan, lewat teman-teman dekat. NII punya identifikasi koban, siapa dia, apakah anak orang kaya, sudah diincar," kata Ken saat dihubungi Jumat 22 April 2011.
Namun, bukan berarti mereka hanya mengincar anak orang kaya. "Semua berpotensi jadi korban, meski tidak kaya, mereka kan bisa menipu teman-temannya, juga orangtua," tambah dia.
Ditambahkan dia, semua orang di luar mereka dianggap kafir, halal harta dan darah. Termasuk orangtua. "Orangtua dianggap kafir jika tak sepaham, tapi hartanya halal, istilahnya kita selamatkan."
Selama aktif di NII, Ken mengaku awalnya yakin menjadi bagian dari sebuah perjuangan mulia, demi agama. Ia pun rela memberikan uang demi membangun ibu kota sentral NII.
Hingga sanggup berbuat kriminal demi setoran dana. "Saya tidak meminta orangtua, tapi menghasilkan, caranya, jadi koordinasi perampokan pembantu tahun 2000-2002," kata dia.
Dijelaskan Ken, kala itu ia mengatur pengikut NII perempuan menyamar sebagai pembantu. "Kami beli semua media, koran, mencari lowongan kerja. Buat KTP palsu, teman-teman menyamar sebagai pembantu. Saat majikan pergi kita curi hartanya, karena jumlahnya banyak kesannya jadi seperti merampok," tambah dia.
Namun, modus aksi kriminal yang dilakukan zaman dahulu kini telah ditinggalkan karena dianggap berbahaya. "Mereka mengubahnya, jadi pendanaan melalui yayasan," kata Ken. Dijelaskan dia, modus terbaru NII adalah dengan menurunkan sekitar 10.000 pengikut menghimpun dana sumbangan di sejumlah titik sarana umum di wilayah Jabodetabek.
Terkait kasus Malang, di mana sejumlah mahasiswa Universitas Muhamadiyah Malang (UMM) dan Universitas Brawijaya (Unibraw) jadi korban 'cuci otak' atau diculik NII, Ken menilai, bukan itu yang terjadi.
"Bukan diculik, saat bergabung di NII mereka diwajibkan memiliki disiplin tinggi, harus menyelesaikan tugas-tugas. Kerja mereka tak hanya 12 jam, tapi 24 jam. Makanya yang kuliah pasti drop out, yang kerja ke luar, yang tinggal bersama orangtua, minggat," kata dia. Tapi untuk ke luar, juga tak semudah itu.
Ia juga menilai para mahasiswa itu tak dicuci otak. "Awalnya memang tertekan, tapi karena tak ada pencerahan, dilarang komunikasi, mereka akhirnya terbiasa, bahkan menikmati."
Bagi mereka yang tak berani berontak, akan ikut arus. Tapi, banyak juga yang depresi. "Satu pihak merasa NII benar, tapi di lain sisi, kok aneh?"
Namun, Ken mengakui, tak semua hal di NII negatif. "Di sana kami belajar pendewasaan, mandiri. Karena banyak kegiatan dan tiap jam ditelepon ditanya berapa uang yang terkumpul, setelah keluar rasanya ringan, hidup jadi enteng tanpa beban," tambah dia.
Ken bahkan mengaku ikut menangani dua mahasiswa yang sempat direkrut NII. "Yang bermain semua jaringan Jakarta, kami sempat menangani dua dari mereka, karena orangtua tidak tegas, susah, mereka kembali lagi."
Berangkat dari keprihatinan dan pengalaman buruknya, Ken mendirikan NII Crisis Centre pada 2006, "Kami ingin memberikan kesaksian, pengalaman, agar orang waspada, jangan terjebak seperti kami," kata dia.
Ia juga minta pemerintah melalui Departemen Agama, juga Majelis Ulama Indonesia (MUI) membuka mata. "Ini sudah akut." Selain memuat tulisan tentang NII di situsnya itu, Ken juga menyediakan diri untuk melayani konsultasi orang atau keluarga yang merasa jadi korban. "Silakan publish nomor saya ini, 08985151228."
Apa tidak takut diteror? "Bagi kami itu sudah biasa. Dulu waktu bergabung, telepon genggam kami berbunyi tiap jam." (umi)
http://nasional.vivanews.com/news/read/216260-korban-nii--orang-tua-bisa-kafir--harta-halal
Hasil Penelitian MUI tentang Pesantren (Mahad) Al-Zaytun yang Megah dan Mewah di Indramayu
September 9, 2005
Sumber : alislam.or.id
Sejumlah negara tetangga telah mengambil sikap yang tegas terhadap pesantren Al-Zaytun (MAZ), Haurgeulis, Indramayu, Jawa Barat. Alim-ulama negara jiran Malaysia, misalnya, mereka menyatakan, pondok pesantren yang yang konon termegah se-Asia Tenggara itu berbahaya.
Bahkan, pemerintah Malaysia sudah menarik semua santrinya dari MAZ. “Istilah mereka adalah sudah meng-i’tiraf Al-Zaytun karena dianggap berbahaya. Kalau ada alumni MAZ di Malaysia, alumni itu tidak diakui ijazahnya,” kata K.H. Ma’ruf Amin, Ketua Tim Peneliti mahad Al-Zaytun Majelis Ulama Undonesia (MUI).
http://azaytun.wordpress.com/2005/09/09/hasil-penelitian-mui-tentang-pesantren-mahad-al-zaytun-yang-megah-dan-mewah-di-indramayu/
http://blog.re.or.id/penyimpangan-pesantren-al-zaytun-3.htm
Arahkan semua pandangan kita pada KATOLIK. Catat semua perangkat negara dan menteri-menteri yang KATOLIK. Catat semua pemimpin perusahaan vital di Indonesia pasti semua KATOLIK. Awasi ketat dan catat kebijakan mereka yang KATOLIK. Setiap ada fitnah dan tragedi baik lokal maupun internasional kalau anda mau meneliti pasti kembalinya ke KATOLIK. Bahkan tak jarang mereka memakai baju Jews.
BalasHapuskenapa pesantrn nya kayak bgni ??
BalasHapusjgn dosa tau .. ko ada ya pesantren tp alirannya sesat begini harusnya pesantren nya di bubarin aja hancurin aja tuh pesantren kyk AL-ZAITUN .. MERUSAK GENERASI MUDA ZAMAN SEKARANG
DASAR AL-ZAITUN SESAT
Ancurin Ajj yg nama nya ponpes al zaytun cuma ngerusak generasi muda zaman sekarang solat kok ngga wajib,org yg sholat mulu ajj belum tentu masuk surga apa lg yg namanya ngga sholat,bubarin aja dah dari pada ngajarin nggak bener mendingan bubarin,bukannya diajarin yg bener malah diajarin maling pengasuhnya al zaytun bego kali ya,gurunya yg sesat bkn santrinya............!!
BalasHapusyang sesat bukan az-zaitun,tapi para pejabat pemerintah saat itu,tertipu bagi hasil uang korupsi yg disumbangkan az-zaitun,Rudini dan Harmoko biangnya.
BalasHapuslha wong dulunya menteri dalam negeri dan menteri penerangan sama-sama dungu agama islam,mentang2 menteri di anggap rasul,ulama'2 di anggap makar,yaa Allah aku mohon padaMu cepatkanlah kehancuran negaraku indonesia tercinta,sehingga rezim-rezim tak bermoral ini digantikan dengan orang2 yg beriman pada Allah dan hari Akhir,amiin.
BalasHapus